Indonesia.go.id - Terdepan! Sudah Ada Motor Listrik sejak Belasan Tahun Lalu di Asmat

Terdepan! Sudah Ada Motor Listrik sejak Belasan Tahun Lalu di Asmat

  • Administrator
  • Minggu, 2 Juli 2023 | 08:18 WIB
KENDARAAN LISTRIK
  Penjualan motor listrik di Agats, Papua. Digemari karena tak membutuhkan bahan bakar bensin. ANTARA FOTO/ Aditya Pradana Putra
Motor listrik telah hadir di ibu kota Kabupaten Asmat sejak 2006 dan populasinya saat ini mencapai hampir 5.000 unit. Kehadirannya menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian masyarakat setempat.

Pemerintah sejak lima tahun terakhir begitu gencar mengembangkan ekosistem kendaraan listrik untuk mengurangi ketergantungan kepada energi fosil dan sebagai upaya menekan emisi gas rumah kaca. Upaya tadi diperkuat oleh terbitnya Peraturan Presiden nomor 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.

Kini, kehadiran kendaraan listrik, baik roda dua maupun roda empat, berseliweran di jalanan kota-kota besar, termasuk di DKI Jakarta, bukanlah pemandangan aneh lagi. Kementerian Energi Sumber Daya Mineral menyebutkan, sampai Maret 2023 tercatat ada sekitar 40.312 unit motor listrik beredar di Indonesia ditambah 12.395 unit mobil listrik dan 77 unit bus listrik.

Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan, populasi motor listrik di Indonesia akan bertambah menjadi 67.000 unit sepanjang 2023, melaju hingga 300 ribu unit pada 2025, dan puncaknya ketika 2030 nanti diprediksi ada 2,86 juta unit motor listrik dimiliki oleh rumah tangga di Indonesia. Jauh sebelum hingar bingar kendaraan listrik seperti saat ini, sejatinya masyarakat di Distrik Agats sudah jauh lebih dulu bercengkerama dengan alat transportasi bermodal setrum tersebut.

Agats adalah ibu kota Kabupaten Asmat di Provinsi Papua Selatan dan berada di pesisir menghadap Laut Arafura. Bukan perkara mudah untuk bisa menjangkau kota seluas 701,99 kilometer persegi dan berpenduduk sekitar 21.991 jiwa tersebut karena hanya bisa terhubung oleh transportasi kapal dan pesawat perintis.

Kota Timika di Papua Tengah menjadi salah satu titik terdekat untuk menuju Agats selain dari Kota Merauke, ibu kota Papua Selatan. Jika lewat jalur laut, kita bisa berangkat dari Pelabuhan Pomako memakai kapal cepat atau speedboat. Posisi pelabuhan sekitar 41 kilometer arah barat pusat kota dan perjalanan laut menuju Agats dapat ditempuh selama 4--5 jam bergantung kondisi cuaca. Pesawat perintis hanya ada pada hari tertentu seperti Senin, Kamis, dan Sabtu baik dari Timika maupun Merauke.

Agats adalah kawasan delta di muara Sungai Asewets di daerah dataran rendah pasang surut dan saat air pasang, maka dapat naik hingga 5 meter di atas permukaan laut. Itulah sebabnya konstruksi infrastruktur di Agats didominasi oleh bangunan panggung, mulai dari bentuk rumah dan jalan kota rata-rata dibuat dari bahan kayu dan papan. Sepintas, suasana kota memberi pemandangan unik karena semua berbentuk panggung dan Agats dijuluki sebagai Kota Papan meski situasi sekarang ada lebih dari 12 km ruas jalan telah dibeton.

 

Ramah Lingkungan

Sejak hampir 20 tahun lalu, jalan-jalan di Agats telah disesaki oleh motor cas, nama beken dari motor listrik yang disematkan oleh warga sekitar. Kehadiran motor cas yang saat ini populasinya mencapai hampir 5.000 unit atau 99 persen dari populasi motor di sana telah memberi fenomena tersendiri bagi warga sekitar.

Motor cas dinilai lebih hemat energi, serta ramah lingkungan lantaran bebas polusi suara dan udara. Perawatannya lebih mudah dibandingkan motor konvensional dan telah menjadi alat transportasi andalan warga sekitar. Jika diasumsikan, setidaknya satu dari empat kepala keluarga di Agats memiliki satu unit motor cas.

Kemunculan motor cas di Agats seperti diwartakan Antara berawal pada 2006 ketika seorang warga pendatang asal Sulawesi Selatan bernama Erna Sabuddin membawa satu unit motor listrik karena dinilai cocok sebagai alat transportasi di darat. Terlebih lagi, ketika itu sangat sulit untuk mendatangkan motor konvensional lantaran langkanya bahan bakar minyak jenis bensin di daerah tersebut. Kalau pun ada, maka harganya bisa selangit.

Motor cas milik Erna menarik perhatian Bupati Asmat kala itu, Yuvensius Alfonsius Biakai. Yuvensius yang menjabat selama dua periode, yakni 2005—2015, kemudian meminta Erna untuk mendatangkan satu unit lagi untuk dijadikan kendaraan dinas bupati. Ia menilai, motor cas yang ukurannya saat itu lebih mungil dari motor bensin sangat cocok dengan kondisi Agats serta bisa dilajukan di atas jalan papan karena bobotnya lebih ringan.

Seiring waktu, motor cas telah menjadi primadona masyarakat Agats karena membantu mobilitas mereka. Keberadaannya turut memberi berkah untuk sebagian warga karena bermunculan tempat jual-beli motor cas, bengkel perbaikan dan penjualan onderdil, hingga jasa transportasi ojek.

Mereka mampu meraih penghasilan antara Rp500 ribu sampai Rp2 juta setiap hari. Seorang penyedia jasa transportasi ojek, Herman Batmomolin mengatakan, dia bersama puluhan orang di Agats menjadikan motor listrik sebagai alat untuk mengantar penumpang di seputaran pasar dan pelabuhan. "Saat waktu normal, saya bisa meraih penghasilan kotor Rp600 ribu per hari. Bahkan, kalau ramai penumpang saya bisa mendapatkan Rp750 ribu," kata Herman.

Berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia, motor listrik di Agats masih dikategorikan sebagai sepeda sehingga para pemiliknya tidak perlu memiliki surat tanda nomor kendaraan (STNK) maupun surat izin mengemudi (SIM). Warga pemilik motor cas hanya diharuskan memiliki pelat tanda telah membayar retribusi kepada pemerintah daerah setempat yang diperbarui setahun sekali.

 

Dijajal Presiden

Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo pernah pula menjajal sensasi mengendarai motor cas melintasi jalan panggung Agats saat melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Asmat, 12 Maret 2018 lalu. Dengan menumpang motor listrik berkelir merah, Presiden RI Ketujuh tersebut berkendara memboncengi Ibu Iriana dari lokasi helipad dekat pelabuhan menyusuri Jl Yos Sudarso yang berkonstruksi jalan panggung selebar 4 meter menuju Aula Wiyata Mandala sejauh 2,8 km.

Masih memakai motor sama, keduanya melanjutkan meninjau proyek infrastruktur di Kampung Kayeh, satu dari 12 kampung di Agats. Ketika Presiden dan Ibu Iriana akan kembali ke helipad memakai motor listrik, hujan turun dengan derasnya. Alih-alih berhenti untuk berteduh, Presiden memutuskan untuk memacu motor cas sejauh 3,5 km menembus lebatnya hujan dan membuat pakaiannya basah kuyup. Setelah bersalin pakaian di kantor pelabuhan, Presiden Jokowi melanjutkan perjalanan menuju Timika menggunakan helikopter Super Puma.

Sementara itu, Bupati Asmat Elisa Kambu mengatakan, saat ini masih belum ada infrastuktur penunjang kendaraan listrik di Asmat, seperti stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU). Menurutnya, masyarakat Agats masih secara mandiri mengisi baterai kendaraan mereka di rumah masing-masing. Elisa mengatakan, pihaknya terus berupaya mempertahankan sepeda motor listrik sebagai moda transportasi utama di Agats.

Karena keberadaan motor listrik turut berkontribusi menjaga Agats sebagai daerah bebas polusi udara maupun suara. "Ini merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya dan masyarakat Agats. Semoga dapat menginsipirasi daerah-daerah lainnya di Indonesia untuk juga dapat membangun ekosistem kendaraan yang lebih ramah lingkungan," kata Bupati Elisa Kambu. 

Masyarakat Indonesia patut berterima kasih kepada saudara mereka di Agats karena mampu memberi contoh baik lewat terciptanya sebuah ekosistem ramah lingkungan berbasis motor cas dan telah menjadi bagian dari keseharian mereka selama 17 tahun terakhir.

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari