Indonesia.go.id - Mengenal Bahasa Isyarat Bersama Muspen Komdigi, Wujudkan Komunikasi yang Setara dan Inklusif

Mengenal Bahasa Isyarat Bersama Muspen Komdigi, Wujudkan Komunikasi yang Setara dan Inklusif

  • Administrator
  • Senin, 29 September 2025 | 12:39 WIB
MENGENAL BAHASA ISYARAT
   Narasumber dan Pengajar Bahasa Isyarat Phieter Angdhika dalam acara “Mengenal Isyarat, Menyebar Manfaat.” dalam rangka Hari Bahasa Insyarat Internasional dan HUT ke-24 Kemkomdigi di Muspen TMII, Jakarta, Minggu (28/9/2025). (Foto: Agus Siswanto/InfoPublik KPM Kemkomdigi)
Melalui kegiatan “Mengenal Isyarat, Menyebar Manfaat”, Museum Penerangan berupaya mengedukasi masyarakat Indonesia agar lebih peduli terhadap keberagaman cara berkomunikasi. Bahasa isyarat bukan hanya milik komunitas tuli, melainkan bahasa universal yang bisa menjadi jembatan komunikasi antarindividu.

Museum Penerangan (Muspen) Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) kembali menghadirkan kegiatan inspiratif bertajuk “Mengenal Isyarat, Menyebar Manfaat". Kegiatan dalam rangka Hari Bahasa Isyarat Internasional sekaligus merayakan HUT ke-24 Kemkomdigi ini menjadi ajang edukasi publik untuk memperkenalkan bahasa isyarat sebagai sarana komunikasi yang setara dan inklusif bagi semua kalangan.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Museum Penerangan, Mashuri Nur, menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan bentuk nyata komitmen Kementerian Komdigi untuk membangun kesetaraan komunikasi di masyarakat. “Kami dari KPM melalui Museum Penerangan menyelenggarakan kegiatan mengenal isyarat, menyebar manfaat. Harapannya, bahasa isyarat ini menjadi jembatan komunikasi yang setara bagi semua, yang bisa dipelajari oleh siapa saja,” ujar Mashuri di Museum Penerangan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, pada Minggu (28/9/2025).

Selain mengenalkan bahasa isyarat, kegiatan ini juga diisi dengan aksi sosial donor darah yang terbuka untuk seluruh masyarakat, baik teman tuli, teman dengar, maupun pengunjung umum. “Kami ingin menunjukkan bahwa kepedulian untuk berbagi itu tidak mengenal batas. Siapa pun bisa ikut serta, termasuk teman-teman tuli,” tambahnya.

Sinergi Teman Dengar dan Teman Tuli di TMII

Dipilihnya Museum Penerangan TMII sebagai lokasi kegiatan bukan tanpa alasan. Selain menjadi tempat wisata edukatif, TMII menjadi ruang pertemuan ideal antara masyarakat umum dan komunitas tuli. “Harapannya, pengunjung TMII juga mendapat pengalaman berharga, tidak hanya berwisata, tetapi juga belajar memahami bahasa isyarat dan ikut berbagi kepada sesama,” jelas Mashuri.

Adapun, Ketua Tim Layanan Publik Museum Penerangan, Alvio Putri Matahari, menambahkan bahwa kegiatan ini diikuti sekitar 50 peserta, terdiri dari 15 teman tuli dan 35 teman dengar. Semuanya dari kalangan generasi muda.  “Kami ingin kegiatan mengenal bahasa isyarat ini menjadi program berkelanjutan. Tidak berhenti di sini, tapi terus menggaungkan semangat menjadi Deaf Ally, masyarakat yang peduli, menghormati, dan memahami budaya tuli,” ujarnya.

Agar suasana kegiatan lebih interaktif, panitia menghadirkan Phieter Angdhika, pengajar bahasa isyarat sekaligus pengelola Beriuh Podcast, sebagai narasumber utama. Ia mengajarkan dasar alfabet, kosa kata, dan kalimat dengan sistem Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO). “Saya senang sekali karena banyak teman-teman yang tadinya belum mengenal bahasa isyarat kini jadi lebih aware. Apalagi acaranya dikemas dengan gim interaktif, jadi peserta tuli dan dengar bisa berbaur tanpa sekat,” tutur Phieter.

Phieter berharap kegiatan semacam ini dapat terus digelar secara rutin. “Mudah-mudahan acara ini berkelanjutan. Ini penting karena komunikasi yang setara adalah kunci menuju Indonesia Emas 2045,” tandasnya.

Salah satu peserta, Anindita Wijaya, siswi kelas 12 SMAN 79 Jakarta, mengaku senang bisa berpartisipasi. “Menarik banget, karena saya bisa belajar memahami bahasa isyarat dan cara berkomunikasi dengan teman tuli. Meskipun baru pertama kali, tapi suasananya hangat dan mereka sangat welcome,” ungkapnya.

Bagi Anindita, kegiatan ini bukan sekadar pembelajaran baru, tetapi juga pengalaman berharga dalam memahami makna komunikasi tanpa batas.

Komunikasi Setara, Indonesia Inklusif

Melalui kegiatan Mengenal Isyarat, Menyebar Manfaat”, Museum Penerangan berupaya mengedukasi masyarakat Indonesia agar lebih peduli terhadap keberagaman cara berkomunikasi. Bahasa isyarat bukan hanya milik komunitas tuli, melainkan bahasa universal yang bisa menjadi jembatan komunikasi antarindividu.

Dengan semangat inklusivitas dan empati, Kementerian Komunikasi dan Digital berharap kegiatan ini dapat menginspirasi masyarakat luas untuk membangun komunikasi yang lebih manusiawi, setara, dan saling menghargai.

 

Penulis: Wahyu Sudoyo
Redaktur: Kristantyo Wisnubroto

Berita ini sudah terbit di infopublik.id: https://infopublik.id/kategori/sorot-sosial-budaya/939776/mengenal-bahasa-isyarat-bersama-muspen-komdigi-wujudkan-komunikasi-yang-setara-dan-inklusif