Hingga 2029, pemerintah menargetkan ada 80 sekolah Garuda Transformasi dan 20 sekolah Garuda Baru di daerah prioritas.                                
                                
                                    Matahari belum tinggi ketika deretan langkah kaki berbaris rapi di halaman asrama SMA Negeri Banua Bilingual Boarding School (BBS). Di antara desir angin pagi dan gema lantunan doa, terdengar suara lantang pembina yang membangunkan semangat hari itu. Tepat pukul lima pagi, sebanyak 246 siswa-siswi mulai mengisi rutinitas mereka dengan kesadaran bahwa setiap hari di asrama adalah latihan kecil menuju mimpi besar: menembus kampus dunia dan pulang sebagai pembawa perubahan bagi Banua.
Sekolah yang berdiri sejak 2011 ini kini menyandang status baru sebagai salah satu Sekolah Garuda Transformasi, program unggulan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Di bawah arahan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), program ini dirancang sebagai jembatan pemerataan pendidikan unggul di seluruh Nusantara — bukan sekadar untuk mencetak siswa cerdas, tetapi menumbuhkan generasi muda yang disiplin, berkarakter, dan siap bersaing di tingkat global.
SMAN Banua BBS menjadi satu dari 12 sekolah di Indonesia yang dipercaya mengemban misi itu, sejajar dengan sekolah-sekolah bergengsi seperti SMA Taruna Nusantara di Magelang, Jawa Tengah dan MAN Insan Cendekia Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan.  “Label Sekolah Garuda ini diharapkan dapat menguji mental anak-anak Banua dan mendorong mereka mencapai cita-cita,” ujar Hafizul Rahman, Wakil Kepala Sekolah Asrama SMAN Banua, saat ditemui di SMAN Banua, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu (15/10/2025).
Adapun kehidupan di asrama berjalan dalam ritme yang tertata dan ketat, namun penuh makna.  Sebanyak 64 kamar menjadi rumah kedua bagi para siswa. Setiap kamar diisi lima orang dengan fasilitas sederhana: tempat tidur susun, lemari, kamar mandi, dan pendingin udara. Enam pembina bertugas di asrama putra Abah H Rudy Ariffin, enam lainnya di asrama putri Uma Hj Hayatun Fardah, semua bekerja penuh waktu. “Mereka mengawasi seluruh kegiatan siswa, mulai dari bangun tidur, belajar, beribadah, hingga belajar malam. Sistem ini membentuk disiplin, tanggung jawab, dan kemandirian,” imbuh Hafizul.
Jadwal harian siswa SMAN Banua bukan sekadar rutinitas, melainkan pembiasaan karakter. Seusai salat Subuh berjemaah, mereka berdiskusi dalam kelompok kecil, mengulas isu-isu aktual atau memperdalam pelajaran hingga pukul 06.45 WITA. Setelah itu, para guru memasuki kelas dan mengajar hingga sore. Saat makan siang, mereka juga harus makan bersama-sama di ruang makan. Malam harinya, selepas salat Isya, kegiatan etut atau belajar terstruktur (istilah belajar dari Bahasa Turki) berlangsung dari pukul 18.30 hingga 22.00 WITA.
Pola etut merupakan warisan sistem belajar SMAN Banua yang awal-awal tahun setelah didirikan oleh Pemprov Kalsel sempat bekerja sama dengan yayasan pendidikan Turki. Sekolah ini membuka diri bagi anak-anak terbaik dari 13 kabupaten/kota seluruh Kalsel untuk belajar di sekolah unggulan dengan gratis.
Namun di balik kedisiplinan itu, ada suasana kekeluargaan yang kuat. Para siswa hidup bersama dalam satu komunitas yang saling menumbuhkan. Setiap Sabtu mereka menjalani weekly test, lalu diberi waktu tiga jam untuk menggunakan telepon genggam — momen yang sering digunakan untuk menghubungi keluarga. Sementara pada Minggu sore, area terbuka sekolah dipenuhi wajah-wajah bahagia saat orang tua datang menjenguk. “Kami tidak mengizinkan siswa keluar dari lingkungan sekolah, tapi area kunjungan kami buat nyaman dan terpisah antara putra dan putri,” jelas Hafizul.
Kembali untuk Memajukan Kalsel
Kehidupan di asrama menjadi arena pembentukan karakter. Di ruang-ruang sederhana itu, para siswa belajar bukan hanya fisika dan bahasa Inggris, tapi juga tanggung jawab, empati, dan kepemimpinan. Di dinding ruang makan terpampang semboyan yang menjadi napas sekolah: "Berani Bermimpi, Siap Mengabdi." Kalimat itu menjadi mantra yang diamini setiap siswa, termasuk Muhammad Rizki Hasan, peraih Juara II Lomba Fisika Universitas Lambung Mangkurat. "Saya ingin kuliah di Nanyang Technological University, Singapura. Sekolah ini memberi saya fondasi untuk mewujudkan itu. Kami disiapkan untuk dunia, tapi juga diajarkan untuk pulang dan membangun negeri," ujarnya dengan penuh semangat.
Sama halnya dengan Fremmunizar Syahel Akbar, peraih medali emas Olimpiade Sains Nasional bidang geografi, yang dengan percaya diri berkata, "Dengan program Sekolah Garuda, Amerika terasa sudah dekat sekali. Saya ingin meneliti perubahan iklim dan membuat riset yang berguna bagi Kalimantan Selatan."
Semangat itu tumbuh karena sistem pembelajaran di SMAN Banua kini mengadopsi pendekatan global. Para siswa kelas XI dan XII mengikuti IELTS Practice Test dan Tes Aptis British Council, dua tes kemampuan bahasa Inggris yang menjadi syarat kuliah ke luar negeri. Selain itu, mereka juga dipersiapkan menghadapi Scholastic Aptitude Test (SAT), standar seleksi universitas di Amerika Serikat.
Guru Bahasa Inggris, Wildan, menjelaskan bahwa setiap siswa diarahkan mengikuti salah satu dari dua skema beasiswa Garuda Internasional: Skema I untuk siswa dengan nilai IELTS minimal 6,5 dan SAT di atas 1.110, serta Skema II untuk nilai IELTS 5,5 dan SAT di atas 700. “Program ini membuka peluang beasiswa di 100 universitas terbaik dunia,” katanya.
Program Garuda juga memperhatikan keragaman dan inklusivitas. Meski nuansa Islam begitu kental, SMAN Banua menerima 17 siswa nonmuslim — Kristen, Katolik, dan Hindu — yang mendapatkan bimbingan keagamaan dari Kementerian Agama, baik secara daring maupun tatap muka. "Kami ingin anak-anak belajar dalam suasana toleran, menghargai keyakinan satu sama lain. Ini adalah bagian dari karakter Garuda yang sesungguhnya," kata Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Zulkipli.
SMAN Banua sendiri mendapat pendampingan akademik dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, termasuk pelatihan IELTS, SAT, serta penguatan manajemen sekolah. Termasuk dilakukan psikotes untuk memetakan potensi kemampuan akademik dan bakat siswa. 
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Zulkipli, menjelaskan bahwa kurikulum Garuda tidak mengubah esensi kurikulum nasional, melainkan memperkuatnya dengan standar global dan pendekatan berbasis riset. "Sekolah ini menyiapkan siswa agar mampu bersaing masuk 100 kampus terbaik dunia. Pendampingan guru dan siswa dilakukan secara luring dan daring," jelasnya.
Bagi Lucy Yulita Tunggara, orang tua dari Sherlynn Aurelia, siswa kelas XII SMAN Banua yang bercita-cita kuliah di University of Toronto, Kanada, perubahan karakter anaknya adalah bukti nyata keberhasilan pendidikan di Banua. “Dulu anak saya mudah menyerah dan bergantung pada saya. Sekarang ia jauh lebih mandiri dan percaya diri. Ia punya mimpi besar, dan saya percaya sekolah ini menyalakan api itu,” ujarnya haru.
Di tingkat kebijakan, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan, Galuh Tantri Narindra, menyebut penetapan SMAN Banua sebagai Sekolah Garuda Transformasi sebagai pencapaian penting daerah. “Dari 38 provinsi, hanya 12 sekolah yang lolos. Penilaiannya sangat ketat, mulai dari kesiapan infrastruktur, mutu tenaga pendidik, hingga performa akademik. Ini pencapaian besar bagi Banua,” katanya saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (16/10/2025)
Galuh menambahkan, keberhasilan ini bukan hanya prestasi satu sekolah, tetapi simbol kemajuan pendidikan di Kalimantan Selatan. “Kita ingin anak-anak Banua bisa bersaing dengan siapa pun, dari mana pun, tanpa kehilangan jati dirinya.”
Terpilih menjadi Sekolah Garuda, bukan berarti hanya siswa-siswa SMAN Banua yang mendapatkan peluang kuliah di mancanegara, tapi juga siswa SMA lainnya di Kalsel. Disdikbud Kalsel meminta SMAN Banua melakukan pengimbasan dengan mengundang sejumlah siswa-siswa terbaik SMA di sekitar Kalsel untuk turut mengikuti ujian IELTS dan SAT di SMAN Banua.
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Brian Yuliarto menegaskan, kehadiran Sekolah Garuda merupakan langkah konkret pemerintah dalam memperluas akses pendidikan unggul di seluruh pelosok negeri. “Pendidikan berkualitas adalah pilar utama kemajuan bangsa. Sekolah Garuda menjadi simbol pemerataan pendidikan unggul yang menjangkau dari Aceh hingga Papua,” ujarnya dalam pengenalan nasional program Sekolah Garuda di Banjarbaru (8/10/2025).
Hingga 2029, pemerintah menargetkan ada 80 sekolah Garuda Transformasi dan 20 sekolah Garuda Baru di daerah prioritas. Saat ini, pemerintah menyiapkan 12 Sekolah Garuda Transformasi dan membangun empat Sekolah Garuda baru di beberapa wilayah seperti Aceh, Sumut, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Kaltim, Gorontalo, dan Maluku.
Kini, SMAN Banua tidak sekadar dikenal sebagai sekolah berprestasi — dengan nilai UTBK mencapai 613,488 dan menempati peringkat 24 nasional — tetapi sebagai rumah bagi generasi yang bermimpi besar.
Sekolah yang berdiri di lahan hijau ini dilengkapi laboratorium sains, perpustakaan modern, poliklinik, gymnasium, aula besar, dan dua asrama yang menjadi pusat kehidupan siswa. Seluruh fasilitas disediakan secara gratis, didukung pemerintah daerah dan mitra industri pendidikan. “Kami ingin memastikan bahwa setiap anak Banua, tanpa melihat latar belakang ekonomi, memiliki kesempatan yang sama untuk berkompetisi di panggung dunia,” tutur Risa Lisdariani, Kepala Sekolah SMAN Banua.
Menjelang malam, cahaya lampu asrama memantul di jendela-jendela ruang belajar. Suara kertas dan pena masih terdengar, menandakan para siswa belum lelah bermimpi. Di ruang sederhana itulah masa depan sedang dirancang — masa depan di mana anak-anak Banua tidak lagi memandang dunia dari jauh, tetapi berdiri sejajar di dalamnya.
Mereka adalah Garuda-Garuda muda yang bersiap terbang tinggi, membawa nama Kalimantan Selatan ke pentas global, dan pulang suatu hari nanti untuk menyalakan kembali obor ilmu di tanah kelahiran mereka.
 
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Kristantyo Wisnubroto
Berita ini sudah terbit di infopublik.id: https://infopublik.id/kategori/features/945076/sekolah-garuda-kalsel-misi-cetak-anak-banua-jadi-ilmuwan-global