Kementerian Pertanian mencatat, hilirisasi kelapa dapat meningkatkan nilai tambah hingga lima kali lipat dibandingkan dengan penjualan bahan mentah.                                
                                
                                    Sebagai salah satu negara produsen kelapa terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan industri hilir kelapa untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Melalui kebijakan hilirisasi, pemerintah berupaya mendorong peningkatan nilai tambah komoditas kelapa sekaligus memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat di daerah sentra produksi.
Selama ini, sebagian besar hasil kelapa Indonesia diekspor dalam bentuk bahan mentah, seperti kopra dan kelapa utuh. Padahal, dengan pengolahan yang tepat, setiap bagian dari kelapa dapat menghasilkan berbagai produk turunan bernilai ekonomi tinggi, seperti minyak kelapa murni (VCO), tepung kelapa, gula semut, arang tempurung, dan serat sabut.
Kementerian Pertanian mencatat, hilirisasi kelapa dapat meningkatkan nilai tambah hingga lima kali lipat dibandingkan dengan penjualan bahan mentah. Upaya ini juga diharapkan mampu memperluas lapangan kerja, memperkuat ekonomi pedesaan, dan menjaga stabilitas pasokan bahan pangan nasional.
Melalui hilirisasi, tidak hanya meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga menciptakan ekosistem industri kelapa yang berdaya saing, berkelanjutan, dan mendukung ketahanan pangan.
Hilirisasi kelapa berperan penting dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Produk turunan kelapa, seperti minyak dan tepung kelapa, dapat menjadi alternatif bahan pangan dan substitusi impor. Selain itu, pengolahan nira kelapa menjadi gula semut atau gula cair mampu menyediakan sumber pemanis alami bagi masyarakat.
Kementerian Perindustrian juga menilai, industri pengolahan kelapa memiliki prospek besar untuk memenuhi kebutuhan pangan, kesehatan, hingga energi terbarukan.
Kelapa adalah sumber daya strategis yang dapat mendukung ketahanan pangan dan energi. Dengan hilirisasi yang terarah, produk olahan kelapa bisa memenuhi kebutuhan domestik sekaligus memperkuat ekspor.
Hilirisasi kelapa juga memberikan dampak langsung terhadap kesejahteraan petani di daerah penghasil kelapa. Di berbagai wilayah seperti Sulawesi Utara, Maluku, dan Nusa Tenggara, petani kini mulai mengolah kelapa menjadi berbagai produk bernilai tambah.
Dari Pohon Kehidupan Menuju Ketahanan Pangan Nasional
Di sebuah desa pesisir di Halmahera, suara thok-thok terdengar berirama dari halaman rumah-rumah penduduk. Itu suara tempurung kelapa yang dibelah, dagingnya diparut, lalu diperas untuk diolah menjadi minyak. Bau khas kelapa yang harum tercium di udara.
“Dulu kami hanya jual kelapa bulat. Sekarang, kami sudah bisa bikin minyak sendiri,” ujar Fatma, ibu dua anak yang kini mengelola kelompok usaha kecil pengolah minyak kelapa murni (VCO). “Nilainya jauh lebih tinggi, dan kami bisa pakai untuk masak juga. Tidak perlu beli minyak dari luar.”
Kisah Fatma adalah potret perubahan kecil di tengah desa yang besar artinya bagi negeri. Ia menunjukkan bagaimana hilirisasi kelapa, dengan mengolah hasil kelapa menjadi produk bernilai tambah ternyata bukan hanya memperbaiki nasib petani, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan nasional.
Kelapa dikenal sebagai the tree of life — pohon kehidupan. Dari akar hingga daun, setiap bagiannya berguna. Indonesia sendiri merupakan salah satu produsen kelapa terbesar di dunia. Namun, selama puluhan tahun, sebagian besar kelapa Indonesia dijual dalam bentuk kopra mentah atau kelapa utuh. Nilai tambahnya mengalir ke luar negeri, sementara petani tetap berada di lapisan bawah rantai pasok.
Pemerintah terus mendorong peningkatan nilai tambah kelapa melalui berbagai program pembinaan dan kemitraan. Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, serta Kementerian Koperasi dan UKM bekerja sama dalam memberikan pelatihan, bantuan alat pengolahan, serta akses pembiayaan kepada kelompok tani dan pelaku usaha kecil menengah (UKM).
Selain itu, pemerintah daerah juga berperan dalam membangun pusat-pusat produksi dan sentra hilirisasi kelapa di wilayah penghasil utama. Pemerintah daerah terus memperkuat kapasitas petani dan pelaku usaha agar dapat mengakses teknologi dan pasar. Tujuannya agar rantai pasok kelapa menjadi lebih efisien dan berkelanjutan.
Namun, tantangan masih dihadapi, antara lain keterbatasan infrastruktur, akses permodalan, dan teknologi pengolahan yang belum merata. Oleh karena itu, dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, lembaga riset, dan masyarakat untuk memastikan hilirisasi berjalan optimal.
Menopang Kedaulatan Pangan dan Ekonomi Nasional
Pengembangan industri hilir kelapa menjadi bagian dari strategi besar pemerintah dalam mewujudkan transformasi ekonomi berbasis sumber daya alam yang berkelanjutan. Hilirisasi diharapkan tidak hanya meningkatkan nilai ekspor, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan nasional melalui pemanfaatan produk lokal yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Kelapa adalah salah satu komoditas unggulan Indonesia yang harus dioptimalkan. Dengan mengolahnya secara terpadu dari hulu hingga hilir, kita dapat membangun kedaulatan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan komitmen pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani kelapa melalui hilirisasi industri dan peningkatan harga beli di tingkat petani.
Dalam kunjungan kerjanya di Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, Mentan Amran menegaskan bahwa hilirisasi tidak akan bermakna jika petani tidak menikmati nilai tambah yang adil dari hasil kebunnya. “Sekarang harga kelapa butir di petani hanya dua sampai tiga ribu rupiah. Kita minta pelaku industri untuk menaikkan harga beli supaya petani untung. Jangan sampai nilai tambah hanya berhenti di pabrik. Kalau harga kelapa dinaikkan sedikit, saya bantu 10 ribu hektare untuk seluruh Maluku Utara,” ujar Mentan Amran saat berkunjung ke pabrik pengolahan kelapa PT NICO, Minggu (27/10/2025).
Menurut Mentan Amran, pemerintah sudah menyiapkan program pengembangan 10 ribu hektare lahan kelapa di Maluku Utara mulai tahun 2026, yang akan dibagi di beberapa kabupaten. Dukungan tersebut diberikan sebagai bagian dari strategi nasional memperkuat hilirisasi komoditas perkebunan berbasis daerah. “Bapak Presiden Prabowo Subianto menekankan agar pertanian kita tidak hanya berhenti di hulu. Petani harus merasakan langsung nilai tambah dari produk mereka. Tidak cukup hanya tanam, tapi harus olah dan jual dalam bentuk bernilai tinggi,” tegas Amran.
Mentan mencontohkan, saat ini ekspor produk olahan kelapa asal Maluku Utara telah menembus pasar Tiongkok. Produk seperti coconut milk, VCO, dan arang tempurung hasil produksi pabrik lokal seperti PT NICO telah menjadi bukti nyata bahwa hilirisasi bisa dilakukan dari tingkat desa. “Yang membanggakan, ekspor ini dari Maluku Utara. Ini tonggak sejarah, kita tidak lagi kirim bahan mentah, tapi produk jadi dari daerah,” ujarnya.
Mentan Amran menjelaskan, nilai ekonomi kelapa dapat melonjak hingga seribu persen bila diolah. “Bayangkan, kelapa butir hanya tiga ribu rupiah. Tapi kalau sudah jadi coconut milk atau coconut water, nilainya bisa 40 sampai 50 ribu per butir. Inilah pentingnya hilirisasi dan harga petani yang adil,” papar Mentan Amran.
Selain membuka pasar ekspor, hilirisasi juga memperkuat ekonomi lokal. Keberadaan pabrik pengolahan seperti PT NICO dan PT Dewa Coco disebut telah menyerap ribuan tenaga kerja serta meningkatkan pendapatan petani di sekitar wilayah operasional. “Perusahaan seperti ini harus kita jaga. Mereka membuka lapangan kerja dan menurunkan kemiskinan,” kata Amran.
Mentan juga menegaskan bahwa hilirisasi industri kelapa menjadi kunci untuk meningkatkan nilai ekspor komoditas perkebunan nasional. Dengan mengolah kelapa menjadi produk bernilai tinggi, potensi ekonomi sektor ini diperkirakan bisa mencapai Rp1.000 triliun per tahun. "Saat ini ekspor kelapa kita bernilai sekitar Rp24 triliun per tahun. Jika dihilirisasi secara maksimal, nilainya bisa melonjak hingga 50-100 kali lipat, mencapai Rp1.000 triliun atau lebih. Ini adalah visi besar Presiden yang sedang kita wujudkan,” ujar Mentan Amran saat melepas ekspor produk kelapa dari Maluku Utara ke Tiongkok di Kabupaten Halmahera Utara, Minggu (27/10/2025).
Ekspor kali ini menampilkan produk olahan seperti coconut milk, minyak kelapa murni (VCO), dan berbagai turunan lainnya, yang dihasilkan oleh PT NICO di Halmahera Utara. Langkah ini menjadi tonggak penting, menunjukkan bahwa hilirisasi kelapa kini telah berjalan hingga ke tingkat desa. “Kerennya, ekspor ini berasal dari Maluku Utara. Kita tidak lagi mengirim bahan mentah, tapi produk olahan. Ini adalah langkah bersejarah yang dimulai dari daerah,” kata Amran.
Mentan juga mengumumkan program pengembangan 10 ribu hektare kebun kelapa baru di Maluku Utara pada 2026. “Di Halmahera Utara akan ada 5 ribu hektare, sisanya di kabupaten lain. Ini gratis untuk petani. Jika berhasil, kita akan tambah lagi,” tegasnya.
Hilirisasi terbukti mampu meningkatkan nilai ekonomi kelapa secara signifikan. Mentan Amran juga memuji peran Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda dan pemerintah daerah yang mendukung penuh kebijakan hilirisasi ini. “Terima kasih kepada semua pihak di Maluku Utara, mulai dari gubernur, bupati, hingga DPRD, yang bersama-sama mendorong industrialisasi kelapa,” ujarnya.
Oleh karena itu, Mentan optimistis bahwa model hilirisasi di Maluku Utara dapat menjadi contoh nasional. “Kita tidak boleh hanya menjual kopra. Ke depan, kita ekspor coconut milk, coconut chips, hingga coconut flour. Ini akan meningkatkan devisa dan menekan kemiskinan di perdesaan,” katanya.
Pemerintah juga berkomitmen untuk mendukung petani kelapa melalui penyediaan bibit unggul, pupuk, dan akses permodalan. “Kami mendapat tambahan anggaran Rp10 triliun untuk menyediakan bibit gratis bagi petani, termasuk di Maluku Utara,” ungkap Mentan Amran.
Data Kementan menunjukkan, luas lahan kelapa di Maluku Utara mencapai 158.953 hektare dengan potensi produksi lebih dari 1 miliar butir per tahun, dan sekitar 76 persen telah diserap oleh industri pengolahan. Namun, Mentan Amran menegaskan masih ada ruang besar untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok dan memperluas ekspor produk turunan. “Kita ingin Maluku Utara menjadi pusat hilirisasi kelapa Indonesia. Dari sini, kita buktikan bahwa desa-desa mampu menembus pasar dunia. Kuncinya satu: harga petani harus naik, industri harus tumbuh, dan semua pihak harus untung,” kata Amran.
Ia menegaskan bahwa hilirisasi kelapa bukan sekadar soal ekspor, tetapi juga tentang membangun kemandirian ekonomi masyarakat. “Dari Maluku Utara, kita buktikan bahwa Indonesia mampu bersaing di pasar global,” tutupnya.
Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda, menyampaikan apresiasi tinggi kepada Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman atas capaian luar biasa sektor pertanian selama satu tahun terakhir. Menurutnya, di bawah kepemimpinan Mentan Amran, pertanian Indonesia menunjukkan perubahan nyata yang dirasakan langsung oleh petani dari Sabang sampai Merauke. “Dalam satu tahun kepemimpinan Bapak Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, kita melihat bukti, bukan sekadar janji. Mulai dari peningkatan produksi nasional, stabilnya harga, hingga program yang benar-benar menyentuh petani di lapangan. Pertanian Indonesia hari ini mencatat sejarah dengan cadangan beras tertinggi sepanjang masa, produksi pangan meningkat, dan kesejahteraan petani mulai terasa dari desa ke desa,” ungkap Gubernur Sherly.
Ia menegaskan bahwa perhatian Kementerian Pertanian (Kementan) juga dirasakan langsung di Maluku Utara melalui berbagai program bantuan, seperti pemberian bibit kelapa, pala, dan kakao. Program tersebut dinilai mampu mendorong produktivitas sekaligus memperkuat hilirisasi komoditas unggulan daerah. “Di Maluku Utara, kami merasakan langsung perhatian pemerintah pusat. Hari ini kami datang untuk berdiskusi tentang pembangunan jalan tani guna mendukung program hilirisasi kelapa. Tujuannya jelas, kita tidak hanya bicara soal kedaulatan pangan, tetapi juga kesejahteraan petani,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sherly menjelaskan bahwa hilirisasi kelapa yang tengah dijalankan di Maluku Utara merupakan bagian dari visi besar mewujudkan pertanian yang bernilai tambah tinggi. “Hilirisasi kelapa yang kita jalankan hari ini adalah bukti semangat yang sama yaitu dari menanam, mengelola hingga mengekspor, semua berawal dari kerja nyata di lapangan,” tambahnya.
Sherly menekankan bahwa kolaborasi akan terus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Maluku Utara dan Kementan. Dengan sinergitas berbagai pihak, program pembangunan pertanian dapat berjalan optimal. “Terima kasih Mentan atas kepemimpinannya yang cepat, tegas, dan berpihak kepada petani. Dari Maluku Utara kami siap berkolaborasi membangun pertanian yang tangguh, mandiri, dan menyejahterakan rakyat,” pungkasnya.
Kedaulatan pangan dan kesejahteraan rakyat
Hilirisasi kelapa bukan sekadar strategi ekonomi; ia adalah gerakan menuju kedaulatan pangan dan kesejahteraan rakyat. Dari satu pohon kelapa, lahir minyak, tepung, gula, arang, sabun, hingga bioetanol — semua bisa menopang sistem pangan dan energi nasional yang lebih mandiri.
Kembali ke Halmahera, Fatma menutup hari dengan menata botol-botol minyak kelapa hasil olahan kelompoknya. “Dulu kami pikir kelapa hanya untuk kopra,” katanya sambil tersenyum. “Sekarang kami tahu, dari kelapa bisa lahir masa depan.”
Dan dari desa-desa seperti milik Fatma, hilirisasi kelapa menyalakan harapan baru: bahwa ketahanan pangan Indonesia tidak hanya dibangun di pabrik besar atau pelabuhan ekspor, tetapi di ladang-ladang kecil tempat pohon kelapa tumbuh — tegak, tangguh, dan memberi kehidupan bagi banyak orang.
Hilirisasi kelapa adalah cerita tentang bagaimana Indonesia bisa berdiri di atas kekayaan sendiri. Tentang bagaimana setetes minyak kelapa dari desa bisa menjadi simbol ketahanan pangan nasional. Dan tentang bagaimana dari tangan-tangan sederhana petani, lahir masa depan yang lebih berdaulat.
Melalui hilirisasi kelapa, Indonesia tidak hanya memperkuat posisi sebagai produsen kelapa dunia, tetapi juga membangun fondasi ekonomi pangan yang tangguh dan berkelanjutan, dimulai dari desa, dari tangan-tangan petani yang selama ini menjadi penjaga pohon kehidupan di negeri ini.
 
Penulis: Ismadi Amrin
Redaktur: Kristantyo Wisnubroto
Berita ini sudah terbit di infopublik.id: https://infopublik.id/kategori/sorot-ekonomi-bisnis/944354/menanam-kedaulatan-pangan-menuai-kesejahteraan-dari-hilirisasi-kelapa