Indonesia.go.id - MotoGP dan G20 Memacu Kebangkitan Pariwisata Nusantara

MotoGP dan G20 Memacu Kebangkitan Pariwisata Nusantara

  • Administrator
  • Minggu, 9 Januari 2022 | 11:23 WIB
PEMULIHAN EKONOMI
  Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyebut bahwa Kemenparekraf kini tak lagi mengejar angka kunjungan turis, terutama para wisman tapi lebih lebih mengedepankan konsep pariwisata berkualitas dan berkelanjutan. KEMENPAREKRAF
Optimisme akan menggeliatnya lagi sektor pariwisata pada 2022 ditunjang oleh hadirnya beberapa kegiatan internasional. Termasuk event berskala dunia yakni MotoGP, 18--20 Maret 2022, dan Konferensi Tingkat Tinggi Negara-Negara G20, 30--31 Oktober 2022.

Pandemi virus corona telah memasuki tahun keduanya di Desember ini, sejak pertama kali menyebar di wilayah Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, Tiongkok bagian tengah, pada akhir 2019. Corona telah meluluhlantakkan segala sendi perekonomian global, tak terkecuali di Indonesia. Berbagai sektor utama penyumbang devisa negara terkulai oleh efek dari virus SARS COV-2 tersebut.

Salah satunya adalah pariwisata, di mana sepanjang periode 2020-2021 mengalami pertumbuhan yang meredup. Ini sebagai dampak dari pembatasan ruang gerak masyarakat, baik di tingkat nasional maupun dunia sebagai bentuk pencegahan penyebaran corona. Sepanjang 2020, kita hanya sanggup menjaring 4,05 juta wisatawan mancanegara (wisman).

Hasil tak lebih bagus didapat pada 2021 ketika terdapat 1,5 juta wisman masuk ke berbagai objek wisata di tanah air. Sebetulnya pariwisata merupakan primadona devisa Indonesia dari sektor di luar minyak dan gas bumi. Dalam kurun lima tahun belakangan tingkat kunjungan turis tumbuh sebesar 14 persen dan sumbangan bagi devisa negara di angka rata-rata Rp200 triliun.

Melansir data milik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pada 2015, pundi-pundi negara menerima sejumlah USD12,23 miliar atau Rp176,112 triliun pada kurs Rp14.400 per dolar. Terdapat 10,4 juta wisman berkunjung ke tanah air.

Setahun kemudian, penerimaan dari pariwisata sedikit menurun, yaitu USD 11,206 miliar (Rp161,366 triliun) meski ada 11,52 juta orang mengunjungi Nusantara atau naik 10,69 persen dibandingkan 2015. Penurunan itu tak bertahan lama karena devisa dari pariwisata kembali bangkit ketika pada 2017 mengalir uang USD13,139 miliar (Rp189,201 triliun) dan sebanyak 14,04 juta turis asing melancong ke Indonesia.

Angka tadi terus melaju tak terbendung ketika di 2018 uang sebanyak USD16,426 miliar (Rp236,534 triliun) masuk bagi devisa negara. Saat itu ada 15,81 juta turis beramai-ramai berwisata ke Nusantara.

Pada 2019, seiring tahun pesta demokrasi lima tahunan, sektor pariwisata pun ikut merayakan. Ini lantaran keberhasilan sektor tersebut memboyong pemasukan hingga USD20 miliar (Rp288 triliun) untuk pundi-pundi kas negara dan menjadi yang terbesar sepanjang sejarah pariwisata nasional. Penerimaan dari pariwisata di tahun tersebut bahkan bisa mengalahkan hasil ekspor migas dan kelapa sawit.

 

Bangkitkan Asa Baru

Kendati mengalami kejatuhan menyakitkan bahkan hingga hampir 90 persen, sektor pariwisata tetap berupaya bangkit. Aneka cara dilakukan oleh pemerintah agar seluruh sendi kembali bergerak. Apalagi pemerintah harus menyelamatkan 30 juta lapangan kerja yang terdampak oleh turbulensi di sektor pariwisata nasional. Upaya-upaya yang telah dilakukan di antaranya sertifikasi Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability (CHSE) kepada 11.986 hotel dan tempat usaha terkait wisata di Indonesia.

Kemudian pemberian insentif kepada pelaku usaha pariwisata, stimulus bagi insan perfilman nasional. Terdapat pula bantuan pemulihan ekonomi nasional kepada sektor ekonomi kreatif terutama insentif pengembangan produk fashion, kriya, dan kuliner. Lalu program reaktivasi industri pariwisata melalui penyediaan akomodasi, fasilitas pendukung lainnya. Disamping penyediaan sarana transportasi bagi tenaga kesehatan dan tenaga penunjang fasilitas kesehatan penanganan Covid-19 di Indonesia. 

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno dalam keterangan pers akhir tahunnya di Jakarta, Senin (27/12/2021) menyadari bahwa kondisi saat ini telah mengubah cara pandang pihaknya. Kemenparekraf tak lagi mengejar angka kunjungan turis, terutama para wisman. Sandiaga dan jajarannya kini lebih mengedepankan konsep pariwisata berkualitas dan berkelanjutan.

Pemerintah pun berfokus untuk lebih banyak menjaring wisatawan nusantara (wisnus) termasuk pada 2022. "Wisatawan nusantara menjadi andalan dengan target 260-280 juta pergerakan dan memberikan nilai tambah ekonomi kreatif mencapai Rp1.236 triliun," ujar mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu.

Selain itu, pada 2022 diharapkan ada 1,8 juta-3,6 juta wisman bakal berkunjung ke Nusantara dan mampu memberikan sumbangan kepada kas negara sebesar USD1,7 miliar (Rp24,48 triliun). Di samping mampu berkontribusi bagi produk domestik bruto (PDB) nasional sebesar 4,3 persen dari sektor pariwisata.

Terkait kecilnya target pemerintah untuk mendatangkan wisman untuk 2022 diakui pula oleh Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf Kurleni Ukar. Dia mengatakan, pihaknya sudah bersepakat dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional untuk tidak memasang target tinggi.

"Namun kita mengharapkan dengan adanya event-event internasional akan meningkatkan devisa bagi negara. Kebijakan pembukaan border ini masih menjadi kendala, kemudian masalah terkait aksesibilitas dan kemudahan untuk masuk ke Indonesia,” papar Kurleni Ukar. Bali, kata Kurleni, masih menjadi destinasi kegemaran bagi wisman asal Australia diikuti India serta Jepang. Kawasan Batam dan Bintan masih menjadi favorit turis asal Malaysia dan Singapura.

Optimisme akan menggeliatnya lagi sektor pariwisata pada 2022 ditunjang oleh hadirnya beberapa kegiatan internasional. Termasuk berskala dunia yakni MotoGP, 18--20 Maret 2022 dan Konferensi Tingkat Tinggi Negara-Negara G20, 30--31 Oktober 2022, di mana Indonesia akan menjadi tuan rumah kedua ajang tersebut.

Sandiaga dan jajaran Kemenparekraf meyakini, pada 2022 mampu menciptakan 400.000 lapangan kerja baru yang berkualitas di sektor pariwisata. Begitu pula dari ekonomi kreatif diharapkan muncul 600.000 sampai 700.000 lapangan kerja baru ditopang oleh kinerja bagus dari sektor kuliner, fashion, dan kriya.

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari