Pemilik wajib mengecek dan mengetahui kondisi kendaraan masing-masing yang akan dibawa untuk melakukan mudik agar tidak mengalami gangguan selama di perjalanan.
Mudik atau pulang ke kampung halaman pada masa cuti bersama dalam rangka lebaran telah menjadi sebuah tradisi di masyarakat Indonesia. Ada banyak cara dilakukan, baik memakai transportasi umum atau memanfaatkan kendaraan pribadi yang dimiliki. Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan serta Kepolisian RI telah mengeluarkan kebijakan melarang masyarakat melakukan mudik memakai sepeda motor untuk alasan keselamatan.
Sebagai gantinya, motor milik pemudik akan diangkut memakai kereta dan untuk para pemilik mobil sejauh ini tidak ada larangan meski pemakaiannya tetap harus memperhatikan ketentuan hukum yang berlaku, misalnya membawa penumpang sesuai kapasitas mobil. Membawa mobil sendiri saat mudik untuk sebagian orang memberi sejumlah manfaat dibandingkan memakai transportasi umum.
Misalnya, ketika di kampung halaman tidak repot lagi menyiapkan kendaraan untuk membawa kita bersilaturahmi bersama keluarga. Selain itu dengan membawa mobil sendiri untuk sebagian pemudik bisa menekan pengeluaran transportasi. Hanya saja, sebelum melakukan perjalanan mudik memakai kendaraan sendiri ada baiknya kita memperhatikan dulu sejumlah hal. Pertama, tentu saja memastikan mobil dalam kondisi siap pakai.
Terlebih jika jarak yang akan ditempuh mencapai ratusan atau bahkan ribuan kilometer seperti misalnya mudik ke Pulau Sumatra, Bali, Nusa Tenggara, atau melintasi Trans Kalimantan dan Trans Sulawesi. Hal itu tentu berbeda ketika mobil dipakai untuk keperluan sehari-hari misalnya mengantarkan kita ke tempat beraktivitas. Langkah paling praktis adalah membawa mobil kesayangan kita ke bengkel resmi atau bengkel langganan untuk diperiksa.
Menurut pemerhati otomotif Fitra Eri Purwotomo, sebelum dibawa ke bengkel, pemilik mobil disarankan untuk melakukan pemeriksaan kecil-kecilan supaya makin tahu apa saja yang mesti diperbaiki nantinya saat ke bengkel. Pria kelahiran Jakarta, 17 Oktober 1974 itu menyarankan supaya mobil coba dibawa berkeliling dalam jarak dekat sembari memperhatikan apa saja perubahan yang mungkin terjadi.
Seperti apakah timbul bunyi dari bagian dek bawah mobil ketika dibawa bermanuver ke jalan yang sedikit rusak atau bergelombang. Jika muncul bunyi, artinya harus dilakukan pengecekan pada kaki-kaki mobil. Sekaligus mengecek sistem pengereman apakah masih berfungsi dengan baik atau tidak. Selanjutnya, periksa dapur pacu mobil, mulai dari mengecek kondisi pelumas pada mesin, rem, dan transmisi.
Begitu pula sistem kelistrikan dan kabel-kabel, utamanya untuk mobil yang sudah berusia di atas 10 tahun. Apalagi jika ada kabel yang terkelupas digigit tikus karena mobil diparkir pada garasi terbuka. Jangan lupa untuk mengecek bunyi klakson apa masih nyaring atau sudah mulai mengecil suaranya. Demikian halnya dengan lampu kendaraan, apakah pendar cahayanya masih terang atau mulai buram.
Berikutnya adalah mengecek sistem transmisi apakah masih berfungsi dengan baik atau sudah mulai sedikit mengalami kesulitan dalam melakukan perpindahan gigi. Pasalnya, dalam perjalanan mudik tak jarang menghadapi medan tanjakan atau turunan curam yang membutuhkan kerja transmisi, mesin, dan pengereman yang baik.
Tak boleh dilupakan pula mengecek sistem pendingin udara karena berperan penting menyejukkan interior mobil, terutama ketika menghadapi kemacetan. Jangan lupa melihat kondisi karet pembersih kaca, apakah masih lentur atau sudah mulai keras.
Begitu pula soal ban, apakah alurnya masih tebal atau sudah mulai terlihat sedikit botak. "Jangan ragu untuk mencatat apa saja yang kita temukan dari kondisi kendaraan sebelum dibawa ke bengkel. Catatan-catatan itu akan membantu kerja mekanik dalam mencari akar masalah dan memperbaikinya," ujar pebalap juara nasional ini.
Sering Istirahat
Hal senada turut disuarakan Rifat Sungkar, maestro balap mobil nasional sekaligus pemilik sebuah lembaga edukasi keselamatan berkendara. Menurut juara Reli Asia Pasifik ini, kondisi kendaraan yang sehat juga harus ditunjang oleh kesiapan pengendaranya. Sebab, menyetir jarak jauh untuk keperluan mudik yang dapat menghabiskan waktu hingga berjam-jam lamanya akan sangat berbeda kondisinya dengan mengemudi di dalam kota.
"Tidak perlu berkendara secara ugal-ugalan di jalan raya antarkota hanya karena ingin cepat sampai ke tujuan. Harap diingat, ini adalah perjalanan mudik dan dilakukan bersama orang-orang yang kita cintai seperti anak, pasangan atau bersama kedua orang tua kita. Jadi, tetaplah berkendara sewajarnya saja, pertahankan kecepatan konstan sesuai petunjuk rambu demi keselamatan bersama," jelas Rifat.
Tidak ada patokan resmi berapa lama sebaiknya mengemudi dan kemudian beristirahat. Rifat hanya mengingatkan, tubuh adalah pengingat terbaik terhadap kondisi fisik kita. Kendati menurutnya, waktu paling lama untuk menyetir adalah 4-5 jam dengan kondisi jalan lancar dan tidak ada kemacetan. "Kalau sudah terasa mulai lelah, ya segera cari tempat untuk kita beristirahat sejenak. Sempatkan sekadar melakukan gerakan senam kecil untuk melemaskan otot leher, tangan, dan kaki."
Ayah dua anak ini juga menyarankan untuk tidak mengekor di belakang angkutan umum seperti bus antarkota atau truk karena dapat membahayakan keselamatan. Alasannya, dengan ukuran badan truk dan bus yang lebih panjang dan lebar, maka bakal mengganggu pandangan kita untuk melihat kendaraan di depannya. Jadi, berikan jarak lebih panjang di belakang bus atau truk supaya bisa mendapatkan sudut pandang yang baik terhadap kendaraan di depan.
Hermas Prabowo selaku pemilik bengkel di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, juga mengingatkan gaya menyetir dapat berpengaruh kepada kondisi kendaraan saat menjalani mudik. Semakin sering menginjak pedal perseneling untuk mobil transmisi manual atau menggerakkan tuas transmisi baik otomatis maupun manual secara keras atau kasar dapat menyebabkan tarikan mesin menjadi berkurang dan pelat transmisi menjadi lebih cepat aus.
Mantan jurnalis nasional ini juga menyarankan kepada setiap pemudik untuk membawa barang atau penumpang sesuai ketentuan yang sudah ditetapkan oleh produsen pembuat mobil supaya umur kendaraan menjadi lebih panjang. Ia beralasan, kebiasaan masyarakat kita, kalau pulang kampung selalu mengangkut barang bawaan dalam jumlah banyak atau membawa penumpang melebihi kapasitas seharusnya. "Itu bisa membuat mesin bekerja lebih berat dan boros bahan bakar," terangnya.
Sementara itu, Dodi Kusmayadi yang pernah melakukan perjalanan keliling Indonesia memakai mobil bersama anggota keluarganya bercerita bahwa untuk perjalanan jarak jauh hingga antarpulau, ada banyak elemen yang mesti diperhatikan terutama pengetahuan soal rute yang akan dijelajahi, waktu tempuh ideal, dan titik-titik rawan kriminalitas karena kondisi jalan yang sepi.
Persiapan Matang
Khusus untuk pemudik yang pulang ke Sumatra, ia berpesan supaya ekstra hati-hati dalam berkendara karena pada beberapa titik ruas jalannya menyempit dan banyak terdapat kelokan. Kemudian, meski terdengar sedikit unik, disarankan pula menyiapkan jeriken untuk menampung bahan bakar cadangan karena masih terbatasnya jumlah stasiun pengisian bahan bakar umum, terutama pada Jalan Lintas Barat Sumatra. Apalagi jika kendaraan yang dipakai boros bahan bakar.
Berkendara melintasi kawasan berbahaya seperti hutan belantara, tepi jurang, dan tanjakan serta turunan curam juga memerlukan persiapan matang. Setidaknya, ketika melewati jalur tersebut dilakukan saat pagi hingga menjelang sore hari. Jika berjumpa hewan liar di tengah jalan ketika mobil sedang melintas, kita cukup memperlambat laju. Tak perlu berhenti dan keluar dari kendaraan, apalagi sampai memberi mereka makan.
Usahakan untuk berkendara di pagi hingga sore hari dan ketika hari sudah mulai malam, segeralah beristirahat atau mencari penginapan di kota terdekat jika tempat tujuan akhir kita masih sangat jauh jaraknya. Saat musim mudik, kantor polisi, rumah ibadah, dan SPBU menyiapkan tempat khusus bagi para pemudik untuk beristirahat di malam hari selain tentunya bermalam di penginapan.
Terakhir, persiapkan anggaran yang cukup serta mengisi uang elektronik dan dompet elektronik dengan dana memadai untuk keperluan membayar tiket jalan tol atau biaya penyeberangan. Siapkan pula uang receh untuk membayar parkir.
Selamat melakukan perjalanan bersama orang-orang tercinta dan selalu memperhatikan rambu-rambu keselamatan di sepanjang jalan agar bisa selamat sampai tujuan.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari