Indonesia.go.id - Dari Singapura ke Batam-Bintan tanpa Karantina

Dari Singapura ke Batam-Bintan tanpa Karantina

  • Administrator
  • Kamis, 27 Januari 2022 | 11:47 WIB
TRAVEL BUBBLE
  Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di The Sanchaya Resort Bintan, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Selasa (25/1/2022). ANTARA FOTO
Dengan protokol yang ketat, lewat koridor travel bubble, pelancong Singapura masuk ke Batam dan Bintan tanpa karantina. Bila terpapar Covid-19, mereka tak boleh pulang sebelum sembuh.

Pertemuan bilateral tahunan Indonesia-Singapura kali ini dihelat di Sanchaya Resort, Pulau Bintan, Kepulauan Riau, yang  jaraknya sekitar 70 km saja dari Orchard Road. Bertindak sebagai tuan rumah adalah Presiden Joko Widodo yang dikawal oleh sejumlah menteri. Delegasi dari Singapura dipimpin  PM Lee Hsien Loong yang juga dikawal oleh sejumlah menteri.

Digelar di kawasan resort, pertemuan antara dua delegasi itu bertajuk Leader’s Retreat, merujuk ke suasana pertemuan yang lebih santai, untuk sejenak keluar dari suasana sehari-hari yang berat dan menekan. Semua mengenakan kemeja atau blus batik. Menurut jadwal, pertemuan itu semestinya digelar 2021, dan sesuai  gilirannya Indonesia menjadi tuan rumah. Namun karena pandemi Covid-19, pertemuan itu diundur dan baru bisa dilaksanakan Selasa (25/1/2022).

Meski dihelat dalam suasana kasual, toh agenda yang dibawa tetap serius: investasi, finance, kerja sama ekonomi, pertahanan, draft  perjanjian ekstradisi, penerbangan, pencucian uang, dan banyak isu lainnya. Sejumlah nota kesepahaman diteken. Namun, tak urung urusan relaksasi dari pandemi pun ikut mengemuka. Kebijakan travel bubble ini diberlakukan sejak Senin (p024/1/2022).

Kebijakan travel bubble itu tentu ditempuh atas dasar kesepakatan dua negara. Dengan kebijakan ini, penduduk Singapura bisa melancong ke Pulau Batam dan Pulau Bintan tanpa harus menjalani karantina. Mereka bisa menyeberang ke Batam hanya melalui  pintu masuk Terminal Feri Nongsa, dan ke Bintan melalui Feri Bandar Bentan Telani. Di luar soal pintu masuk jalur laut itu, ada sederet ketentuan protokol kesehatan yang harus diikuti.

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong menunjukkan perhatiannya pada travel bubble, istilah untuk menyebut koridor khusus perjalanan lintas negara di tengah pembatasan-pembatasan akibat pandemi. Travel bubble itu, kata PM Lee, masih bisa dikembangkan. ‘’Singapura akan berdiskusi dengan Indonesia bagaimana kita bisa membuatnya menjadi dua arah," kata Lee, dalam pernyataan bersama dengan Presiden Joko Widodo  di Sanchaya Resort, seusai melaksanakan agenda pertemuan puncak. ‘’Mudah-mudahan tidak terlalu lama,’’ ia menambahkan.

PM Lee mengatakan pula, dia dan Presiden Jokowi telah sepakat melanjutkan pembicaraan guna memperluas perjalanan udara dan laut ke lebih banyak destinasi di wilayah Indonesia. "Namun, kita harus mempertimbangkan situasi Covid-19, dan khususnya wabah varian Omicron ini,’’ ucapnya. Toh, pembicaraan ini harus diagendakan. "Kami akan melakukannya dengan kecepatan yang nyaman bagi kedua belah pihak, dengan mempertimbangkan situasi kesehatan masyarakat masing-masing," PM Lee menambahkan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, masuknya pelancong dari Singapura ke wilayah Batam dan Bintan, dengan skema dengan travel bubble, dimaksudkan  untuk mendorong  pemulihan pariwisata di kedua pulau tersebut.

Sedangkan ihwal situasi pandeminya, sampai hari dikeluarkan keputusan itu, sudah memungkinkan. Status Singapura, Batam, dan Bintan, sudah sama-sama level 1. ‘’Dalam pelaksanaannya nanti, travel bubble itu juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat,’’ ujar Menko Airlangga.

Untuk pintu masuknya telah ditentukan hanya ada dua, yakni di Terminal Feri Longsa di Batam dan Terminal Feri Bandar Bintan Telani. Di situ para pelancong akan menjalani pemeriksaan mengenai persyaratan yang diwajibkan, antara lain, vaksinasi lengkap dua dosis minimal 14 hari sebelum hari keberangkatan, hasil tes negatif PCR 3 x 24 jam, dan registrasi e-HAC (electronic-Health Alert Card ) yang dalam hal ini adalah aplikasi PeduliLindungi. Bila semua beres, silakan melenggang, tanpa ada kewajiban karantina sebagai pelaku perjalanan luar negeri (PPLN).

Sambil jalan, aplikasi PeduliLindungi itu akan diselaraskan operasionalibilitasnya dengan platform pelacakan dan perlindungan yang berlaku di Singapura. Penyelarasan itu didasari oleh pengakuan kesetaraan vaksin dan validitas testing. Proses penyelarasan itu sudah memasuki tahap final. Satu hal lain yang  diperiksa di pelabuhan feri itu ialah dokumen visa kunjungan, bagi warga non-Asean yang akan berkunjung ke kedua pulau itu melalui Singapura.

Namun, selama di Batam atau Bintan, pelancong dari Singapura tidak boleh bergerak sembarangan. Mereka harus bersedia tinggal di tempat yang disebut area bubble, bisa berupa kawasan hotel atau resort. Di situ akan tersedia dokter dan paramedis yang dilengkap dengan alat tes dan APD. Kamar hotel harus berjendela yang bisa dibuka untuk sirkulasi udara. Lingkungan harus higienis dan sederet ketentuan lainnya.

Pelancong yang akan kembali ke Singapura harus menjalani tes PCR dan hasilnya negatif. Bila positif, ia harus menjalani perawatan di Batam atau Bintan sampai sembuh dan terkonfirmasi negatif Covid-19. Oleh karenanya, pelancong melalui travel bubble ini harus memiliki polis asuransi kesehatan, dengan nilai pertanggungan minimum Sing$ 30.000.

Apakah sederet persyaratan itu cukup sepadan? Waktu yang akan menjawabnya. Yang pasti, banyak warga  Singapura yang merasa jenuh dan tertekan, setelah hampir dua tahun terjebak dalam situasi pandemi dan sulit bergerak ke mana-mana.

Sebelum masa pandemi, Kepulauan Riau (Kepri) ialah destinasi wisata penting di Indonesia. Jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Kepri mencapai 2,86 juta, atau 17,8 persen dari angka nasional. Kepri menduduki peringkat kedua setelah Bali (39 persen), dan di atas Jakarta yang ada di  peringkat ketiga dengan 15,2 persen.

Dari 2,86 juta wisman yang datang ke Kepri itu, 1.39 juta ialah penduduk Singapura. Selebihnya dari Malaysia 10 persen, Tiongkok 10 persen, dan dalam jumlah yang lebih kecil dari Korea, Jepang, India, Filipina, dan seterusnya. Sebagian mereka datang melalui Singapura. Sebagian besar mereka datang ke Kepri melalui pintu masuk Batam (68 Persen), selebihnya melalui jalur feri ke Bintan, jalur udara Tanjung Pinang (5,9 persen), dan jalur laut ke Karimun 3,9 persen.

Pariwisata ialah sektor ekonomi yang penting bagi Kepri. Maka, menurut Menko Airlangga Hartarto, atas persetujuan Presiden Jokowi, kebijakan travel bubble itu dilaksanakan. Penerapannya di Kepri merujuk ke Surat Edaran (SE) Satgas Covid-19 nomor 3 tahun 2022, yang diperkuat oleh Peraturan Gubernur Kepri. Menko Airlangga Hartarto menjanjikan pelaksanaannya akan terus dievaluasi. Bila dampaknya buruk bagi perkembangan pandemi, travel bubble itu akan dihentikan.

 

Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari