Merancang sistem demi memastikan informasi bencana dapat tersampaikan dengan cepat dan akurat kepada masyarakat dan petugas lapangan.
Wilayah Indonesia terletak di titik pertemuan tiga lempeng tektonik dunia, yakni Eurasia, Indo-australia, dan lempeng Pasifik. Lempeng Eurasia memiliki karakteristik bergerak dari timur ke tenggara dengan kecepatan 0--3 cm per tahun. Lempeng tersebut melewati Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sumatra.
Kemudian lempeng Indo-australia bergerak ke arah barat dengan kecepatan sekitar 10 cm per tahun. Lempeng itu berada di bawah Pulau Maluku, Sulawesi, dan Papua. Sementara lempeng Pasifik diketahui bergerak dari timur ke tenggara dengan kecepatan 0-3 cm per tahun. Lempeng ini melewati Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sumatra.
Merujuk karakteristik setiap lempeng, Indonesia pun masuk dalam wilayah lingkaran api pasifik atau cincin api pasifik. Di mana pergeseran lempeng-lempeng tersebut kerap kali menyebabkan berbagai bencana di tanah air. Antara lain, gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi.
Teknologi Peringatan Dini: Sebuah Harapan
Melihat kondisi geografis tersebut, mitigasi bencana menjadi prioritas. Di tengah ancaman yang terus membayangi, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengambil langkah besar dengan meluncurkan Sistem Penyebaran Informasi Kebencanaan (DPIS) dan Early Warning System (EWS) melalui TV Digital. Sistem ini diresmikan pada 23 September 2024 di Bali, sebagai bagian dari upaya untuk meminimalkan dampak bencana bagi masyarakat.
Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi menekankan bahwa kesiapsiagaan adalah kunci dalam menghadapi ancaman megathrust dan berbagai bencana lainnya. Dengan kecepatan dan akurasi penyebaran informasi bencana melalui DPIS dan EWS TV Digital, masyarakat diharapkan dapat menerima informasi bencana secara real-time dan merespons dengan cepat. "Sistem ini dirancang untuk memastikan bahwa informasi bencana dapat tersampaikan dengan cepat dan akurat kepada masyarakat dan petugas lapangan, sehingga tindakan evakuasi dan mitigasi dampak dapat lebih efektif," jelas Menteri Budi Arie.
Informasi bencana yang disampaikan melalui sistem ini dibagi dalam tiga tingkatan: awas, siaga, dan waspada. Ketiga tingkatan ini disesuaikan dengan tingkat keparahan bencana yang sedang terjadi, berdasarkan kesepakatan antara kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah yang terlibat dalam penyediaan informasi bencana.
Realtime di TV Digital
Tidak hanya berhenti pada inovasi teknologi, Kementerian Kominfo juga melibatkan kerja sama internasional untuk menguatkan sistem mitigasi bencana ini. DPIS dan EWS TV Digital merupakan hasil kolaborasi antara Kominfo dengan Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA). Kerja sama ini bertujuan untuk memperkuat infrastruktur telekomunikasi dan penyiaran dalam menghadapi potensi bencana.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (DJPPI) Wayan Toni Supriyanto menjelaskan bahwa sistem ini sudah terintegrasi dengan berbagai kementerian dan lembaga, termasuk BMKG dan BNPB. Kominfo juga merencanakan perluasan kerja sama dengan pemerintah daerah serta TNI dan Polri untuk memastikan keberhasilan penyebaran informasi bencana di seluruh pelosok Indonesia.
Untuk memaksimalkan penyebaran informasi bencana, masyarakat di himbau untuk memasukkan kode pos yang benar pada set top box (STB) yang digunakan di rumah masing-masing. Hal ini bertujuan agar peringatan dini bencana yang disiarkan melalui TV Digital dapat lebih relevan dan tepat sasaran, sesuai dengan lokasi masyarakat.
Ancaman megathrust yang berpotensi mengguncang Indonesia bukan lagi sekadar wacana. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa megathrust yang memiliki potensi kekuatan hingga 8,9 SR, khususnya di wilayah Selat Sunda dan Mentawai, tinggal menunggu waktu. Profesor Amien Widodo, seorang pakar geologi dari ITS, menjelaskan bahwa gempa megathrust dipicu oleh tumbukan lempeng dengan kedalaman antara 0 hingga 70 km. “Tumbukan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia dapat memicu gempa megathrust,” tegas Amien.
Akumulasi energi dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik yang terus bergerak setiap tahunnya, menjadi alasan mengapa kesiapsiagaan sangat diperlukan. Dalam konteks inilah inovasi Kominfo menjadi salah satu langkah mitigasi bencana yang sangat krusial bagi Indonesia.
Infrastruktur untuk Masa Depan yang Lebih Aman
Dalam menghadapi tantangan geografis ini, langkah-langkah mitigasi bencana yang inovatif dan terintegrasi menjadi harapan besar bagi masyarakat. Sistem Penyebaran Informasi Kebencanaan yang dikembangkan Kominfo bersama mitra internasional dan instansi terkait, merupakan bukti nyata bahwa teknologi bisa menjadi sekutu penting dalam melindungi masyarakat dari ancaman bencana alam.
Dengan peluncuran DPIS dan EWS TV Digital, harapan untuk mengurangi dampak bencana di Indonesia menjadi lebih nyata. Sistem ini diharapkan tidak hanya efektif dalam memberikan peringatan dini, tetapi juga menjadi langkah strategis dalam menciptakan masyarakat yang lebih tanggap bencana, siap evakuasi, dan berdaya dalam menghadapi risiko yang tak terelakkan.
Penulis: Ratna Nuraini
Editor: Taofiq Rauf