Sebagian hunian yang terdampak bencana akan direlokasi. Yang tidak masuk program relokasi ada skema bantuan perbaikan rumah. Rehabilitasi dilakukan secepatnya.
Batu-batu besar yang tidak terhitung banyaknya berserakan di seantero Desa Amakaka, Kecamatan Ile Ape, Pulau Lembata. Pohon-pohon rubuh, sejumlah rumah ambruk, bahkan sebagian tertimbun tanah. Pemandangan yang memilukan itu menyambut Presiden Joko Widodo dan rombongan yang datang meninjau langsung ke lokasi bencana, Jumat (9/4/2021) siang.
Amakaka yang berpenduduk sekitar 700 jiwa itu menjadi salah satu desa yang paling parah terkena dampak amukan Siklon Tropis Seroja, sejak malam hingga pagi hari pada Minggu, 4 April lalu. Setelah disiram hujan berjam-jam, disertai tiupan angin yang keras, banjir bandang pun datang, membawa lumpur dan batu-batu besar yang hanyut dari lereng Gunung Lewotolo yang menjulang 1.422 meter tingginya.
Desa pantai yang dulunya elok, dengan panorama laut Flores di hadapannya dan Gunung Lewotolo di pelataran belakangnya, itu porak-poranda. Sebanyak 16 warga desa ditemukan tewas dan 10 lainnya dinyatakan hilang. Sebagian hunian di desa itu rusak atau bahkan hilang. Fasilitas sosial, fasilitas umum, dan infrastruktur sebagian hancur.
“Saya turut berduka cita atas jatuhnya korban akibat musibah ini,” kata Presiden Jokowi di depan warga. Pemerintah tak akan berpangku tangan. “Saya tadi sudah bicara dengan Pak Gubernur dan Pak Bupati, (sebagian) desa ini akan direlokasi,” Presiden Jokowi menambahkan. Warga pun bertepuk tangan. Presiden Jokowi juga memerintahkan agar pencarian korban dilanjutkan.
Tak seluruh areal desa hancur. Di sebagian wilayah yang berjarak dari aliran air bah, kerusakannya tak seberapa, termasuk di tempat berdirinya Masjid Babul Jannah Desa Amakaka. Presiden Jokowi menunaikan salat Jumatnya di sana, sebelum berkeliling desa, didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Sekretaris Kabinet Pramono Anung Wibowo, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo, dan Kepala Basarnas Marsekal Muda Henri Afiandi.
Dengan helikopter Presiden Jokowi pun melanjutkan perjalanan ke Adonara, pulau seluas 509 km2, yang hanya disekat oleh selat selebar 3-4 km arah barat dari Lembata. Tujuannya adalah Adonara Timur, sebuah desa besar yang sekaligus ibu kota kecamatan. Adonara Timur menjadi wilayah yang paling terdampak di Kabupaten Flores Timur.
Menyaksikan kerusakan yang begitu masif di sebagian areal desa, Presiden Jokowi pun memerintahkan relokasi ke tempat terdekat yang lebih aman. “Pak Gubernur dan Pak Bupati yang akan menentukan lokasinya, nanti Menteri PUPR yang akan membangun rumahnya,” kata Presiden Jokowi, seraya menekankan agar rehabilitasi dilakukan selekasnya.
Tak lupa Presiden Jokowi mengingatkan, kendati dalam situasi musibah warga diminta tak lengah menjalankan protokol kesehatan. “Jangan lupa pakai masker,” serunya, seraya menyatakan kekhawatirannya menyaksikan warga lupa menjaga jarak dan berkerumun tanpa masker.
Siklon Tropis Seroja itu, menurut data BNPB per 9 April 2021, secara keseluruhan menelan korban 208 jiwa, yakni 163 orang ditemukan tewas dan 45 lainnya masih dinyatakan hilang. Praktis seluruh wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) terdampak, mulai dari Sumba, Flores, Adonara, Kepulauan Alor, Kepulauan Sawu, Rote, hingga Pulau Timor termasuk Timor Leste. Bahkan, kibasan ekor Badai Seroja itu menimbulkan hujan lebat dan banjir yang menelan korban dua orang di Pulau Sumbawa.
Siklon Tropis Seroja ini berukuran besar dan kuat sehingga menimbulkan dampak di wilayah yang luas. Mata badainya bahkan naik ke daratan, menimbulkan hujan ekstrem 250 mm serta pusaran angin berkecepatan 85 km per jam di sekitar Kota Kupang. Pohon-pohon pelindung jalan roboh dan banjir di mana-mana. Di Kota Kupang, enam orang tewas dan satu hilang. Di Kabupaten Malaka, di sisi utara Kabupaten Kupang, enam orang tewas akibat air bah.
Namun, kerusakan terparah ada di Pulau Adonara (termasuk Kabupaten Flores Timur), Kabupaten Pulau Lembata, dan Kabupaten Kepulauan Alor. Di Adonara 71 orang tewas lima hilang, di Lembata 43 tewas dan 25 orang hilang, dan di Alor 27 tewas 14 hilang. Hampir 4.500 hunian warga rusak (dari rusak ringan hingga berat, bahkan hancur). Banyak ruas jalan hancur dan delapan jembatan amblas.
Presiden Jokowi menjanjikan bahwa langkah rehabilitasi akan dilakukan secepatnya. Pada sebagian lokasi bencana akan dilakukan relokasi dan warga akan menerima lahan berikut rumah sederhana di atasnya. Sambil menunggu hunian baru tersedia, BNPB menyediakan bantuan Rp500 ribu per bulan bagi warga yang kehilangan tepat hunian untuk menyewa rumah milik tetangga atau kerabat. Bantuan diberikan hingga hunian permanen tersedia.
Jika tak ada program relokasi, warga terdampak akan dibantu dalam merehabilitasi hunian masing-masing. Untuk rumah dengan kerusakan ringan akan dibantu Rp10 juta, yang rusak sedang Rp25 juta dan Rp50 juta untuk bangunan rumah yang rusak berat atau hancur. Nilai bantuan ini setara dengan bantuan untuk korban gempa Lombok dan Palu 2018.
Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari