Dalam AIGS Second 2025 yang berlangsung tiga hari, Waste Hub fokus pada pengolahan sampah daur ulang. Total, 60 kilogram sampah berhasil diselamatkan dari landfill. Jenis sampah yang dikumpulkan antara lain plastik PP, botol PET, kaleng, kardus, hingga HDPE yang dapat diolah menjadi furnitur.
Waste Hub berhasil mengolah dan menyelamatkan setengah ton sampah dari kegiatan Green Run dan AIGIS Second 2025 yang digelar awal Agustus lalu. Hal ini disampaikan Founder Waste Hub, Ranitya Nurlita Hadadah, dalam sesi pemaparan pengelolaan sampah acara The 2nd Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025 di Jakarta, Jumat (22/8/2025).
Menurut Nurlita, dalam gelaran Green Run yang berlangsung pada 3 Agustus lalu, timnya mampu mengolah sekitar 200 kilogram sampah hanya dalam dua jam. Dari jumlah itu, sampah dipilah ke dalam tiga kategori: organik, daur ulang, dan residu.
“Kalau sampah tidak dipilah, pada akhirnya akan berakhir di TPA dan sebagian masuk ke laut. Padahal, sampah organik bisa dijadikan kompos, sampah daur ulang bisa dimanfaatkan kembali, sementara sampah residu masih menjadi tantangan kita bersama,” jelas Nurlita.
Ia menambahkan, pada Green Run tercatat 20 persen sampah yang dikategorikan organik, sementara sampah daur ulang mencapai 31 persen. Sisanya adalah sampah residu, yang menurutnya sulit dikelola, seperti plastik sachet, sendok plastik, kertas berminyak, styrofoam, dan sedotan.
Dalam AIGS Second 2025 yang berlangsung tiga hari, Waste Hub fokus pada pengolahan sampah daur ulang. Total, 60 kilogram sampah berhasil diselamatkan dari landfill. Jenis sampah yang dikumpulkan antara lain plastik PP, botol PET, kaleng, kardus, hingga HDPE yang dapat diolah menjadi furnitur.
“Pada hari ketiga, misalnya, kami menemukan 19 persen sampah berupa plastik PP, 24 persen botol PET, 2,5 persen kaleng, 38 persen kardus, dan sisanya beragam sampah daur ulang lain,” papar Nurlita.
Dari seluruh rangkaian kegiatan, total sampah yang berhasil dipilah dan dikelola mencapai setengah ton. Dari jumlah tersebut, lebih dari 30 persen adalah sampah yang bisa didaur ulang.
Nurlita mengakui, meski belum bisa mencapai zero waste event, pihaknya berusaha menerapkan prinsip less waste dan mendorong setiap pihak untuk lebih bertanggung jawab. “Yang paling penting adalah reduction. Sebelum sampah terbentuk, kita harus mengurangi produksinya. Kalau memang tidak terpaksa, jangan menghasilkan sampah,” tegasnya.
Dalam upaya edukasi, Waste Hub juga menyediakan tiga jenis tempat sampah dengan kode warna berbeda: hitam untuk organik, abu-abu untuk residu, dan bening untuk daur ulang. Semua sampah yang terkumpul kemudian dibawa ke mitra offtaker untuk dikelola lebih lanjut.
Selain itu, Nurlita menyampaikan apresiasi kepada tim edukator West Hub yang terlibat aktif mengedukasi peserta. “Saya berterima kasih kepada tim kami, juga kepada seluruh pihak yang berpartisipasi. Harapan kami, IG Second ini bisa menjadi contoh penyelenggaraan acara yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan,” katanya.
Menurutnya, kesadaran memilah sampah dari sumber adalah kunci dalam pengelolaan lingkungan. Jika tidak, residu akan tetap mendominasi dan membebani TPA. “Sampah residu masih paling banyak dari event-event yang kami kelola. Inilah PR kita bersama,” tandasnya.
Dengan capaian tersebut, West Hub optimistis dapat terus mengembangkan sistem pengelolaan sampah di berbagai kegiatan besar. “Kami ingin menunjukkan bahwa pemilahan dan pengelolaan sampah bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab kita semua,” ujar Nurlita.
Penulis: Wandi
Redaktur: Kristantyo Wisnubroto
Berita ini sudah terbit di infopublik.id: infopublik.id/kategori/nasional-ekonomi-bisnis/934642/waste-hub-selamatkan-setengah-ton-sampah-dari-aigis-second-2025