Indonesia.go.id - Balap Formula E di Jakarta, Antusiasme dan Keunikannya

Balap Formula E di Jakarta, Antusiasme dan Keunikannya

  • Administrator
  • Sabtu, 3 Juni 2023 | 06:00 WIB
OLAHRAGA
  Sejumlah pembalap melaju dalam sesi latihan bebas pada balapan Formula E 2023 Jakarta di Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC), Jakarta, Jumat (2/6/2023). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Balap mobil ramah lingkungan tercepat di dunia diadakan di Sirkuit Ancol, 3 Juni 2023 dan 4 Juni 2023. Balapan tahun lalu di Jakarta disaksikan sekitar 60.000 penonton dan puluhan juta lainnya dari layar televisi. Penyelenggara Formula E mengeklaim sebagai yang terbanyak dalam sejarah sejak sembilan musim pelaksanaannya.

Indonesia kembali dipercaya untuk menggelar perhelatan olahraga berkelas dunia di tahun 2023. Stabilitas ekonomi dan politik yang terjaga, antusiasme tinggi masyarakat terhadap setiap event olahraga internasional menjadi sebagian alasan induk organisasi olahraga serta promotor dunia untuk memilih Indonesia.

Setelah sebelumnya sukses mengadakan salah satu rangkaian balap otomotif World Superbike musim 2023 di Sirkuit Internasional Jalan Raya Mandalika, Nusa Tenggara Barat, 26 Februari 2023 lalu, Indonesia kembali diberi kepercayaan mengadakan balap Formula E. Ini adalah balap mobil sekelas Formula Satu namun dengan mesin bertenaga listrik dan sudah memasuki musim keduanya diadakan di Jakarta.

Lomba dipusatkan di Sirkuit Internasional E-Prix Ancol, Jakarta Utara pada 3 Juni 2023 dan 4 Juni 2023. Berbeda dengan musim 2022 ketika Indonesia hanya diberi kesempatan menjadi tuan rumah untuk satu seri saja, maka pada penyelenggaraan Formula E di musim kesembilan kalinya, pihak promotor balap menambah satu seri lagi untuk Jakarta. Sehingga lomba digelar dalam dua hari berturut-turut, yakni seri ke-10 dan 11 atau sesudah seri di Sirkuit Jalan Raya Monako, 6 Mei 2023.

Jakarta menjadi satu di antara lima kota penyelenggara yang juga ditunjuk menggelar dua seri. Empat kota lainnya adalah Diriyah, Arab Saudi (27 dan 28 Januari 2023); Berlin, Jerman (22 dan 23 April 2023); Roma, Italia (15 dan 16 Juli 2023); dan London, Inggris (29 dan 30 Juli 2023). Total ada 11 kota dunia menjadi tuan rumah untuk musim 2023 ini.

Adu cepat mobil ramah lingkungan diadakan di sirkuit yang berada di dalam kawasan Taman Impian Jaya Ancol, sebuah taman hiburan tepi pantai di atas lahan 552 hektare, atau terluas di Asia Tenggara. Sirkuit E-Prix Ancol berdesain seperti kuda lumping dengan panjang lintasan mencapai 2,37 kilometer, lebar 12 meter dengan 18 tikungan dan trek lurus terpanjang mencapai 600 meter yang terletak antara Tikungan 18 dan Tikungan 1.

Sirkuit  dibangun di atas lahan rawa seluas 10 ha dalam waktu 54 hari dan telah disetujui oleh Federasi Otomotif Internasional (FIA) selaku regulator balap mobil dunia. Lokasi sirkuit ada di selatan Ancol Beach City Mall dan menjadi sirkuit balap kedua yang pernah dibangun di kawasan Ancol. Posisi Sirkuit E-Prix Ancol sekitar 700 meter dari Jakarta International Stadium, stadion sepak bola berkapasitas 82 ribu penonton.

Penyelenggaraan dua seri sekaligus di Jakarta  dalam musim balap Formula E di 2023 yang diikuti 25 pebalap dari 11 tim tak lepas dari pernyataan Presiden Joko Widodo ketika menghadiri balap perdana, 4 Juni 2022 lalu.

Usai menyaksikan lomba yang dimenangkan pembalap Selandia Baru Mitch Evans dari tim Jaguar TCS Racing itu, Presiden meminta kepada penyelenggara untuk memberi kesempatan Jakarta menggelar dua seri Formula E. Presiden berujar, pemerintah sejak awal mendukung perhelatan tersebut dengan memberi banyak kemudahan seperti pajak dan bea masuk perlengkapan dan mobil balap oleh Kementerian Keuangan dan kemudahan perizinan yang dikeluarkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Presiden beralasan, kehadiran balap ramah lingkungan ini sejalan dengan arah industri otomotif Indonesia masa depan. Yaitu memassalkan pemakaian kendaraan listrik. Indonesia saat ini sedang membangun ekosistem kendaraan listrik, mulai dari industrialisasi bahan baku nikel, pengolahan (smelter), produksi baterai lithium, hingga produksi mobil listrik nasional.

"Saya kira ini event masa depan karena kita tahu nanti ada pergeseran dari mobil yang sekarang ke pemakai mobil listrik. Sehingga ini menjadi sebuah tontonan yang ke depan menurut saya akan semakin digemari. Semua akan menuju ramah lingkungan," kata Presiden saat itu.

 

Cetak Sejarah

Chief Competition Officer Formula E, Alberto Longo selaku promotor lomba sepakat dengan pernyataan Presiden bahwa kehadiran Formula E memancing antusiasme tinggi dari masyarakat di tanah air. Buktinya, pada perhelatan perdana di musim lalu yang diikuti 22 pembalap dari 11 tim tersebut ditonton langsung oleh 60.000 orang. Longo bahkan menargetkan, penyelenggaraan lomba selama dua hari mampu menyedot 120 ribu-150 ribu penonton.

"Lomba tahun lalu mampu menyedot sampai lebih dari 60 ribu penonton dan puluhan juta lainnya lewat layar televisi. Itu memecahkan rekor dunia penyelenggaraan Formula E selama ini. Saya kira ini yang terbaik dalam sejarah Formula E. Saya berharap dua seri di Jakarta juga bisa mencetak rekor lebih banyak lagi," ucap Longo seperti diwartakan Antara.

Sepintas, bentuk mobil balap Formula E mirip dengan Formula Satu. Mobil Formula E kini sudah memasuki Generasi Ketiga (Gen 3) dengan dimensi panjang sekitar 5,1 meter, lebar 1,7 meter, tinggi 1 meter, dan jarak antara roda depan-belakang (wheelbase) 3,1 meter. Lebih kecil dari Formula Satu Mercedes-AMG F1 model W11 EQ Performance yang dipakai Lewis Hamilton. Tunggangan juara dunia tujuh kali Formula Satu itu memiliki panjang 5 meter, lebar 2 meter, dan tinggi 950 milimeter.

Mobil Gen 3 dilengkapi baterai berdaya total 350 kilowatt (kW) dan menghasilkan energi sebesar 470 tenaga kuda yang membuatnya mampu melesat dalam waktu 2,3 detik untuk mencapai kecepatan 100 km per jam.

Kecepatan maksimal dari mobil berbobot 760 kilogram tersebut dibatasi untuk bisa mengebut sampai 322 km per jam. Khusus untuk balapan musim 2023 di Jakarta, pihak Longo turut membawa alat pengisian ulang baterai listrik berkecepatan sangat tinggi (ultra high speed charging) berkekuatan 600 kW. Melalui alat canggih ini, seperti dikutip dari website resmi Formula E, mobil balap dimungkinkan untuk mengecas baterai listrik hingga penuh dalam 30 detik saja, tercepat yang pernah dibuat untuk kendaraan listrik di dunia.

 

Tidak Bising

Hal menarik lainnya dari balap Formula E adalah pada suara yang dihasilkan oleh mesin-mesin listrik yang antibising. Beda dengan balap Formula Satu, para penonton Formula E tak perlu khawatir dengan suara menggelegar mesin mobil balapnya. Lantaran digerakkan oleh tenaga baterai, selain lebih ramah lingkungan, balapan mobil-mobil listrik terkencang di muka bumi ini pun nyaris tak berisik alias bebas bising. Suara yang dihasilkan pun hanya 80 desibel (dB).

Menurut pakar suara (audiolog) Lisa Nathan seperti dikutip dari website Cape Town MediClinic, suara balap Formula E setara dengan orang mendengkur keras atau mesin bor melubangi lapisan beton.

Saat balapan digelar, mobil-mobil Formula E hanya menghasilkan suara seperti desingan saja dari dapur pacunya. Sungguh futuristik dan unik.

Situasi ini membuat para penonton tidak perlu harus saling berteriak ketika sedang berbicara di sekitar lintasan pada saat lomba berlangsung. Beda halnya dengan mobil Formula Satu yang ditenagai dapur pacu berjenis Internal Combustion Engine (ICE) dengan bantuan motor listrik atau dikenal sebagai mesin hibrid. Mesin ini menghasilkan tenaga sekaliber maksimal 1.000 tenaga kuda dan putaran mesin maksimal 17.000 rotasi per menit (rpm). Tenaga sebesar ini setara dengan mesin berbasis baterai listrik sebesar 780 kW.

Itulah sebabnya suara menggelegar dari dapur pacu yang dihasilkan Formula Satu mencapai 134 dB atau masuk kategori memekakkan telinga. Hanya beda tipis dengan suara mesin jet pesawat terbang komersial ketika lepas landas, 140 dB.

Karenanya, di setiap balap Formula Satu, para penontonya disarankan untuk menggunakan alat khusus untuk menutup kuping. Mesin berbasis baterai listrik ternyata punya keterbatasan. Mereka tak mampu melaju lebih dari 305 km seperti yang dilakukan para pebalap Formula Satu jika belum melakukan pengecasan ulang baterai mobil.

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari