Indonesia.go.id - Kebudayaan Jadi Pandu Visi Kemajuan Bangsa

Kebudayaan Jadi Pandu Visi Kemajuan Bangsa

  • Administrator
  • Kamis, 25 November 2021 | 22:07 WIB
BUDAYA
    Persiapan pagelaran akbar Pekan Kebudayaan Naisonal (PKN) bertema
Tema Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) tahun ini bertujuan menjawab tantangan kehidupan masa kini, khususnya di bidang pemenuhan kebutuhan hidup dasar, seperti sandang, pangan, dan papan.

Candi Barong merupakan situs prasejarah abad ke-9 peninggalan agama Hindu yang terletak di Dusun Candisari, Bokoharjo, Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jejak langkah petilasan Kerajaan Medang era Mataram Kuno itu terpilih menjadi panggung pementasan tarian kolosal "Napas Jiwa". 

Pementasan tersebut disajikan secara virtual sebagai sajian utama dari Pembukaan Puncak Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2021, pada Jumat (19/11/2021) malam. Perhelatan akbar budaya nasional itu dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo dan Menteri Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim.

Pementasan virtual yang disutradarai oleh Jay Soebijakto merupakan hasil kolaborasi dari koreografer tari kondang, Atilah Soeryadjaya. Adapun penata musiknya adalah Erwin Gutawa dan Blacius Subono. Penata tari Daryono Darmorejono dan Boby Ari Setiawan. Serta, para penarinya yang berasal dari Jawa Tengah, DIY, dan Bali, antara lain, maestro penari Bali, I Ketut Rina.

"Pandemi membuat segala kegiatan berubah, tadinya luring jadi daring. Pendekatan juga sangat lain tidak seperti pertunjukan di atas panggung," kata Jay Soebijakto, usai video penayangan tarian Napas Jiwa.

Jay menambahkan, dirinya menggarap visual pentas ini agar penonton lebih leluasa menangkap nuansa dan gerak tari ini dari pelbagai sudut pandang. "Di sini saya menggarap secara vernakular, yang saya garap adalah tarian Indonesia di lokasi yang juga punya sejarah panjang. Ini bisa sebagai pengetahuan terus-menerus, ketika dipasang 10 tahun lagi. Sebelum kita hidup, ada cinta, ketika kita hidup sampai ada kematian. Kematian itu dirayakan sama saja seperti kelahiran," pungkasnya.

Karya ini bercerita tentang siklus kehidupan: kelahiran, kehidupan, kematian. Karya ini juga bisa dibaca di dalam konteks respons terhadap situasi yang berangsur membaik. Bumi sudah mulai menghembuskan angin segar dan manusia mulai senantiasa bernapas kembali. Di sisi rakyat Indonesia tetap perlu berhati-hati dalam menghirup udara baru tersebut, khususnya ketika Covid-19 masih berada di antara masyarakat.

Merujuk tema PKN tahun ini “Cerlang Nusantara, Pandu Masa Depan”, kebudayaan diharapkan semakin berperan menjadi pandu yang melahirkan visi bagi pembangunan Indonesia yang berkelanjutan. Tema PKN tahun ini bertujuan menjawab tantangan kehidupan masa kini, khususnya di bidang pemenuhan kebutuhan hidup dasar, seperti sandang, pangan, dan papan.

Menyikapi berbagai fenomena yang terjadi saat ini, Presiden Joko Widodo dalam sambutan pembukaan PKN 2021 menegaskan bahwa banyak hal yang dapat dipelajari dan dirujuk dari ilmu pengetahuan dan kearifan masa lalu karya nenek moyang bangsa. Menurutnya, ilmu pengetahuan dan kearifan masa lalu tersebut mungkin tidak tertulis dalam buku literatur atau artikel ilmiah dalam standar modern kita. Melainkan, tertuang dalam bentuk narasi lisan, skrip drama, dan pewayangan serta berbagai kebiasaan-kebiasaan para leluhur.

Presiden Jokowi juga menyampaikan bahwa keberagaman etnis, adat istiadat, agama, karakter masyarakat, serta setiap tantangan yang dihadapi nenek moyang bangsa Indonesia di masa lampau telah melahirkan solusi dalam menopang keberlangsungan hidup. Solusi tersebut diwujudkan dalam seni dan budaya yang salah satunya adalah melalui jamu dan ilmu pengetahuan lainnya pada zaman itu.

Oleh karena itu, Presiden Jokowi mengimbau agar masyarakat melestarikan dan melindungi keberagaman hayati termasuk plasma nutfah alam Indonesia. Kekayaan ini bermanfaat untuk pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. "Selain melestarikan dan belajar dari kebudayaan nenek moyang, saya juga minta untuk terus kita memahami alam kita yang sangat kaya dan sekaligus kompleks ini. Jangan tergesa menyimpulkan suatu adat atau suatu kebiasaan masyarakat asli kita itu tidak baik atau buruk. Bisa jadi, itu hanya karena kita belum mampu menjelaskannya secara ilmiah,” pesannya.

Sejalan dengan itu, Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim mengatakan bahwa PKN menjadi momentum untuk menyatukan gerak langkah lewat budaya. "Ini adalah waktu terbaik kita merancang bersama tata hidup baru yang lebih berkelanjutan dengan semangat budaya bangsa," ucapnya.

Kegiatan pra-PKN 2021 diselenggarakan secara daring sejak Juli 2021. Puncaknya dilaksanakan pada 19--26 November 2021. Proses perekaman untuk tayangan Puncak PKN dilakukan secara luring dengan menerapkan protokol kesehatan di beberapa daerah di Indonesia. Untuk diketahui, masyarakat dapat menyaksikan siaran perdana PKN di kanal indonesiana.tv atau dapat mengakses konten lengkapnya melalui www.pkn.id/.

Beberapa program PKN yang digelar terdiri dari: 17 kompetisi budaya, 23 lokakarya, 11 sesi simposium, 60 pergelaran, pameran, dan 20 sesi konferensi.

Pada perhelatan tahun ini, proses kuratorial dikerjakan secara gotong royong oleh tiga kurator yang sudah lama berkecimpung dalam isu sandang, pangan, dan papan, yakni Samuel Wattimena, Helianti Hilman, dan Yori Antar. Selain itu, terdapat lebih dari 70 pemerintah daerah yang berpartisipasi aktif menyelenggarakan Pekan Kebudayaan Daerah yang merupakan rangkaian kegiatan pendahuluan menuju PKN 2021.

Tak ketinggalan, ada 19 negara sahabat dari Kedutaan Besar dan Pusat Kebudayaan Asing di Jakarta yang berpartisipasi dalam ragam budaya internasional dengan mengirimkan konten video yang merepresentasikan tema PKN dari negara masing-masing. Tidak kurang dari 3.000 pelaku budaya ambil bagian dalam rangkaian kegiatan pendahuluan maupun pada puncak PKN 2021.

Beberapa musisi papan atas seperti Slank, Titi DJ, Reza Artamevia, Diskoria, Shine of Black, Godbless, Viky Sianipar, dan Voice of Baceprot terlibat di dalam kegiatan ini. Para sutradara terkemuka seperti Hanung Bramantyo, Riri Riza, dan beberapa nama lain pun ikut berpartisipasi.

 

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari