Indonesia.go.id - Mengenalkan Kembali ASEAN ke Pelajar

Mengenalkan Kembali ASEAN ke Pelajar

  • Administrator
  • Kamis, 9 September 2021 | 14:35 WIB
DIPLOMATIK
  Ilustrasi. Lambang dan bendera negara anggota ASEAN. SETNES ASEAN
Pemerintah meluncurkan buku bahan ajar mengenai ASEAN untuk memberikan pemahaman kepada para pelajar tentang peran penting ASEAN. Diharapkan, buku ini dapat membangkitkan kembali budaya literasi baca-tulis generasi muda terhadap ASEAN.

Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara atau ASEAN, sejak dibentuk pada 8 Agustus 1967 dengan keanggotaan lima negara, belumlah dianggap sebagai sebuah kekuatan di kawasan. Saat itu, kelima negara anggota ASEAN sedang membangun kekuatan ekonomi mereka. Tetapi saat ini ASEAN telah berkembang menjadi 10 negara. Berbekal 642 juta penduduk atau 8 persen populasi dunia serta produk domestik bruto (PDB) sebesar USD2,76 triliun (Rp39,1 ribu triliun), ASEAN adalah kekuatan ekonomi yang sangat diperhitungkan di kawasan.

Hingga 2025, PDB ASEAN, seperti dikutip dari World Economic Forum, akan melebihi angka USD4 triliun (Rp57 ribu triliun) dan estimasi ekspor mencapai USD2,8 triliun (Rp39 ribu triliun). Ekonomi digital ASEAN pun ikut tumbuh pesat. Dalam laporan Bank HSBC terbaru, hingga 2025 pertumbuhan perdagangan elektronik (e-commerce) diperkirakan mencapai USD88 miliar (Rp1.249 triliun).

Melihat angka-angka seperti di atas, beberapa organisasi ekonomi internasional memprediksi ASEAN dapat menjadi kekuatan ekonomi paling berpengaruh secara global. WEF memperkirakan, ASEAN pada 2025 akan muncul sebagai kekuatan ekonomi terbesar keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Tiongkok, dan Uni Eropa.

Pencapaian-pencapaian besar dari ASEAN itu ternyata masih dianggap bersifat elitis. Setidaknya, survei ISEAS-Yusof Ishak Institute pada Februari 2021 di 10 negara ASEAN menunjukkan, sebanyak 38,7 persen responden menilai ASEAN masih bersifat elitis dan jauh dari masyarakat. Sementara di Indonesia, angkanya di atas rata-rata negara ASEAN yakni 49, 6 persen responden. Kendati demikian, ASEAN oleh mayoritas responden dianggap tetap relevan dalam kondisi saat ini.

Melihat masih minimnya pemahaman yang tinggi mengenai ASEAN termasuk di Indonesia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bersama Kementerian Luar Negeri RI berkolaborasi meluncurkan buku bahan ajar soal ASEAN bagi murid tingkat dasar dan menengah. Buku setebal 254 halaman itu diharapkan dapat membuat generasi muda Indonesia lebih mengenal ASEAN.

"Penting untuk menanamkan pemahaman ASEAN bagi masyarakat Indonesia sejak usia dini. Saya mengapresiasi penyusunan Buku Bahan Pengajaran ASEAN sebagai upaya kita mengenalkan ASEAN kepada generasi muda," ujar Menlu Retno Marsudi dalam peluncuran buku yang dilakukan secara virtual, Rabu (1/9/2021).

Retno menekankan kembali bahwa generasi muda harus lebih mengenal ASEAN dan bangga terhadap identitas Komunitas ASEAN. Menurut mantan Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda ini, generasi muda adalah penentu arah dan corak kawasan ASEAN di masa depan.

Sementara itu, Mendikbudristek Nadiem Makarim mengatakan, buku bahan pengajaran ASEAN ini disusun untuk menggerakkan upaya Indonesia dalam "merdeka belajar". Dia menjelaskan bahwa secara garis besar buku tersebut merujuk pada ASEAN Curriculum Sourcebook yang menekankan lima tema utama.

"Lima tema itu antara lain, yakni mengenal ASEAN, menghargai identitas keragaman, mengaitkan isu global dan isu lokal, mendorong kesamaan dan keadilan, serta bekerja sama untuk mewujudkan masa depan yang berkelanjutan," ujar Nadiem pada kesempatan yang sama.

Dalam peluncuran buku yang juga diikuti perwakilan guru dari seluruh Indonesia tersebut, Nadiem meminta para pendidik untuk memanfaatkan kehadiran bahan ajar tersebut. Sebab, di dalamnya berisi lima tema dari ASEAN Curriculum Sourcebook. Ini juga dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman para guru mengenai ASEAN, serta menyebarkan pengetahuan ASEAN kepada siswa.

Selain itu, lima tema dalam bahan buku ajar tersebut diharapkan bisa mengembangkan keterampilan dan membangun perilaku positif belajar tentang ASEAN kepada para murid. Menurutnya, tanpa berkolaborasi dengan negara tetangga, Indonesia akan sangat sulit untuk tampil dan sukses di panggung dunia.

Salah satu guru dari Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Muhammad Nasir Pariusamahu mengatakan, buku bahan ajar ASEAN ini sangat kontekstual dan kreatif. Penulisannya menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa dan dilengkapi dengan pemetaan materi sesuai dengan kompetensi dasar pada Kurikulum 2013.

Hal senada ikut disuarakan pendidik dari SMA Negeri Girimetro Wonogiri, Jawa Tengah, Retno Wahyu Wulandari. Ia menilai, buku ini sebagai salah satu sumber pengajaran efektif untuk membantu menyebarkan pengetahuan dan membangun perilaku positif siswa mengenai ASEAN.

 

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari