Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mendorong G20 dan B20 untuk berkolaborasi dalam menghadapi berbagai tantangan global.
Indonesia sebagai pemegang tampuk Presidensi G20 tahun ini telah memulai sejumlah agenda pertemuan menuju KTT G20 yang direncanakan di Bali, November 2022.
Salah satu dari sejumlah agenda itu adalah forum business of twenty atau B20. Selama dua hari, tepatnya pada 27-28 Januari telah dilakukan pertemuan pendahuluan B20 atau B20 Inception Meeting 2022.
Sebagai informasi, B20 atau Business 20 merupakan forum dialog resmi G20 dengan komunitas bisnis global. Forum itu sendiri melibatkan sekitar 1.000 orang yang merupakan delegasi dari negara-negara G20, termasuk eksekutif puncak dari perusahaan multinasional terkemuka. B20 mencakup sekitar 2.000 peserta yang mewakili lebih dari 6,5 juta pelaku bisnis.
Oleh karena itu, wajar saja pertemuan pendahuluan B20 atau Inception Meeting G20 itu dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang dilakukan secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (27/1/2022).
Ada tiga isu prioritas yang disampaikan Presiden Jokowi ketika membuka pertemuan itu, yakni global health architecture, digital transformation, dan energy transition.
Presiden Jokowi mendorong G20 dan B20 untuk berkolaborasi dalam menghadapi berbagai tantangan global. Melalui kolaborasi akan menciptakan terobosan dan aksi nyata yang ujungnya berkontribusi besar bagi pemulihan ekonomi global.
Dalam konteks wabah pandemi Covid-19 yang tengah melanda saat ini, misalnya, tambah Presiden, tidak hanya menjadi masalah melainkan juga membuka peluang untuk tumbuh lebih baik. “Kita harus memanfaatkan peluang ini untuk mewujudkan tata kelola dunia yang lebih adil, yang memberikan kesejahteraan dan kemakmuran, serta menjamin pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.”
Secara khusus, Kepala Negara menilai, kemitraan publik dan swasta global harus didorong untuk memberikan solusi global. Presiden Jokowi juga menyempatkan untuk mengundang komunitas bisnis internasional yang menghadiri pertemuan B20 untuk berinvestasi di sejumlah sektor di Indonesia.
Kepala Negara menekankan kemitraan publik dan swasta global harus didorong untuk memberikan solusi global. “Yang jelas, kami sebagai negara dan sebagai Presidensi G20 berkomitmen dan bekerja keras untuk memberikan kontribusi untuk dunia yang tumbuh inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya.
Pembukaan yang dilakukan Presiden dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat juga dihadiri oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri BUMN Erick Thohir, Menlu Retno Marsudi, Mendag M Luthfi, dan Menkominfo Johnny G Plate serta duta besar negara-negara sahabat yang tergabung dalam G20.
Sejalan dengan yang disampaikan Kepala Negara, Menteri Airlangga Hartarto berpesan agar forum bisnis itu dioptimalkan Kadin Indonesia untuk mendorong agenda prioritas Presidensi G20 Indonesia.
Airlangga juga berharap, B20 bisa menjadi penghubung antara pemerintah sebagai pembuat kebijakan, dan dunia usaha sebagai stakeholder, baik di level regional maupun dunia.
"Kita berharap acara ini [B20 inception meeting] bisa menjadi platform diskusi bagi pemerintah dan stakeholder baik level regional dan global untuk memastikan percepatan pertumbuhan ekonomi 2022," ujarnya berharap.
Ada dua isu yang ditekankan Airlangga di pertemuan itu, masalah kesehatan dan ekonomi. Pada sisi ekonomi khususnya, dunia tengah mengalami pemulihan yang tidak merata dan ketidakpastian yang tinggi. Menurutnya, hal ini sangat berdampak bagi negara-negara berkembang baik yang berada di dalam forum G20 maupun tidak.
Airlangga yang juga memimpin forum G20 Jalur Sherpa itu mengharapkan, B20 berperan sebagai kunci untuk mendukung G20 dalam mencapai pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan. “Oleh karena itu, kami berharap seluruh pihak bisa menanggalkan kepentingan maupun perbedaan masing-masing terlebih dahulu, untuk mendorong kesejahteraan bersama. Kita harus bersinergi dan berkolaborasi dengan anggota B20 lain.”
Arsitektur Kesehatan
Berkaitan dengan isu prioritas, pertama, masalah kesehatan, Airlangga menilai, B20 perlu membantu G20 untuk menata arsitektur kesehatan global. Pasalnya, G20 menargetkan 70 persen populasi global bisa divaksinasi tahap pertama hingga pertengahan tahun ini.
“B20 dinilai bisa membantu dengan mendorong akses vaksin dan kemampuan manufaktur vaksin terutama di negara berkembang.”
Kedua, transformasi digital. Forum berisikan 20 negara dengan ekonomi terbesar itu mendorong transformasi digital dengan memperkuat keamanan digital dan privasi.
Forum itu juga mendorong dukungan untuk UMKM atau bisnis kecil, perempuan, serta kelompok disabilitas untuk bisa sukses di perekonomian baru, ekonomi digital. Untuk itu, upaya untuk menjembatani gap konektivitas perlu dilakukan dengan cara menciptakan kondisi investasi yang berkelanjutan, serta infrastruktur berkualitas tinggi.
"B20 diharapkan bisa berbagi guna mempersiapkan pekerja dan sumber daya manusia untuk menghadapi masa depan," tutur Airlangga.
Ketiga, percepatan transisi menuju energi bersih terutama berdasarkan komitmen yang disepakati pada pertemuan COP26 di Glasgow tahun lalu.
Komitmen yang dimaksud salah satunya untuk secara bertahap memensiunkan dini pembangkit energi dari energi kotor, seperti batu bara. Airlangga menekankan bahwa G20 perlu mendorong ketersediaan dan keterjangkauan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture and storage.
“Kolaborasi global harus berperan dalam membuat teknologi tersebut lebih terjangkau bagi seluruh kelompok masyarakat. Bantuan B20 untuk G20 yakni menerapkan apa yang menjadi komitmen dalam Perjanjian Paris, yaitu transisi di sektor energi,” tuturnya.
Menurutnya, B20 membutuhkan dunia usaha untuk memastikan pemulihan yang lebih hijau. “Tanpa dukungan finansial yang berkelanjutan dan konkret, kita mungkin tidak bisa mencapai target net zero global emission di pertengahan abad ini," ujarnya.
B20 Chairman Shinta Widjaja Kamdani yang juga Wakil Ketua Kadin Indonesia lebih memperinci soal tiga pilar utama yang diusung B20.
Menurutnya, sektor publik dan swasta perlu didorong untuk berkolaborasi untuk pemulihan dan pertumbuhan. Apalagi, dunia saat ini mengalami penurunan PDB sebesar 7 persen dan lebih dari 11,5 juta terjerumus dalam kemiskinan. "Kita perlu memulihkan kesehatan ekonomi dań memperbaiki arsitektur kesehatan global dengan memfasilitasi kerja sama lintas batas yang efektif," ujar Shinta.
Shinta menilai, Covid-19 telah mempercepat digitalisasi usaha dan kehidupan sehari-hari. Namun, UMKM yang menggerakkan dunia masih mengalami tantangan untuk transformasi digital.
Dia menilai, layanan digital harus dipastikan dapat tersedia untuk semua orang. Menata masa depan yang inklusif dan berkelanjutan. Pandemi telah menurunkan taraf hidup masyarakat secara umum.
Namun, menurutnya, dampaknya kepada perempuan dan UMKM tidak proporsional. Ia menilai, hal ini sangat memprihatinkan. Selain itu, menurut Shinta, dunia perlu memastikan pertumbuhan berkelanjutan dengan transisi energi.
Investasi yang dibutuhkan untuk mendukung transisi energi ini mencapai USD5 triliun per tahun. “Kemajuan signifikan, menurut dia, hanya akan terjadi melalui kolaborasi global.”
Shinta menjelaskan, G20 Forum B20 telah membentuk enam task force dan satu action council yang terdiri dari women in business, digitalization, energy sustainability and climate, finance infrastructure, future of work and education, tand investment, serta integrity and compliance.
"Diskusi dalam task force dan action council akan mengeluarkan rumusan rekomendasi kebijakan untuk mendukung para pemimpin G20," ujar Shinta.
Shinta mengatakan, B20 juga akan menyelenggarakan berbagai side events, business matching, hingga kunjungan investasi di berbagai daerah. Adapun hasil dari seluruh pertemuan B20 akan disampaikan resmi pada puncak KTT B20 pada November di Bali.
Ketua Kadin Indonesia Arsjad Rasjid berharap, seluruh anggota B20 dan masyarakat secara luas dapat berpartisipasi aktif dalam forum ini.
"Kadin mendorong duna usaha menggunakan forum B20 untuk berbagi informasi dan teknologi dalam mengembangkan solusi dan inovasi," ujar Arsjad.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari