Indonesia.go.id - Kinerja Moncer Manufaktur Terus Berlanjut

Kinerja Moncer Manufaktur Terus Berlanjut

  • Administrator
  • Selasa, 10 Agustus 2021 | 09:12 WIB
INDUSTRI
  Suasana perakitan mesin untuk industri otomotif. Industri Manufaktur terus tumbuh di tengah pandemi. ANTARA FOTO/ Aloysius Djarot
Kementerian Perindustrian memprediksi pada kuartal III-2021 pertumbuhan manufaktur akan berkisar 3-4 persen dan kuartal IV-2021 akan mencapai 4--5 persen.

Sektor manufaktur mencatat kinerja yang gemilang sepanjang kuartal II-2021 meskipun wabah pandemi Covid-19 belum juga menunjukkan tanda-tanda mereda. Artinya, kinerja yang ditunjukkan sektor itu selama dua kuartal berturut-turut diharapkan terus berlanjut hingga akhir tahun.

Kinerja sektor manufaktur yang moncer itu tergambarkan dari data yang baru dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Rabu (4/8/2021).  Dari data kinerja ekspor-impor, ekspor sepanjang kuartal II-2021 yang tercatat mencapai USD53,97 miliar, atau naik 55,89 persen dibandingkan kuartal yang sama 2020.

Dari total ekspor itu, sumbangan sektor industri mencapai porsi 51,76 persen. Demikian pula dengan impor. Impor selama kuartal II-2021 mencapai USD47,67 miliar, tumbuh 50,21 persen dibandingkan kuartal yang sama 2020. Sementara itu, dibandingkan kuartal I-2021 naik 9,88 persen.

Dari data kinerja impor, sebagian besar impor itu diperuntukkan bagi kepentingan bahan baku/penolong dengan porsi 57,80 persen, atau setara dengan USD36,36 miliar. Berikutnya barang konsumsi dengan porsi 31,50 persen dan barang modal 29,11 persen. Dari gambaran itu, geliat sektor industri sudah mulai bergerak sepanjang kuartal II-2021 tersebut.

Masih dari data BPS, bila dibedah lebih jauh lagi, pertumbuhan industri pengolahan cukup menjanjikan, yakni 6,58 persen sepanjang kuartal II-2021, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan industri pengolahan ditunjang oleh pencapaian kinerja industri alat angkutan yang tumbuh 455,70 persen. kinerja segmen ini terutama didukung oleh peningkatan permintaan kendaraan bermotor.

Begitu juga dengan industri logam dasar yang tumbuh 18,03. kinerja sub sektor ini didukung oleh peningkatan produksi besi, baja dan bahan baku logam dasar lainnya, terutama tingginya permintaan feronickel dan stainless steel. Berikutnya yang juga mendukung moncernya kinerja sektor industri pengolahan adalah industri kimia, farmasi, industri makanan dan minuman.

Berkaitan dengan kinerja manufaktur itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita tentu cukup bergembira terhadap ketangguhan sektor yang di bawah tanggung jawabnya di tengah masih berlangsungnya wabah pandemi Covid-19.

Oleh karena itu, wajar saja Agus Gumiwang berharap kinerja yang sudah bagus di dua kuartal itu terus bisa terus berlanjut hingga pada akhir 2021. "Kementerian Perindustrian memprediksi pada kuartal III-2021 pertumbuhan manufaktur akan berkisar 3-4 persen dan kuartal IV-2021 akan mencapai 4--5 persen," katanya dalam jumpa media virtual, Kamis (5/8/2021).

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita optimistis kinerja manufaktur pada dua kuartal terakhir tahun ini akan melanjutkan tren positif.

 

Waspadai Tekanan Wabah

Tentu ada sebagian kalangan juga yang mempertanyakan beberapa variabel yang bisa mempengaruhi performansi sektor manufaktur ke depannya. Artinya, beberapa kendala seperti tekanan dari wabah seiring dengan mengganasnya varian delta bisa mempengaruhi dan berjalan tidak sesuai harapan.

Bahkan, rilis dari IHS Markit berkaitan dengan Purchasing Manager’s Index (PMI) atau PMI IHS Markit periode Juli juga patut diwaspadai. Dalam rilis terbarunya, PMI HIS Markit periode Juli telah menunjukkan level kontraksi di angka 40,1 setelah delapan bulan ekspansif.

Meskipun rilis PMI IHS memberikan laporan yang negatif, Agus tetap optimistis resiliansi industri manufaktur tanah air terbukti tidak perlu diragukan lagi. “Ini hanya sementara. Pernah terbukti, pada bulan sebelum pandemi, perolehan PMI juga pernah kontraksi, namun sektor industri nasional tetap memiliki ketangguhan untuk pulih kembali.”

Berdasarkan analisa dari Kementerian Perindustrian pada masa pandemi pergerakan belanja masyarakat sangat berperan membentuk level PMI tersebut. "Kami sudah melihat tren tersebut beberapa bulan belakangan ini. Untuk itu kami memandang program vaksinasi dan kedisplinan protokol kesehatan menjadi kunci dari penguatan PMI, ini menjadi perhatian kami untuk mendorong kembali roda industri agar pertumbuhan dapat terjaga," kata Agus.

Menperin berharap, pelaku industri saat ini hanya perlu mempercepat kegiatan vaksinasi agar mampu melakukan produksi secara normal kembali. "Selain isu PPKM saat ini, penurunan produksi industri juga dikarenakan ada pengorbanan yang dilakukan salah satunya dengan alokasi gas yang seharusnya digunakan untuk produksi harus dialihkan untuk membantu medis," ujar Agus.

Pada kesempatan yang berbeda, ekonomi asal Universitas Indonesia Chatib Basri menyarankan agar pemerintah mendorong pelaku usaha untuk mendiversifikasi produk. Sehingga, kata dia, ujungnya ekspor Indonesia bisa diversifikasi, baik dari segi produk yang dijual maupun dari sisi negara tujuan ekspor.

Konsentrasi ekspor pada segelintir produk, kata Chatib, bisa berbahaya ke ekonomi karena terdapat risiko harga dan permintaan yang jatuh. Begitu pula jika ekspor hanya mengandalkan pasar di beberapa negara saja.

Cerita sukses Vietnam sebenarnya bisa menjadi contoh. Negara Indochina itu berani melakukan diversifikasi produknya sehingga terlihat pada kinerja ekspornya. Kinerja ekspor negara tersebut tercatat tetap positif di tengah pandemi.

“Kalau bisa diversifikasi produk dan negara tujuan, walaupun kita mengadopsi ekonomi terbuka, risiko dari volatilitas ekonomi dunia itu bisa kita atasi dan kita bisa manfaatkan. Langkah ini diperlukan untuk menjamin kinerja ekspor bisa tetap solid ke depannya,” ujar Chatib.

 

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari