Indonesia.go.id - Jamu Resmi Masuk Warisan Budaya Takbenda UNESCO

Jamu Resmi Masuk Warisan Budaya Takbenda UNESCO

  • Administrator
  • Jumat, 15 Desember 2023 | 15:29 WIB
BUDAYA
  Bahan baku obat herbal dii Pasar Jamu Nguter, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah ANTARA FOTO/ Maulana Surya
Budaya sehat jamu menjadi WBTb Indonesia ke-13 yang berhasil diinskripsi ke dalam daftar WBTb UNESCO.

Jamu, bagi sebagian besar orang di Indonesia, bukanlah barang baru. Secara tradisi, ramuan berbahan baku rempah itu dikenal sebagai minuman kesehatan, untuk mencegah, dan juga diyakini menyembuhkan berbagai penyakit.

Kini, dunia pun mengakuinya. Dalam sesi sidang ke-18 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kasane, Republik Botswana, budaya sehat jamu telah resmi dtetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh Komite Konvensi Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage/ICH) UNESCO pada Rabu, 6 Desember 2023, pukul 16.30 WIB. Budaya Sehat Jamu menjadi WBTb Indonesia ke-13 yang berhasil diinskripsi ke dalam daftar WBTb UNESCO.

Sebelumnya, Indonesia telah menginskripsi dua belas elemen budaya lainnya sebagai WBTb UNESCO, yaitu wayang (2008), keris (2008), batik (2009), pendidikan dan pelatihan batik (2009), angklung (2010), tari saman (2011), noken (2012), tiga genre tari tradisional di Bali (2015), seni pembuatan kapal pinisi (2017), tradisi pencak silat (2019), pantun (2020), dan gamelan (2021).

UNESCO menganggap nilai budaya jamu sebagai salah satu sarana ekspresi budaya dan membangun koneksi antara manusia dengan alam. Di samping itu UNESCO juga mengakui bahwa budaya sehat jamu sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDG’s). Antara lain, tujuan nomor 3 yakni kesehatan dan kesejahteraan, nomor 5 yaitu kesetaraan gender, nomor 12 yakni produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab, dan nomor 16 yakni kehidupan di darat.

Atas pengakuan UNESCO untuk budaya sehat jamu itu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengaku bangga dan mengucapkan terima kasih. Menurut pria yang akrab disapa Mas Menteri itu, jamu sebagai salah satu warisan budaya Indonesia, mewakili hubungan yang mendalam, bermakna, dan harmonis antara manusia dengan alam. Jamu bagi masyarakat Indonesia telah menjadi bagian tak terpisahkan selama berabad-abad.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada UNESCO yang telah menetapkan jamu sebagai warisan budaya takbenda. Penetapan ini akan memperkuat upaya Indonesia untuk melindungi dan mengembangkan jamu sebagai warisan budaya, serta berkontribusi terhadap kesehatan dan kesejahteraan global,” kata Mendikbudristek dikutip dari laman resmi kemdikbud.go.id.

Indonesia, kata Mendikbudristek, akan terus melestarikan jamu melalui pendidikan dan pelatihan secara formal dan nonformal, juga melalui penelitian, pengembangan, dan inovasi jamu.

Secara terpisah, Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh (LBBP) RI untuk Republik Afrika Selatan merangkap Republik Botswana, Kerajaan Eswatini, dan Kerajaan Lesotho, Saud Purwanto Krisnawan menyebutkan, penetapan budaya sehat jamu sebagai WBTb adalah hal yang positif dalam rangka terus mempromosikan budaya Indonesia. “KBRI Pretoria dalam rangka peringatan 30 tahun kerja sama diplomatik Indonesia-Afsel akan mempromosikan jamu melalui berbagai aktivitas seperti pameran, workshop, dan lainnya,” ujar Dubes Saud Purwanto seraya menambahkan, kegiatan itu akan lebih diintensifkan dalam diplomasi di tahun-tahun mendatang.

Sementara itu Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO Profesor Ismunandar menambahkan bahwa proses penetapan budaya sehat jamu sebagai WBTb UNESCO merupakan upaya bersama yang didorong dari komunitas lokal yang difasilitasi oleh Pemerintah. Keterlibatan masyarakat ini dinilai sangat positif oleh UNESCO, bahkan disebut dapat menjadi contoh bagi negara lain.

“Inskripsi jamu sebagai WBTb UNESCO dapat meningkatkan kesadaran dan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap jamu, dan WBTb secara umum,” kata Profesor Ismunandar.

Sejak dahulu sampai dengan saat ini budaya jamu terus dipelajari, dikembangkan dan diwariskan secara turun-temurun, dari generasi ke generasi. Jamu telah menjadi bagian cara hidup di Indonesia. Penetapan jamu sebagai WBTb oleh UNESCO diharapkan akan membuat budaya sehat jamu semakin dikenal di dunia internasional.

Proses Pengajuan

Jamu, sebagai salah satu minuman tradisional Indonesia, telah diajukan ke UNESCO sebagai WBTb pada 7 April 2022. Sebelumnya pengajuan, UNESCO telah menetapkan standar dan kaidah untuk mendukung jamu sebagai WBTb.

Untuk itu sebuah lembaga riset dan pengarsipan budaya sehat Jamu, Jamupedia, melakukan riset yang melibatkan ratusan pelaku langsung budaya sehat jamu mencakup para perajin jamu, penjual jamu gendong, hingga konsumen jamu yang berada di empat provinsi di Indonesia yaitu Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, dan DKI Jakarta. Tim, di bawah bimbingan konsultan ahli Gaura Mancacaritadipura, melakukan riset sejak Juni 2021.

Disebutkan tim riset jamupedia dan gabungan pengusaha (GP) jamu, secara historis jamu telah terbukti sebagai pengetahuan warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang telah digunakan selama ribuan tahun dari generasi ke generasi. Lantaran hal ini membuat jamu menjadi buah perjalanan sejarah peradaban masyarakat yang tidak dapat dilepaskan dari tali-temali kebudayaan Nusantara.

Selain itu, mengonsumsi jamu juga menjadi suatu praktek menjaga kesehatan yang bersifat preventif sekaligus promotif. Pada masa pandemi Covid-19 popularitas jamu empon-empon meningkat karena dipercaya dapat menyembuhkan dan mencegah Covid-19.

Sejarah dan Perkembangan

Jamu, asal katanya dari bahasa Jawa kuno yaitu jampi atau usodo. Jampi atau usodo berarti penyembuhan menggunakan ramuan obat-obatan atau doa-doa. Minuman ini telah memegang peranan penting dalam pemeliharaan kesehatan dan kebugaran masyarakat Nusantara sejak ratusan tahun silam.

Sejak zaman Kerajaan Mataram, budaya jamu sudah dikenal masyarakat Nusantara. Hal ini ditandai dengan adanya artefak cobek, ulekan, dan juga bukti-bukti lain seperti alat-alat membuat jamu yang banyak ditemukan di Yogyakarta dan Surakarta, tepatnya di Candi Borobudur pada relief Karmawipangga, Candi Prambanan, Candi Brambang, Liyangan yang berlokasi di lereng Gunung Sindoro, Jawa Tengah, dan beberapa lokasi lainnya.

Jamu telah menjadi kebanggaan tersendiri seperti halnya dengan ayurveda dari India dan zhongyi dari Tiongkok. Jamu disajikan dengan berbagai jenis bahan dari tanaman mengingat di Indonesia memiliki tanaman herbal berjumlah cukup banyak. Setiap daerah mempunyai jenis jamu yang berbeda, menyesuaikan dengan tanaman herbal yang tumbuh di daerahnya.

Umumnya jamu menggunakan bahan dasar kunyit, temulawak, lengkuas, jahe, kencur, dan kayu manis. Untuk penambah rasa segar dan rasa manis biasanya menggunakan gula jawa, gula batu, dan jeruk nipis.

Perempuan lebih berperan dalam memproduksi jamu, sedangkan pria berperan mencari tumbuhan herbal alami. Fakta itu diperkuat dengan adanya temuan artefak cobek dan ulekan–alat tumbuk untuk membuat jamu. (*)

 

Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari