Indonesia.go.id - Kian Siaga lewat Diseminasi Informasi yang Cepat dan Akurat

Kian Siaga lewat Diseminasi Informasi yang Cepat dan Akurat

  • Administrator
  • Rabu, 9 Oktober 2024 | 13:30 WIB
MITIGASI BENCANA
  Tampilan Early Warning System (EWS) saat konferensi pers peluncuran Sistem Nasional Peringatan Dini Kebencanaan (SNPDK) di Kantor Kementerian Kominfo, Jakarta, Selasa (1/10/2024). ANTARA FOTO
Merancang sistem demi memastikan informasi bencana dapat tersampaikan dengan cepat dan akurat kepada masyarakat dan petugas lapangan.

Indonesia berada di wilayah yang unik sekaligus berbahaya: terletak di titik pertemuan tiga lempeng tektonik dunia, menjadikannya rentan terhadap gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi. Ancaman megathrust, salah satu potensi gempa dahsyat, juga mengintai, menempatkan negeri ini di jalur cincin api Pasifik. Namun, di balik risiko besar ini, ada harapan melalui inovasi teknologi mitigasi bencana. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memperkenalkan terobosan penting dengan Sistem Penyebaran Informasi Kebencanaan (DPIS) dan Early Warning System (EWS) TV Digital.

Indonesia adalah negara yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia: Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Setiap lempeng ini terus bergerak, menghasilkan tekanan dan energi yang sewaktu-waktu dapat melepaskan diri dalam bentuk gempa bumi besar atau yang dikenal dengan istilah gempa megathrust. Letusan gunung berapi dan tsunami yang mematikan juga seringkali menjadi akibat dari aktivitas tektonik tersebut.

Lempeng Eurasia bergerak ke arah tenggara dengan kecepatan 0 hingga 3 cm per tahun, melewati Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sumatra. Sementara itu, Lempeng Indo-Australia melaju ke arah barat dengan kecepatan sekitar 10 cm per tahun, bergerak di bawah Pulau Maluku, Sulawesi, dan Papua. Lempeng Pasifik, yang bergerak dari timur ke tenggara dengan kecepatan serupa, juga menciptakan risiko tambahan bagi wilayah Indonesia yang terletak di jalur Cincin Api Pasifik. Semua ini menjadikan Indonesia salah satu negara dengan risiko bencana tertinggi di dunia.

Teknologi Peringatan Dini: Sebuah Harapan

Melihat kondisi geografis tersebut, mitigasi bencana menjadi prioritas. Di tengah ancaman yang terus membayangi, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengambil langkah besar dengan meluncurkan Sistem Penyebaran Informasi Kebencanaan (DPIS) dan Early Warning System (EWS) melalui TV Digital. Sistem ini diresmikan pada 23 September 2024 di Bali, sebagai bagian dari upaya untuk meminimalkan dampak bencana bagi masyarakat.

Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi menekankan bahwa kesiapsiagaan adalah kunci dalam menghadapi ancaman megathrust dan berbagai bencana lainnya. Dengan kecepatan dan akurasi penyebaran informasi bencana melalui DPIS dan EWS TV Digital, masyarakat diharapkan dapat menerima informasi bencana secara real-time dan merespons dengan cepat. "Sistem ini dirancang untuk memastikan bahwa informasi bencana dapat tersampaikan dengan cepat dan akurat kepada masyarakat dan petugas lapangan, sehingga tindakan evakuasi dan mitigasi dampak dapat lebih efektif," jelas Menteri Budi Arie.

Informasi bencana yang disampaikan melalui sistem ini dibagi dalam tiga tingkatan: awas, siaga, dan waspada. Ketiga tingkatan ini disesuaikan dengan tingkat keparahan bencana yang sedang terjadi, berdasarkan kesepakatan antara kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah yang terlibat dalam penyediaan informasi bencana.

Realtime di TV Digital

Tidak hanya berhenti pada inovasi teknologi, Kementerian Kominfo juga melibatkan kerja sama internasional untuk menguatkan sistem mitigasi bencana ini. DPIS dan EWS TV Digital merupakan hasil kolaborasi antara Kominfo dengan Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA). Kerja sama ini bertujuan untuk memperkuat infrastruktur telekomunikasi dan penyiaran dalam menghadapi potensi bencana.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (DJPPI) Wayan Toni Supriyanto menjelaskan bahwa sistem ini sudah terintegrasi dengan berbagai kementerian dan lembaga, termasuk BMKG dan BNPB. Kominfo juga merencanakan perluasan kerja sama dengan pemerintah daerah serta TNI dan Polri untuk memastikan keberhasilan penyebaran informasi bencana di seluruh pelosok Indonesia.

Untuk memaksimalkan penyebaran informasi bencana, masyarakat dihimbau untuk memasukkan kode pos yang benar pada set top box (STB) yang digunakan di rumah masing-masing. Hal ini bertujuan agar peringatan dini bencana yang disiarkan melalui TV Digital dapat lebih relevan dan tepat sasaran, sesuai dengan lokasi masyarakat.

Ancaman megathrust yang berpotensi mengguncang Indonesia bukan lagi sekadar wacana. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa megathrust yang memiliki potensi kekuatan hingga 8,9 SR, khususnya di wilayah Selat Sunda dan Mentawai, tinggal menunggu waktu. Profesor Amien Widodo, seorang pakar geologi dari ITS, menjelaskan bahwa gempa megathrust dipicu oleh tumbukan lempeng dengan kedalaman antara 0 hingga 70 km. “Tumbukan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia dapat memicu gempa megathrust,” tegas Amien.

Akumulasi energi dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik yang terus bergerak setiap tahunnya, menjadi alasan mengapa kesiapsiagaan sangat diperlukan. Dalam konteks inilah inovasi Kominfo menjadi salah satu langkah mitigasi bencana yang sangat krusial bagi Indonesia.

Infrastruktur untuk Masa Depan yang Lebih Aman

Dalam menghadapi tantangan geografis ini, langkah-langkah mitigasi bencana yang inovatif dan terintegrasi menjadi harapan besar bagi masyarakat. Sistem Penyebaran Informasi Kebencanaan yang dikembangkan Kominfo bersama mitra internasional dan instansi terkait, merupakan bukti nyata bahwa teknologi bisa menjadi sekutu penting dalam melindungi masyarakat dari ancaman bencana alam.

Dengan peluncuran DPIS dan EWS TV Digital, harapan untuk mengurangi dampak bencana di Indonesia menjadi lebih nyata. Sistem ini diharapkan tidak hanya efektif dalam memberikan peringatan dini, tetapi juga menjadi langkah strategis dalam menciptakan masyarakat yang lebih tanggap bencana, siap evakuasi, dan berdaya dalam menghadapi risiko yang tak terelakkan.



Penulis: Ratna Nuraini
Editor: Taofiq Rauf