Lima provinsi mengalami lonjakan tinggi kasus Covid-19 dan menyumbang 65 persen atas kasus aktif nasional. Contingency plan antarlembaga mencoba membendung Covid-19 di hulu dan hilir.
Delapan kabupaten di Jawa Tengah dinyatakan sebagai zona merah per Senin, 7 Juni 2021. Gubernur Ganjar Pranowo menduga ada penularan antarwilayah yang saling bersebelahan karena mobilitas penduduk dalam aktivitas sosial-ekonominya. Dari Kabupaten Kudus, virus pun menembus ke daerah sekitarnya, yakni Jepara, Pati, Demak, Grobogan, lalu Sragen.
“Yang dari Brebes merembes ke Kabupaten Tegal,” kata Ganjar Pranowo. Pola rembesan penularan itu, menurutnya, sudah terkonfirmasi. “Jadi, Rembang, Blora, siap-siap. Kota Semarang dan Boyolali siap-siap, bahkan kalau lengah nantinya sampai ke Solo dan Karanganyar,” ujarnya, menambahkan.
Persiapan yang dimaksud Gubernur Ganjar adalah melakukan pengetatan pergerakan masyarakat dan kesediaan saling bantu antardaerah. “Lihat kanan-kiri, kalau ada daerah yang kewalahan dalam memberikan pelayanan medis ke warganya, ya dibantu,” ujarnya. Artinya, jangan menolak pasien dari kabupaten tetangga.
Dengan lonjakan di delapan kabupaten, dan banyak daerah lain masih bergulat menahan penularan, kasus aktif Covid-19 di Jawa Tengah pun meningkat dengan mencatatkan 10.297 kasus aktif Covid-19 per 7 Juni 2021. Sebanyak 5.420 pasien dirawat di rumah sakit dan 4.878 lainnya dikarantina di tempat yang disiapkan pemerintah.
Ruang ICU rumah sakit di Jawa Tengah kini rata-rata terisi sekitar 52 persen, sedangkan tempat isolasi sudah terokupansi 58 persen. Untuk zona ”merah padam” seperti di Kudus, yang mencatatkan lebih dari 1.500 kasus aktif, tingkat keterisian ranjang pasien sudah mendekati 100 persen.
Sebanyak 216 pasien positif Covid-19, dengan gejala ringan atau tanpa gejala, telah diboyong dari Kudus ke Asrama Haji Donohudan, Boyolali, guna menjalani karantina. Mereka diangkut dengan bus-bus milik Kodam IV/Diponegoro dan Polda Jawa Tengah. Kodam IV pun juga menyediakan sebuah asrama militer di Srondol, Semarang Selatan, untuk dijadikan sebagai tempat isolasi cadangan.
Jawa Tengah ialah salah satu dari lima provinsi yang mengalami lonjakan tinggi kasus Covid-19. Empat provinsi lainnya adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Riau, dan Papua. Kelima provinsi itu menyumbang 65 persen atas kasus aktif nasional.
Di Jakarta, klaster RT dan komunitas bermunculan. Walhasil, per 6 Juni 2021, DKI kembali mencatat 11.881 kasus positif. Dari jumlah itu, 5.620 dirawat di fasilitas kesehatan, termasuk sebagian di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat dan yang menjalani isolasi mandiri 6.281 orang. Jumlah pasien di RSD Wisma Allet juga berlipat hampir tiga kali dalam dua pekan terakhir ini, menjadi 2.669 orang.
Dengan jumlah penduduk yang besar, Jawa Barat juga menyumbang kasus positif tertinggi di Indonesia. Per 6 Juni, ada 22.408 kasus positif di sana. Di banyak kabupaten di Jawa Barat, Covid-19 terkelola di level yang stabil. Hanya dua tempat yang kini bergolak, yakni Kabupaten Bandung Barat dan Ciamis.
Namun, beberapa daerah masih membukukan kasus aktif dalam jumlah besar, seperti Kabupaten Bogor, Garut, Ciamis, Kota Bandung, Depok, serta Tasikmalaya. Bahkan, di Kabupaten Garut kasus aktifnya masih di atas 3.500 kasus.
Kondisi Jawa Timur sudah relatif lebih terkendali dengan merekap 1.902 kasus aktif per 6 Juni 2020. Kota Madiun dan Surabaya yang disebut menyumbang angka yang tertinggi di Jawa Timur, masing-masing “hanya” menorehkan 148 dan 143 kasus aktif. Tapi, secara mengejutkan persis di sebelah timur Kota Surabaya, berbatasan dengan Selat Madura, yakni di Kabupaten Bangkalan, telah menunjukkan gelagat yang mencemaskan.
Pascalibur lebaran, ada 15 pasien Covid-19 yang meninggal di RSUD Bangkalan. Dari jumlah itu, 10 di antaranya meregang nyawa dalam 24 jam pertama di rumah sakit. “Umumnya, pasien itu datang dalam kondisi sudah cukup parah. Rumah sakit tak bisa berbuat banyak,” kata Juru Bicara Satgas Covid-19 Bangkalan Agus Sugianto Zein.
Pada awal Juni, Pemkab Bangkalan menutup sementara dua puskemas di Kecamatan Arosbaya. Pasalnya, 29 tenaga kesehatan (nakes) terinfeksi Covid-19. Kisah pilu itu berlanjut oleh peristiwa meninggalnya dua nakes yang bekerja pada Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan. Yang satu seorang dokter dan satu lagi bidan.
Dalam situasi murung ini, pada Minggu, 6 Juni 2021 dilaporkan ada 25 kasus baru Covid-19 di RSUD Bangkalan, dua di antaranya meninggal dan 17 kasus suspek. Di hari yang sama, pemeriksaan atas pelaku perjalanan dari arah Madura ke Surabaya, melalui Jembatan Suramadu, menemukan ada 90 orang yang reaktif terhadap tes cepat swab antigen.
Kini ada 79 kasus aktif yang teridentifikasi di Bangkalan. Sejak masa awal pandemi, ada 1.179 kasus Covid-19 di sana dengan angka kematian 180 orang (10,1 persen). Tingginya tingkat kematian itu, menurut Agus Sugianto Zein, karena banyak warga yang mengabaikan pandemi. Mereka tak terlalu peduli dan datang ke rumah sakit ketika gejala penyakitnya sudah berat.
Namun, Agus Sugianto menolak anggapan bahwa kondisi Bangkalan memerah di semua sudutnya. “Sejauh ini, hanya di Kecamatan Arosbaya yang bergejolak, tapi di 17 kecamatan lainnya terkendali,” katanya.
Dengan bantuan Pemprov Jawa Timur, Kemenkes, Satgas Covid-19 pusat, dan jajaran TNI-Polri, telah dilakukan penyekatan antardesa, antarkecamatan di Bangkalan. Tracing dan testing diperluas dan vaksinasi ditingkatkan.
Tanggap Darurat
Meskipun di beberapa provinsi terjadi lonjakan Covid-19 pascalebaran, secara umum kondisi nasional masih cukup terkendali. “Kasus aktif di Indonesia 5,3 persen lebih rendah dari rata-rata global yang 7,5 persen,” ujar Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, dalam konferensi pers seusai mengikuti rapat kabinet terbatas di Istana Kepresidenan RI di Jakarta, pada Senin, 7 Juni 2021.
Angka penambahan kasus harian di Indonesia juga sudah cukup rendah dibanding beberapa negara, termasuk negeri jiran Malaysia. Sejumlah indikator epidemiologis menunjukkan bahwa situasi pascalebaran tak seburuk yang diperkirakan. Seiring dengan situasi itu, Menko Airlangga pun menyebut bahwa sejumlah indikator ekonomi juga memperlihatkan kondisi yang membaik.
Indikator ekonomi yang ditunjuk Menko Airlangga itu, antara lain, indeks keyakinan konsumen, indeks purchasing management, penjualan mobil dan motor, yang mengindikasikan adanya peningkatan di sisi produksi maupun belanja. Bila semua terkelola dengan baik, Menko Airlangga yakin, baik aspek kesehatan maupun ekonomi masyarakat akan meningkat. “Pertumbuhan ekonomi 7 persen kuartal dua 2021 mudah-mudahan bisa tercapai,” katanya.
Namun, lagi-lagi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengingatkan, pemulihan ekonomi hanya terjadi bila kondisi kesehatan masyarakat membaik. Menghadapi lonjakan Covid-19, menurut Menkes, pemerintah kembali menekankan pentingnya penanganan di sektor hulu dan hilir. “Kalau menyangkut pengobatan pasien, itu kita sudah lakukan di sektor hilir,” ujarnya.
Lonjakan Covid-19 di berbagai daerah, diakui Menkes, telah mengakibatkan tekanan pada sisi pelayanan medis. “Apa lagi, banyak juga tenaga kesehatan yang terinfeksi,” ujar Budi Gunadi, yang berbicara setelah Airlangga, dalam konferensi pers di Istana Presiden. Problem lainnya, adalah okupansi rumah sakit yang tinggi, termasuk di ruang isolasi dan ICU.
‘’Di Kudus, misalnya, lebih dari 300 nakes terpapar. Karena sudah divaksin, alhamdulillah kondisinya stabil. Bahkan, ada dokter spesialis berusia 70 tahun kena, tapi tak menunjukkan gejala yang berat. Kita sudah datangkan tenaga bantuan, baik dokter maupun perawat,” Budi Sadikin menambahkan. Sejauh ini, nakes, peralatan, dan obat-obatan relatif telah tersedia.
Untuk mengatasi kekurangan tempat rawat pasien, termasuk ICU, Menkes sudah berkordinasi ke Pemprov Jawa Tengah, dan pasien bisa dibawa ke RS rujukan di Semarang. Untuk karantina pasien bergejala ringan atau tanpa gejala, ada tempat yang telah disediakan oleh pemprov, bekerja sama dengan kodam, polda, serta pemkab dan pemkot. Antara lain, di Asrama Haji Donohudan Boyolali.
Namun selain itu sisi hulunya juga harus ditangani. Menkes Budi Gunadi mengatakan, telah mengirim 50 ribu test kit swab antigen ke Kudus dan Bangkalan, untuk tracing dan testing. Sebanyak 50 dosis vaksin juga dikirim ke dua daerah itu. Budi Gunadi juga akan menyiapkan bantuan serupa bagi daerah lain yang mengalami kedaruratan sama.
Satgas Covid-19, TNI, Polri, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyiapkan contingency plan (rencana tanggap darurat) sendiri. Di hilir, mereka menyiapkan bantuan cadangan nakes, rumah sakit tenda (bila diperlukan), masker, dan peralatan lain. Di hulu, melakukan langkah pencegahan penularan, melalui tindakan penyekatan (pembatasan mobilitas), dan bantuan kepada pelaksanaan PPKM Mikro.
‘’Dalam monitoring kami, klaster-klaster Covid-19 itu muncul akibat kerumunan, baik di tempat ziarah, tempat wisata, atau pertemuan keluarga,” ujar Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Maka, langkah penyekatan dan penegakan PPKM mikro tak bisa ditawar. Akses keluar masuk ke desa, RT, RW, atau kelurahan zona merah akan dibatasi. Penyekatan di perbatasan daerah merah juga akan dilakukan lagi, seperti ketika larangan mudik.
“Di tingkat kelurahan atau desa, aparat TNI-Polri akan mendampingi petugas satgas menegakkan aturan PPKM mikro,” Jenderal Listyo Sigit menambahkan.
Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari