Indonesia.go.id - Dwi Tunggal Bung Karno dan Bung Hatta Kawal Kedaulatan Laut Indonesia

Dwi Tunggal Bung Karno dan Bung Hatta Kawal Kedaulatan Laut Indonesia

  • Administrator
  • Rabu, 5 Maret 2025 | 12:03 WIB
ALUTSISTA
  KRI Bung Hatta 370, satu dari dua korvet yang dimiliki TNI AL dengan spesifikasi tempur. PUSPEN TNI AL
Penyematan nama Proklamator Kemerdekaan Indonesia, yakni Bung Karno pada korvet pertama dan Bung Hatta pada korvet kedua, merupakan wujud penghormatan atas visi maritim yang kuat dari Dwi Tunggal tersebut.

Kekuatan armada tempur laut Indonesia semakin bertambah. TNI Angkatan Laut (AL) kembali mendapatkan satu unit kapal korvet tempur buatan anak bangsa. Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana Muhammad Ali secara resmi menyematkan nama dan meluncurkan KRI Bung Hatta-307 di galangan PT Karimun Anugrah Sejati (KAS), Batam, Kepulauan Riau, Kamis (27/2/2025). 

Sesuai kebutuhan untuk memperkut alat utama persenjataan (alutsista) TNI, kapal jenis korvet yang termasuk dalam jajaran striking force akan menambah daya pukul Armada TNI AL, khususnya pertahanan laut, yang fokus pada penguatan choke point (jalur pelayaran di antara selat laut).

Kapal perang jenis korvet dikenal untuk digunakan dalam peperangan permukaan dan peperangan antiudara. Karena itu, kapal ini dilengkapi dengan peluru kendali, baik surface-to-surface missile untuk antipermukaan kemudian meriamnya juga diganti dengan kaliber yang lebih besar. Meriam ini juga dilengkapi dengan surface-to-air missile untuk antiudara.

“Dengan dibangunnya kepal ini di galangan dalam negeri, selain menunjukkan komitmen kami untuk selalu berupaya meningkatkan kemampuan industri dalam negeri, juga membuktikan bahwa anak bangsa memiliki kemampuan dan potensi untuk memproduksi sendiri peralatan tempur TNI AL,” kata Laksamana Muhammad Ali.

Kapal korvet tersebut merupakan kelanjutan dari kapal korvet produksi PT KAS sebelumnya, yakni KRI Bung Karno-369 yang saat ini telah melaksanakan dinas aktif di bawah jajaran Satkor Komando Armada (Koarmada) I . Adapun, KRI Bung Hatta-370 ditempatkan di Koarmada II dengan tugas menghadapi eskalasi ancaman dari kejahatan di laut. 

KSAL menjelaskan alasan penyematan nama Proklamator Kemerdekaan Indonesia, yakni Bung Karno pada korvet pertama dan Bung Hatta pada korvet kedua, merupakan wujud penghormatan. “Selain sebagai wujud penghormatan dan penghargaan kami kepada Dwi Tunggal, Sang Proklamator yang memiliki visi kemaritiman sangat kuat,” kata KSAL.

Proses pembangunan kapal yang memiliki panjang 80,30 meter dan lebar 12,60 meter itu itu berlangsung selama 20 bulan.

KRI Bung Hatta-370 dilengkapi satu unit meriam 57 milimeter yang dapat ditingkatkan hingga 76 milimeter dan dua unit meriam 20 milimeter.

Kapal tersebut juga memiliki ketahanan lima hari dengan kapasitas 82 personel, kecepatan ekonomis 14 knots, kecepatan jelajah 18 knots, dan kecepatan maksimum 25 knots.

Selain itu, kapal tempur ini dipersenjatai dengan surface to air missile, surface to surface missile, sistem torpedo untuk peperangan antipermukaan, udara dan bawah air.

KRI Bung Hatta-370 juga mampu mengemban misi peperangan elektronika karena dilengkapi dengan berbagai peralatan elektronika, seperti radar electronic counter measures (R-ECM), radar-electronic support measures (R-ESM), dan perangkat lainnya.

Asisten Logistik KSAL Laksamana Muda TNI Eko Sunarjanto menerangkan, kapal perang itu mampu beroperasi di berbagai medan dan cuaca. Dengan kecepatan maksimal 25 knots dan kelincahan yang dimiliki, kapal itu diharapkan mampu memenuhi berbagai misi operasi laut, baik infiltrasi, eksfiltrasi, maupun misi pencarian dan pertolongan (SAR) dengan baik.

Sementara, KRI Bung Karno-369 yang diluncurkan pada Juni 2023 silam, memiliki kekuatan tersendiri dibandingkan "saudaranya" KRI Bung Hatta-370.

KRI Bung Karno-369 merupakan kapal perang RI jenis korvet pertama yang desainnya dibuat oleh perusahaan dalam negeri, dan seluruh proses pembuatannya juga dibuat di Indonesia.

Ketika itu, KSAL Laksamana Ali menyampaikan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) KRI Bung Karno-369 sudah  mencapai 80 persen, atau hanya 20 persen komponen kapal yang didatangkan dari luar negeri.

KRI Bung Karno-369 merupakan kapal perang tipe korvet yang dipergunakan salah satunya untuk kapal kepresidenan menggantikan KRI Barakuda-633 yang telah beroperasi selama 27 tahun.

Beberapa tipe senjata yang akan memperkuat KRI Bung Karno-369, di antaranya satu Meriam Leonardo 40 mm, dua senapan mesin berat 20 mm, dan dua peluncur rudal permukaan ke udara, torpedo, dan sonar.

KRI itu juga akan dilengkapi dengan perangkat untuk membawa helikopter Panther, dan helideck — tempat mendarat helikopter — yang mirip seperti di KRI Bung Tomo-357.

Proses pembuatan kapal menghabiskan waktu selama 12 bulan, terhitung sejak masa pemesanan pada 21 Juni 2022.

Dalam masa pembuatan selama 12 bulan itu, produsen kapal tidak hanya mampu membuat KRI, tetapi juga merampungkan uji sea acceptance test (SAT), harbour acceptance test (HAT), FFBNW (fit for but not with), sampai delivery (pengiriman) dari galangan kapal di Batam menuju Jakarta.

KRI Bung Karno, yang panjangnya 73 meter, lebar 12 meter, dan tinggi 5 meter, memiliki bobot 650 ton. Kapal perang itu, yang diawaki oleh 55 personel, mampu berlayar dengan kecepatan 22 knot, sampai kecepatan maksimalnya 24 knot.

Dengan demikian, kekuatan armada tempur TNI AL saat ini mencakup 166 kapal perang (KRI), 136 KAL, kapal-kapal patroli keamanan laut (patkamla), 113 pesawat udara, dan 388 kendaraan tempur.

Kehadiran Dwi Tunggal KRI Bung Karno dan Bung Hatta memperkuat kekuatan TNI AL dalam menjaga kedaulatan wilayah NKRI di dua area pertahanan TNI AL. Koarmada I di wilayah perairan barat Indonesia meliputi Sumatera, Jakarta, dan bagian barat Kalimantan, sedangkan Koarmada II di perairan tengah meliputi Jawa Timur, Bali, NTT, Sulawesi serta Kalimantan. Jayalah armada tempur TNI AL!

 

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Untung Sutomo