Yang menarik dari arena PON Papua adalah munculnya para atlet-atlet perempuan potensial. Para srikandi ini menguasai perolehan medali di cabang olahraga (cabor) masing-masing.
Ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021 telah ditutup 15 Oktober lalu. Tidak saja menyisakan kebanggaan bagi rakyat Papua dan bangsa Indonesia karena berjalan aman dan lancar, sukses secara prestasi pun nyatanya terjadi. Talenta-talenta muda olahraga nasional juga muncul dari perhelatan ini.
Dari catatan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali, penyelenggaraan PON Papua kali ini juga mencatatkan 90 rekor baik nasional maupun internasional. Padahal, kegiatan ini digelar di tengah situasi pandemi Covid-19.
"Saat-saat pandemi seperti sekarang masih bisa pemecahan rekor. Data terakhir yang saya kumpulkan ada 90 rekor yang dipecahkan baik nasional maupun PON dari cabang-cabang atletik, renang, angkat besi, menembak, dan angkat berat, selam" ujar Menpora Amali dalam konferensi pers secara virtual, sebagaimana dilansir dari laman Kemenpora, Sabtu (16/10/2021)
Capaian ini bagi Menpora membanggakan, pasalnya, rekor-rekor yang dicatatkan tersebut sebagian besar masuk dalam cabang-cabang olahraga unggulan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang telah disusun Kemenpora bersama stakeholder olahraga sebagai pedoman pembinaan porestasi olahraga nasional.
Di samping itu, dari PON XX Papua ini juga muncul atlet-atlet junior dengan talenta yang luar biasa. Menpora sendiri menyatakan PON XX Papua ini sebagai ajang untuk mencari talenta dan bibit atlet nasional.
Yang menarik adalah dari arena PON Papua muncul para atlet-atlet perempuan potensial. Para srikandi ini menguasai perolehan medali di cabang olahraga (cabor) masing-masing. Tak cuma merebut medali emas terbanyak, mereka juga memecahkan rekor PON dan nasional.
Ratu Renang
PON XX menorehkan sejarah peraih emas, karena perenang putri asal Jawa Timur Adinda Larasati Dewi Kirana mengumpulkan medali emas terbanyak dari enam ribuan atlet yang mengikuti pesta olahraga tersebut. Total Adinda sukses membawa pulang delapan medali emas dan satu perak.
Padahal, Adinda tampil dengan kondisi tangan masih tertanam pen. Adinda mengaku sekitar kurang dari satu tahun lalu, pen tertanam pada salah satu tangannya setelah insiden kecelakaan jatuh dari otopet Juli 2020.
Kendati sudah disarankan oleh dokter agar tidak melakukan kegiatan berat selama setahun, Adinda kembali berlatih mulai November 2020 dengan pen masih tertanam di tangannya.
Sembari kadang menahan ngilu di tangannya, akhirnya Adinda membuktikan mampu jadi ‘Ratu Renang’ dengan menyabet delapan medali emas dan satu perak dalam pesta empat tahunan tersebut. Tujuh emas di antaranya diraih di Arena Akuatik, Kampung Harapan, Kabupaten Jayapura. Mahasiswi Fakultas Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) Universitas Negeri Surabaya ini sekaligus memecahkan dua rekor PON.
Perenang 21 tahun itu finis terdepan pada nomor 800 meter gaya bebas putri. Adinda mengalahkan Raina Saumi G asal Jawa Barat dan Ressa yang berada di posisi ketiga. Adinda mencatatkan waktu 8 menit 59,78 detik, memecahkan rekor PON milik Raina Saumi G di Pekanbaru pada 2012 dengan 9 menit 01,98 detik.
Rekor PON pun ia ciptakan pada nomor 100 meter gaya kupu-kupu dengan torehan 1 menit 01,65 detik atau lebih baik dari rekor sebelumnya milik Angel Gabreilla Yus dengan 1 menit 01,66 detik di PON 2016 di Jawa Barat.
Luar biasanya lagi, satu emas Adinda juga didapat saat berlaga di perlombaan renang perairan terbuka nomor 10.000 meter putri di Teluk Yos Sudarso, Jayapura.
Pencapaian Adinda tersebut melampaui hasil yang dicapai di PON 2016 di Jawa Barat. Kala itu Adinda meraih empat emas, satu perak, satu perunggu.
Pencapaian fantastis juga diraih rekan Adinda dari kontingen Jawa Timur. Kali ini, rekannya yang paling muda dari cabor akuatik. Atlet Jatim berumur 15 tahun Gladies Lariesa Garina berhasil memboyong tiga medali emas dari nomor loncat indah
Siswi SMP 40 Surabaya tersebut berhasil merengkuh medali emas di nomor loncat indah menara putri, nomor papan tiga meter putri, dan nomor papan satu meter putri PON XX Papua 2021. Ketiga medali emas tersebut direngkuhnya secara beruntun.
Pada final perebutan medali nomor papan satu meter putri, Gladies berhasil mencatatkan poin tertinggi dari lima lompatan. Hasil ini membuatnya mengalahkan dua seniornya, Linandini Yasmin (DKI Jakarta) dan Linar Betiliana (Jawa Timur).
Selain dari arena akuatik, srikandi muda juga muncul dari cabor sepatu roda. Naura Rahmadija Hartanti, atlet kelahiran 13 Februari 2006 menjadi atlet pertama DKI Jakarta yang membawa pulang lima medali emas sekaligus dari cabang olahraga sepatu roda. Ia sendiri baru pertama kali tampil di arena sebesar PON XX di tanah Papua.
Naura Rahmadija Hartanti menyabet lima medali emas PON XX cabor sepatu roda di nomor 1.000 meter putri, 500 +D putri, relay 3.000 meter putri (beregu), maraton 42.000 meter putri, dan Team Time Trial (TTT) 10.000 meter putri (beregu).
Sumbangsih lima medali emasnya itu turut mengantarkan tim DKI Jakarta sebagai juara umum cabor sepatu roda dengan mengoleksi 13 medali emas, 8 perak, dan 2 perunggu. Prestasi yang ditorehkan oleh atlet berpostur 166 cm itu adalah buah kerja kerasnya sejak duduk di bangku kelas 1 SD dan berlatih di klub Vini Vidi Vici. Berkat asuhan klub legendaris sepatu roda nasional itu, ia dapat masuk ke pelatda DKI Jakarta.
Mencuatnya prestasi atlet biasanya sebanding dengan popularitas di publik. Hal itu dialami Dhinda Salsabila, peraih medali emas dari cabang olahraga sepatu roda putri 200 meter di PON XX Papua. Sejumlah video pribadinya yang diunggah di akun Tik Tok @ponxxpapua2021 sudah ditonton 21,8 juta kali dan disukai 1,6 juta. Begitu pula akun IG pribadinya juga diserbu penggemar baru.
Tak hanya mengomentari performa Dhinda saat bertanding membela Provinsi Papua, mereka juga mengomentari paras Dhinda yang cantik. Banyak anak-anak muda Papua memuji prestasi Dhinda yang membawa nama Papua di PON XX.
Usai menggelar live streaming TikTok dari Media Center Kominfo Klaster Jayapura, gadis kelahiran Pekanbaru, 11 Agustus 2003 ini mengaku mengenal sepatu roda setelah diajak ibunya menonton pertandingan cabor ini di PON 2021 di Pekanbaru, Riau. Sejak itulah ia menekuni olahraga ini seiring dengan ice skating.
Saat ini, Dhinda Salsabila bergabung dalam klub Cenderawasih Speed Skating di Papua. Ajang PON XX Papua adalah pengalaman keduanya setelah sebelumnya memulai debut di PON XIX Jawa Barat 2016.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari