Awal abad 19, saat diminta menggambar peta Pulau Sumatra, seorang pedagang dari Minangkabau pertama-tama akan menggambar Gunung Merapi tepat di tengah-tengah. Kemudian dia menggambar satu persatu lembah-lembah yang mengitarinya. Setelah itu baru dia menuliskan nama wilayah atau kota-kota yang mengitarinya berdasarkan tingkat kesuburan tanah yang ada di sana.
Keterikatan pada gunung, sejak lama sudah menjadi perhatian para peneliti ilmu sosial kajian Nusantara. Riwayat di atas diceritakan oleh seorang naturalis kelahiran Jerman bernama Salomon Muller. Dia menulis laporan itu setelah ekspedisi ke Sumatra antara 1833 sampai 1835.
Dalam konteks budaya Melayu-Minangkabau, Christine Dobbin, lahir 1941, seorang peneliti dari Oxford University melihat kultur Minangkabau sebagai pertemuan antara dua kontras. Yang pertama adalah peradaban dataran tinggi Minangkabau yang memiliki keteraturan dan berbagai adat istiadat. Sedang yang kedua adalah dinamika yang muncul ketika dataran tinggi itu tersambung dengan wilayah pesisir. Dinamika perdagangan pesisir, terutama di wilayah timur yang berhadapan dengan selat Malaka membawa dinamika dan kompetisi tersendiri yang pada akhirnya membentuk karakter Minangkabau yang unik.
Penghuni dataran tinggi di tengah-tengah Pulau Sumatra itu telah lama dikenal di seluruh wilayah Nusantara sebagai orang-orang yang mempunyai keahlian bertani yang baik. Mereka juga mempunyai keluwesan, daya tahan, dan ketekunan yang membuat mereka bisa cepat menyesuaikan diri dalam persaingan dagang. Selain itu mereka juga mempunyai kecenderungan atau keinginan untuk membuka berbagai peluang dari mana saja. Pengaruh dari India, Persia, Arab, Cina, hingga Eropa terserap dalam peradaban mereka yang ikut membentuk karakter tersendiri.
Berkah Bukit Barisan
Salah satu yang menjadi ciri khas wilayah ini adalah rangkaian gunung yang berjajar dari ujung utara Pulau Sumatra hingga ujung selatan. Membentang hampir 1.700 km yang terbentuk dari pergerakan lempeng tektonik Australia. Di tengah-tengah wilayah itu tepat di garis Equator, membelah di antara keduanya adalah dataran tinggi yang disuburkan oleh debu vulkanik. Di wilayah inilah peradaban Melayu-Minangkabu berkembang.
Rangkaian gunung yang berada di sisi sebelah barat pulau ini bernama Bukit barisan. Letaknya yang lebih ke sisi barat bercirikan kawasan pesisir pantai dengan lebar kurang lebih 30 km persegi. Di beberapa wilayah, kaki-kaki bukit barisan bahkan langsung menyentuh pinggir laut.
Sementara itu sisi sebelah timur memperlihatkan bentang alam yang lebih menurun landai. Bukit barisan menjadi jalan pergerakan batu-batuan vulkanik dan batuan sedimen yang membentuk tanah datar. Bentangan tanah aluvial yang kerap berawa dengan hutan-hutan yang merimbun. Membentang ke timur hingga kurang lebih 200 km menujuk kawasan hutan bakau di timur yang berhadapan dengan Selat Malaka.
Sejarah orang-orang Minangkabau adalah berkah dari Bukit Barisan yang merupakan unsur paling penting dalam evolusi ribuan tahun.
Empat Lembah
Dataran tinggi Minangkabau adalah wilayah yang sangat cocok untuk pertanian. Iklimnya yang sejuk karena ketinggian yang pas menyebabkan wilayah ini menjadi hunian yang sangat cocok. Tanah vulkanik yang subur, aliran sungai yang melimpah untuk irigasi lengkap dengan sungai-sungai besar yang menyambung dengan dunia luar adalah syarat-syarat yang melengkapi tumbuhnya peradaban. Tidak heran, dalam catatan sejarah sejak abad 18 kawasan ini menjadi kawasan paling pada penduduk dari keseluruhan Pulau Sumatra. Sekitar 25 persen dari total populasi.
Jantung wilayah Minangkabau terdiri dari empat lembah yang luasnya mencapai 30 ribu km persegi. Lebarnya kurang lebih 80 km yang terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah bagian barat yang lebih tinggi kurang lebih 1000 meter di atas permukaan laut sedangkan bagian timur dengan ketinggian separuhnya.
Di ketinggian 1500 m di atas permukaan laut Lembah Agam membentang di kaki Gunung Singgalang. Sebelah tenggaranya terletak Lembah Tanah Datar. Antara Agam dan Tanah Datar dipisahkan oleh Gunung Merapi. Dalam legenda tempat ini adalah hunian yang pertama.
DI seberangnya adalah lembah Singkarak-Solok yang mempunyai danau yang menjadi karakteristiknya. Danau yang membentang sepanjang 20 km dengan lebar kurang lebih 8 km tersambung dengan sungai-sungai yang menghubungkan bagian timur pulau. Lembah ini juga mempunyai gunung Talang setinggi kurang lebih 2600 meter
Lembah keempat adalah Limapuluh Kota. Lembah ini adalah yang paling rendah di antara lainnya. Ketinggiannya hanya sekitar 500 meter dari permukaan laut. Letaknya yang paling timur dibatasi dengan Gunung Sago yang menjulang setinggi 2.300 meter di atas permukaan laut.
Keunikan empat lembah itu membentuk identitas sosio-kultural yang relatif berbeda-beda. Sejarah historis empat lembah ini lah yang selalu dibayangkan sebagai satu kesatuan "ranah minang". Lembah inilah kampung halaman. Di luar empat lembah inilah yang disebut dengan istilah "rantau". (Y-1)