Indonesia.go.id - Pengakuan Jejak Keanekaragaman Hayati Ujung Kulon

Pengakuan Jejak Keanekaragaman Hayati Ujung Kulon

  • Administrator
  • Selasa, 5 Desember 2023 | 08:51 WIB
TAMAN NASIONAL
  Kawasan Geopark Ujung Kulon memiliki warisan geologi yang terkait dengan keragaman hayati (biodiversity) dan keanekaragaman budaya atau cultural diversity. Muhammad Adimaja/ Wiki Common
Kawasan Geopark Ujung Kulon memiliki warisan geologi yang terkait dengan keragaman hayati (biodiversity) dan keanekaragaman budaya atau cultural diversity.

Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) di Provinsi Banten tinggal setahap lagi menjadi UNESCO Global Geopark. Pada 10 November 2023 Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI menetapkan Taman Nasional Ujung Kulon sebagai Geopark atau Taman Bumi Nasional.

Selama ini Taman Nasional Ujung Kulon tersohor sebagai tempat hidup berbagai satwa endemik dan eksotik Indonesia, salah satunya Badak Jawa bercula satu (Rhinocerois Sondaicus). Satwa ini hanya ada di TNUK. Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) Badak Jawa berstatus Critically Endangered. Selangkah lagi menuju kepunahan. Saat ini tercatat hanya kurang lebih 80 individu Badak Jawa yang masih bertahan, dengan rata-rata kelahiran 3 individu per tahunnya.

Mengacu pada peta delineasi kawasan Geopark Nasional Ujung Kulon tidak hanya kawasan habitat Badak Jawa. Wilayah tersebut terdiri dari 14 situs warisan geologi (geosite), enam situs keanekaragaman hayati dan dua situs keragaman budaya (cultural sites).

Pada 1992, Taman Nasional Ujung Kulon menjadi Natural World Heritage Sites oleh Komisi Warisan Dunia UNESCO. Di dalam kawasan ini, rerdapat beragam jenis satwa liar, entah itu endemik atau yang dilindungi.

“Pengembangan kawasan geopark menitikberatkan kepada terlaksananya fungsi konservasi, edukasi dan ekonomi berkelanjutan,” ujar Deri Dariawan, Plt Kepala Dinas ESDM Banten, dalam keterangan resminya, Rabu, (22/11/2023).

Geopark adalah suatu wilayah geografi yang memiliki warisan geologi dan keanekaragaman geologi yang bernilai tinggi. Termasuk di dalamnya keanekaragaman hayati dan keragaman budaya yang menyatu di dalamnya, yang dikembangkan dengan tiga pilar utama, yaitu konservasi, edukasi, dan pengembangan ekonomi lokal.

Kawasan Geopark Ujung Kulon memiliki warisan geologi yang terkait dengan keragaman hayati (biodiversity) dan keanekaragaman budaya atau cultural diversity.

Dalam SK Menteri ESDM tersebut dijelaskan, berdasarkan penilaian tim verifikasi, Ujung Kulon telah memenuhi syarat administratif dan teknis untuk ditetapkan sebagai Geopark. Setelah dua tahun pemerintah akan mengevaluasi untuk kemudian diajukan menjadi geopark dunia melalui UNESCO Global Geoparks (UGG).

Sejauh ini, sudah ada 10 geopark Indonesia yang diakui sebagai UNESCO Global Geoparks, yakni Geopark Batur (2012), Geopark Gunung Sewu (2015), Gunung Rinjani (2018),Geopark Ciletuh (2018), Geopark Belitung (2020), Kaldera Danau Toba (2020), Ijen Geopark, Maros Pangkep Geopark, Merangin Jambi Geopark, dan Raja Ampat Geopark.

Geopark Ujung Kulon mengambil tema besar jejak Tsunami Krakatau, dengan luas kawasan mencapai 1.245,66 km persegi.

Menempati delapan kecamatan di Kabupaten Pandeglang, yaitu Kecamatan Carita, Labuan, Pagelaran, Sukaresmi, Panimbang, Cigeulis, Cimanggu, dan Sumur. Selain itu juga termasuk kepulauan kecil di sekitarnya yang masuk pada kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) seperti Pulau Liwungan, Oar, Handeuleum, Peucang, dan Panaitan.

Selain wilayah pantai di Semenanjung Kulon juga terdapat dataran tinggi seperti Gunung Honje. Gunung Honje merupakan salah satu wilayah Taman Nasional Ujung Kulon yang dikelilingi 19 desa penyangga, baik yang berbatasan langsung maupun tidak. Salah satu desa yang menjadi pintu gerbang kawasan TNUK adalah Desa Tamanjaya.

Objek wisata yang terdapat di sekitar Tamanjaya antara lain Desa Nelayan Cibanua, Curug Cipanis, Sumber Pemandian Air Panas Cibiuk, dan Curug Cikacang. Curug Cikacang merupakan tempat wild life viewing untuk melihat Owa Jawa yang merupakan satwa endemik.

Adapun Pulau Peucang merupakan wilayah yang banyak dikunjungi wisatawan. Hamparan pasir putih yang luas membentang serta perairan yang jernih menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung. Di pulau Peucang, pengunjung dapat berenang, snorkeling atau menyeberang ke padang penggembalaan Cidaon dan melakukan wild life viewing.

Sementara, Pulau Handeleum, wilayah ini terletak di antara gugusan pulau-pulau kecil di ujung timur laut Semenajung Ujung Kulon. Di pulau ini pengunjung dapat bersampan di sepanjang sungai Ciganter sambil melihat tipe hutan tropis sepanjang sungai.

Pada bagian hulu sungai terdapat rute jalan setapak yang melintasi tumbuhan bambu menuju air terjun bertingkat. Di pulau Handeleum, pengunjung perlu berhati-hati karena pulau ini merupakan tempat tinggal rusa dan ular python.

Di samping itu, ada beberapa destinasi wisata menarik lainnya di sekitar kawasan Geopark Ujung Kulon yang terus dikembangkan, di antaranya Pantai Carita, Masjid Al Khusaeni, Lembur Mangrove Patikang, Pulau Liwungan, Sungai Cigenter, dan Mercusuar Tanjung Layar. Perpaduan destinasi wisata alam, wisata bahari, dan budaya.

Ketika Anda ingin mengunjungi destinasi wisata Ujung Kulon, disarankan untuk menyediakan perlengkapan sendiri. Biaya masuk pada tiap kawasan wisata berbeda lagi dan tarif tersebut berlaku untuk WNI, sedangkan untuk WNA memiliki tarif yang berbeda.

Lokasi destinasi wisata Ujung Kulon, berada di Kecamatan Sumur dan Kecamatan Cinanggu, Kabupaten Pandeglang, Banten, Pulau Jawa. Lama perjalanan dari Serang, Ibu Kota Banten, untuk menuju tempat ini Anda menghabiskan waktu sekitar 2 sampai 3 jam. Total perjalanan dari DKI Jakarta atau Tangerang sekitar 5-6 jam. Akses semakin mudah karena sudah ada rute tol baru Serang-Rangkasbitung-Panimbang sebagai pengembangan tol Jakarta-Merak.

Untuk mencapai kawasan Taman Nasional Ujung Kulon dari Serang berhenti di terminal Pakupatan untuk selanjutnya menuju Tamanjaya (Sumur) menggunakan kapal.

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari