Kehadiran Leani Ratri Oktila, perebut dua medali emas Paralimpiade Tokyo 2020 di Papua diharapkan mampu membangkitkan semangat dan energi positif atlet-atlet paralimpik yang akan berlomba di Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) 2021.
Yang menarik dari arena PON Papua adalah munculnya para atlet-atlet perempuan potensial. Para srikandi ini menguasai perolehan medali di cabang olahraga (cabor) masing-masing.
Banyak cerita menarik dari perhelatan PON XX Papua. Mulai dari harga noken, tas rajutan tangan khas Papua yang dijual dengan harga Rp4 juta, hingga penjual boneka PON dari Bandung.
Papua akan menjadi satu di antara sepuluh sentra olahraga nasional untuk membina atlet-atlet muda dengan sasaran utama merebut medali Olimpiade seperti tertuang dalam Desain Besar Olahraga Nasional.
Tim beregu bulu tangkis putra Indonesia berhasil membawa pulang Piala Thomas untuk ke-14 kalinya, setelah terakhir merebutnya pada 2002 silam saat mengalahkan Malaysia di Guangzhou, Tiongkok, dengan skor tipis 3-2.
Papua memang beda, bukan karena hitam kulit dan keriting rambut masyarakatnya, seperti dikatakan Franky Sahilatua.
Papua berhasil menjadi tuan rumah yang baik untuk PON ke-20 dan sukses penyelenggaraan, prestasi, serta peningkatan ekonomi masyarakat sekitar. Aceh dan Sumatra Utara akan menjadi tuan rumah bersama PON 2024.
Begitu sampai di Papua, para atlet juga mengaku tak menyangka ternyata Papua mempunyai infrastruktur publik yang memadai. Jalan-jalan yang mulus, jaringan telekomunikasi lancar dan ketersediaan logistik memadai.
Pekan Olahraga Nasional (PON) tidak hanya sebatas pesta olahraga, namun lebih dari itu adalah persatuan, sinergitas, momentum kebangkitan bangsa dari hantaman badai pandemi.
Aceh dan Papua terakhir kali bersua di final sepak bola saat PON 1993 di Jakarta tatkala Pasukan Tanah Rencong bertekuk lutut atas Laskar Bumi Cenderawasih dengan skor 3-6.