Papua Street Carnival membuka peluang lebih besar bagi para milenial Papua untuk mengenalkan karya dan desain mereka tidak hanya kepada masyarakat di tanah air, tapi juga ke warga dunia. Desainer muda Papua bernama Yunike mengaku bangga bisa mengikuti ajang itu.
Papua adalah pulau terluas kedua di dunia dengan daratan mencapai 785.753 kilometer persegi, dan dikenal lewat kekayaan hayati, keindahan alam, serta keunikan budayanya. Pulaunya dimiliki oleh dua negara, yakni Indonesia dan Papua Nugini. Sebanyak 418.707 km2 menjadi bagian dari Indonesia, sedangkan sisanya adalah wilayah negara tetangga.
Di Papua, terdapat tujuh wilayah adat seperti Mamta/Tabi dengan 87 suku di dalamnya, lalu ada Saireri (37 suku), Bomberai (19 suku), Domberai (52 suku), Ha Anim (2 suku), Meepago (11 suku), dan Lapago dengan 19 suku.
Sejak pemerintah pusat memberi kewenangan atau otonomi khusus untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat terutama orang asli Papua atau OAP, pada 2001, wilayah itu mengalami banyak kemajuan pesat. Salah satunya adalah makin berkembangnya potensi kreativitas anak-anak muda Papua di bidang sains, seni budaya, dan olahraga dalam beberapa tahun belakangan. Kehadiran Papua Youth Creative Hub (PYCH) di kawasan Abepura, sekitar 11 kilometer dari pusat Kota Jayapura, makin melengkapi hal tersebut.
PYCH diinisiasi dari pertemuan Presiden Joko Widodo dengan 23 tokoh muda Papua inspiratif di Istana Negara, Jakarta, pada September 2019. Langkah itu dilakukan guna mendukung kreativitas anak-anak muda Papua yang kini telah terbagi atas enam provinsi dalam pengembangan inovasi dan teknologi, maupun menghasilkan produk lokal setempat.
Dalam kompleks PYCH seluas 1,5 hektare terdapat pusat riset, ruang kerja bersama (co-working space), ruang teater untuk pengembangan seni dan budaya, ruang pameran, arena olahraga, dan juga asrama. Dan sejak diresmikan kepala negara pada 21 Maret 2023, PYCH telah melakukan banyak kegiatan seperti siniar daring, klinik musik dan fotografi, riset pengembangan kendaraan listrik dan tenaga surya, pembuatan laptop dan ponsel, pengembangan produk kuliner lokal, pelatihan desain dan perancangan busana, serta menjadi etalase produk-produk UMKM anak muda Papua.
Saat peresmian PYCH itu pula tercetus sebuah ide dari salah satu anak muda Papua agar pemerintah pusat memberikan dukungan kepada mereka untuk menggelar sebuah karnaval budaya yang menampilkan kreasi anak-anak muda Papua. Kepala negara pun menyanggupi dan menugaskan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno untuk menggelar street carnival.
Itu menjadi semacam kegiatan gelar atraksi kreatif hasil desain rancangan busana (fashion) karya para milenial Papua, berkonsep mirip seperti Jember Fashion Carnival (JFC) yang telah mendunia. Tepat pada 7 Juli 2023, Papua Street Carnival 2023 bertema Papua Extravaganza: The East Great Spirit dibuka secara resmi oleh Presiden Jokowi di depan Kantor Gubernur Papua di Kota Jayapura.
Kemunculan Industri Kreatif
Sebanyak 500 orang mengisi acara, termasuk 116 peserta parade, seperti arak-arakan tifa raksasa berukuran panjang 5 meter dan diameter 1 meter. Selanjutnya ada parade 100 perahu hias perwakilan kampung adat dan nelayan setempat, serta parade model-model lokal memamerkan 134 kostum hasil desain para milenial dari PYCH. Desain kostum lebih banyak terinspirasi dari flora dan fauna endemik Papua, seperti burung cenderawasih, kepiting hitam, ikan pelangi, kopi, dan buah merah.
Pawai street carnival itu dimeriahkan oleh 20 kendaraan hias yang membawa peragawan dan peragawati lokal memakai 50 kostum Papua. Sejumlah karya kreatif dan inovatif di bidang teknologi informasi, seperti laptop dan ponsel produk PYCH, ikut ditampilkan dalam Papua Street Carnival 2023.
Melihat hal tersebut, Presiden Jokowi meyakini, sektor industri kreatif di Tanah Papua bakal berkembang dan mampu menjadi pendorong ekonomi lokal karena memiliki material, potensi, dan kekuatan yang besar. Mantan wali kota Solo itu ikut meminta supaya ajang serupa diorganisasi dan dikemas dengan matang sehingga mampu menampilkan karya-karya yang baik.
"Papua Street Carnival memang baru pertama kali diadakan, hanya memang perlu direncanakan jauh-jauh sebelumnya. Saya kira, ini awal munculnya banyak sekali industri kreatif yang ada di tanah Papua dan kita harapkan ini terus berlanjut. Nanti saya akan ambil satu dua grup untuk kita tampilkan di Istana," ujar Presiden Jokowi.
Menparekraf Sandiaga Uno pun memastikan bahwa kegiatan itu akan menjadi ajang tahunan karena murni berbasis keunggulan lokal dan mengangkat karya-karya kreatif anak-anak muda Papua. "Persiapannya kurang dari tiga bulan sejak Presiden meminta kami untuk mewujudkan sebuah street carnival berkelas internasional pertama di Papua. Kita akan pastikan bahwa kegiatan Papua Street Carnival ini menjadi ajang tahunan. Tahun depan siap-siap, karena ini akan dirancang lebih baik lagi melibatkan seluruh pihak," kata Sandiaga.
Desainer muda Papua bernama Yunike mengaku bangga bisa mengikuti ajang ini. Seperti dilansir dari website Kemenparekraf, Yunike merupakan pencetus dari Papua Street Carnival. Dia selalu bermimpi, suatu hari ajang serupa dengan JFC bisa digelar di kampung halamannya.
Busana-busana karya desainer-desainer muda Papua menurut Yunike bertema karnaval, mural, dan ada pula yang siap pakai (ready to wear). Dia mengaku hanya diberi waktu sebulan untuk merancang pakaian-pakaian yang akan ditampilkan pada Papua Street Carnival. Itu membuat dirinya, bersama juga rekan-rekan desainer lokal, bekerja lembur demi menuntaskan hajatan besar itu.
Sehari sebelum ajang tersebut dibuka Presiden Jokowi, Yunike juga dihubungi pihak JFC. Yunike dan para desainer muda Papua diundang untuk ikut menjadi bagian dari JFC 2024 nanti.
Jember Fashion Carnival pertama kali digelar pada 1 Januari 2003 dan saat ini telah bersanding sebagai sebuah street carnival papan atas dunia seperti halnya Karnaval Rio di Brasil. Pada International Carnival de Victoria, JFC dinobatkan sebagai street carnival terbesar ketiga di dunia serta telah mendapatkan banyak penghargaan dunia untuk penampilan kostum para desainernya.
Semoga dengan hadirnya Papua Street Carnival di Bumi Cenderawasih akan membuka peluang lebih besar bagi para milenial Papua untuk mengenalkan karya dan desain mereka tidak hanya kepada masyarakat di tanah air, tapi juga ke warga dunia.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari