Indonesia.go.id - Memaknai Spirit Idulfitri 1442 H

Memaknai Spirit Idulfitri 1442 H

  • Administrator
  • Rabu, 12 Mei 2021 | 09:32 WIB
IDULFITRI 1442 H
  Sejumlah warga memadati Blok B Pusat Grosir Pasar Tanah Abang untuk berbelanja pakaian lebaran di Jakarta Pusat, Minggu (2/5/2021). ANTARA FOTO/ Aditya Pradana Putra
Idulfitri kerap dimaknai sebagai titik kulminasi dari pencapaian transendental atas kadar ketakwaan seorang muslim.

Perayaan Idulfitri 1442 H sebentar lagi dirayakan umat Muslim. Idulfitri juga adalah peristiwa yang selalu dirindukan dirindukan oleh umat muslim.

Benar, bila dimaknai lebih jauh, perayaan Idulfitri merupakan perilaku yang penuh dengan cerita kesalehan sosial. Idulfitri juga kerap dimaknai sebagai titik kulminasi dari pencapaian transendental atas kadar ketakwaan seorang muslim.

Sekecil apapun ibadah yang dilakukan selama Ramadan, Sang Khalik akan memberikan pahala yang berlipat ganda kepada umatnya yang sedang berpuasa menahan semua godaan hawa nafsu, hingga hari kemenangan itu tiba.

Tentu tak ada waktu yang lebih monumental daripada Idulfitri, mengingat seorang Muslim berharap akan kembali fitrah pada hari itu. Tak heran bila gaung rasa syukur dan kebahagiaan tiada tara membahana bersamaan dengan gema takbir yang berkumandang di seluruh pelosok kampung.

Ramadan dan Idulfitri adalah rangkaian waktu yang tak terpisahkan untuk bermunajat dan mencari keberkahan. Waktu ketika hubungan vertikal manusia dengan Sang Khalik (hablumminnallah) dan horizontal dengan sesama manusia (habluminannas) diuji dalam bingkai keimanan dan ketakwaan.

Bila dimaknai lebih jauh, perjalanan selama Ramadan dan kemudian merayakan Idulfitri juga bisa juga jadi refleksi perjalanan bangsa ini yang sedang diuji seberapa tangguh bangsa ini menghadapi cobaan tersebut. Dalam konteks wabah Covid-19, cobaaan masih belum beranjak dalam dua Ramadan ini.

Ujian yang paling nyata adalah masih tingginya angka kasus penularan harian Covid-19. Menurut data KPC-PEN per 7 Nei 2021, kasus aktif yang terkonfirmasi Covid-19 mencapai 1,70 juta orang, pasien yang sembuh 1,55 juta orang, dan yang meningggal 46.663 orang.

Dalam rangka mencegah wabah Covid-19 lebih meluas, pemerintah kini terus berusaha mencegahnya dengan pelbagai cara, terus mendorong tracing, testing, dan treatment (3T) selain menggenjot program vaksinasi.

Khusus vaksinasi, pemerintah menarget sasaran sebenayak 181,55 juta jiwa penduduk. Dari total target itu, pemerintah memberikan prioritas bagi petugas kesehatan, petugas publik, dan lansia sebanyak 40,35 juta. Nah, kini program vaksinasi itu sudah menyasar 8,45 juta orang yang sudah melaksanakan vaksinasi hingga yang ke-2, dan sudah mencapai 13,13 juta orang yang mengikuti program vaksinasi tahap ke-1.

Namun, di tengah perayaan Idulfitri, masyarakat Indonesia juga lekat dengan tradisi mudik alias pulang kampung. Pemerintah pun sigap mengantisipasi terjadinya ledakan Covid-19 dengan mengimbau agar masyarakat tidak mudik.

Pintu-pintu perbatasan kabupaten/provinsi ditutup pemerintah agar tak dilalui pemudik. Penutupan dilakukan dengan dalih demi menekan laju penyebaran virus Covid-19. Pemerintah khawatir momentum mudik yang diramaikan oleh puluhan juta masyarakat berpotensi menjadi superklaster baru penularan Covid-19.

Jika terjadi penambahan kasus yang sangat eksponensial, pemulihan ekonomi nasional akan semakin jauh dari kata usai. Negeri ini dikhawatirkan bisa berada dalam kondisi yang semakin runyam. Tak ayal, pemerintah akhirnya berani bersikap lebih tegas menghadapi para pemudik.

Kekhawatiran akan pandemi bukan isapan jempol. Indonesia diminta berkaca dari kasus Covid-19 di India yang kembali melonjak setelah diperbolehkannya gelaran festival keagamaan kolosal dan kampanye politik. Langkah tegas pemerintah dengan melarang masyarakat melakukan aktivitas mudik adalah wajar. Jangan sampai peristiwa India menular ke negeri ini sehingga membuat semuanya ‘ambyar’.

 

Konsumen Kian Optimis

Dalam konteks makroekonomi, indikasi pemulihan ekonomi negeri ini sudah semakin terang benderang. Salah satu indikasinya misalnya, survei konsumen Bank Indonesia pada April 2021 mengindikasikan keyakinan konsumen yang optimis terhadap kondisi ekonomi.

Hal tersebut tecermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) April 2021 sebesar 101,5 yang masuk ke zona optimis (indeks >100), meningkat dibandingkan 93,4 pada Maret 2021. IKK April 2021 juga merupakan angka optimisme pertama kali sejak IKK masuk zona pesimis pada April 2020.

Keyakinan konsumen terpantau membaik pada seluruh kategori tingkat pengeluaran responden, tingkat pendidikan, dan kelompok usia responden. Secara spasial, keyakinan konsumen membaik di seluruh kota yang disurvei (18 kota), tertinggi di kota Padang, diikuti oleh Bandung dan Pangkal Pinang.

Berdasarkan hasil SK, peningkatan optimisme konsumen pada April 2021 didorong oleh membaiknya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan, yaitu terhadap aspek ketersediaan lapangan kerja, ekspansi kegiatan usaha yang meningkat, dan penghasilan yang meningkat pada enam bulan yang akan datang.

Sementara itu, persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini terpantau membaik, didorong oleh perbaikan persepsi terhadap ketersediaan lapangan kerja, penghasilan, dan ketepatan waktu pembelian barang tahan lama.

Dari gambaran di atas itu, sebenarnya survei konsumen Bank Indonesia tidak terlalu jauh dari gambaran dari laporan BPS berkaitan dengan kinerja ekonomi Indonesia sepanjang kuartal I 2021. Pemulihan ekonomi Indonesia diyakini masih menuju tren yang positif di tengah masih berlangsungnya pandemi Covid-19 meski pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2021 masih mengalami kontraksi 0,74 persen, seperti dilaporkan BPS, Senin (4/5/2021).

Pernyataan keyakinan itu juga diungkapkan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam pernyataannya secara virtual, Selasa (5/5/2021). Menurutnya, berdasarkan berbagai data pemulihan ekonominya terlihat dan menuju tren positif.

Bahkan Airlangga menyebutkan bahwa produk domestik bruto (PDB) Indonesia sudah mendekati periode yang sama tahun lalu. Di kuartal I-2021, PDB Indonesia mencapai Rp2.703,1 triliun. “Dari demand side, berbagai indikator juga menunjukkan perbaikan dan proyeksi membaik,” ujarnya.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto mengakui tren pemulihan itu sejalan dengan tren ekonomi global di triwulan I-2021 menunjukkan perbaikan.  Hal itu terlihat dari pergerakan indeks PMI global yang terus mengalami peningkatan dari Januari hingga Maret 2021. “Penyebabnya bisa jadi sejalan dengan proses vaksinasi Covid-19 yang telah dilakukan maupun sedang berlangsung di berbagai negara,” ujar Kecuk Suhariyanto.

Tren pemulihan ekonomi yang terjadi terhadap bangsa ini tentu patut disyukuri. Spirit Ramadhan dan Idulfitri yakni beribadah puasa menahan lapar dan haus serta hawa nafsu dan kemudian kembali fitri dengan merayakannya tetap harus dirayakan dengan riang gembira.

Tak dipungkiri, perayaan Idulfitri kali ini bisa jadi dirayakan dalam suasana sederhana. Pasalnya, kita merayakannya di tengah berlangsungnya wabah pandemi covid-19. Selamat Idulfitri 1442 H. Minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin.



Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari