Penambahan angka penularan Covid-19 di tanah air relatif mengecil hari per harinya. Begitu juga tingkat keterisian tempat tidur di sejumlah rumah sakit. Namun, tren angka kematian masih belum terkendali.
Pada Rabu (2/3/2022), satgas Covid-19 memperbarui data terkait kasus corona di Indonesia. Dilaporkan ada tambahan sebanyak 40.920 kasus. Seiring itu, tercatat pula adanya ribuan pasien corona varian Omicron sudah dipulangkan dari Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat.
"Untuk pasien yang dirawat Omicron total ada 1.347 ini sudah pulang semua sejak 15 Februari," ujar Koordinator Humas RSDC-19 Kolonel dr Mintoro Sumego di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (1/3/2022).
Dengan begitu, Mintoro pun mengatakan, Wisma Atlet telah melewati puncak varian Omicron. Meski demikian, ia meminta agar masyarakat senantiasa tidak lengah terhadap protokol kesehatan.
Mintoro mengungkapkan, di Wisma Atlet Kemayoran isolasi dilakukan rata-rata long of stay-nya 5--7 hari. “Setelah itu pasien dinyatakan bisa pulang oleh dokter penanggung jawab pasien, tergantung keadaan klinis seperti apa dan hasil PCR-nya," sambungnya.
Keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di Wisma Atlet, menurut Mintoro, juga terus mengalami penurunan. Tingkat BOR di lokasi perawatan darurat itu, sambung dia, kini berada di angka 26,09 persen.
Sejalan dengan itu, Kementerian Kesehatan memang mengungkap catatan bahwa kasus harian Covid-19 di beberapa provinsi dengan jumlah populasi besar mulai melandai per akhir Februari 2022. Di mana itu berdampak pada menurunnya BOR di rumah sakit secara nasional.
Hingga Selasa, (1/3/2022), pasien yang dirawat di rumah sakit secara nasional turun menjadi 34 persen dari hari sebelumnya di posisi 35 persen. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, konfirmasi kasus harian berada di posisi 24.728 kasus. Jumlah tersebut jauh jika dibandingkan posisi tertinggi yang sempat mencatat angka 64.718 kasus per hari.
“Tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit (BOR) juga masih sangat terkendali dengan kecenderungan menurun,” ujar dia, dalam keterangan tertulis.
Lebih jauh, Nadia menjelaskan, ada 14 provinsi yang konsisten mencatatkan penurunan kasus harian Covid-19, yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, NTB, Maluku, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sumatra Selatan, Sulawesi Tenggara, Papua, dan Papua Barat. Selain itu, ada pula tujuh provinsi yang kasus hariannya sudah melandai, yakni Jawa Tengah, Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, Sumatra Barat, Gorontalo, Bengkulu, dan Lampung.
Hal tersebut membuat posisi perawatan pasien di rumah sakit melandai karena kontribusi pasien di daerah dengan populasi besar ikut turun. Data Kemenkes juga menunjukkan bahwa di beberapa daerah dalam minggu terakhir Februari kemarin mengalami penurunan positivity rate. Wilayah itu adalah DKI Jakarta, Bali, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Maluku, Papua, NTB, Papua Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sumatra Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Kalimantan Tengah.
“Meski masih ada beberapa provinsi di Jawa dan luar Jawa yang meningkat kasus hariannya, tapi secara agregat penanganan pandemi secara nasional membaik. Karena provinsi dengan kota-kota besar padat penduduk sudah melewati puncaknya dalam waktu yang cukup konsisten,” kata Nadia.
Perbaikan indikator penanganan pandemi, kata Nadia, tampak dari angka kesembuhan pasien di rumah sakit yang meningkat secara nasional. Hingga Senin kemarin, angka kesembuhan pasien ada di posisi 43.992. Angka ini lebih baik dari hari sebelumnya Ahad yang ada di posisi 39.384.
Pesan Presiden
Data lapangan yang dikantungi oleh pemerintah terkait penanganan pandemi corona di Indonesia agaknya memang mengindikasikan segera terjadinya pemulihan situasi kesehatan di tanah air. Namun begitu, lewat Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Abraham Wirotomo dalam keterangan tertulisnya, pada Rabu (2/3/2022), Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara tegas mengingatkan jajarannya agar tidak tergesa-gesa dalam melakukan perubahan status dari pandemi ke endemi.
Dalam arahannya, Presiden Jokowi menekankan bahwa dirinya tidak ingin situasi kembali seperti awal pandemi. "Mengenai perubahan status pandemi menjadi endemi, Presiden Jokowi menekankan, kita tidak perlu tergesa-gesa dan memperhatikan aspek kehati-hatian. Presiden Jokowi tidak mau kita sampai kembali ke situasi pada awal pandemi," ujarnya.
Hingga kini, menurut Abraham, pemerintah juga selalu memantau perkembangan Covid-19 di sejumlah negara lain. Pemerintah juga, kata Abraham, selalu melibatkan para pakar dalam mengambil setiap kebijakan terkait pandemi.
"Jika memang data-data ilmiah dan analisa pakar menunjukkan kondisi terus membaik, maka relaksasi juga akan semakin dibuka," tutur Abraham.
Kehati-hatian dan kecermatan (tidak tergesa-gesa), memang menjadi kunci sukses penanganan Covid-19, khususnya terkait langkah ke depan menuju perubahan status dari pandemi ke endemi. Pasalnya, kendati indikator baik tampak di sejumlah hal, data yang ada juga masih menunjukkan adanya kondisi yang kurang baik.
Sebut saja ihwal angka kematian. Data terkini tampak bahwa tren angka kematian di masa gelombang 3 yang didominasi penularan virus varian terus naik. Indonesia bahkan baru saja mencatat rekor kasus kematian harian akibat Covid-19 tertinggi, terhitung sejak awal Januari 2022. Pada Rabu (2/3/2022), kasus kematian bertambah 376.
Dengan penambahan kasus kematian itu, maka total kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia sebanyak 149.036. Adapun jika dirincikan maka enam provinsi dengan kasus kematian tertinggi adalah Jawa Tengah sebanyak 101 kasus, Jawa Timur 57 kasus, Jawa Barat sebanyak 39 kasus, DKI Jakarta 19 kasus, Riau sebanyak 17 kasus, dan DI Yogyakarta dengan 16 kasus.
Tercatat, pada gelombang varian Delta tahun lalu, kasus kematian akibat Covid-19 di RI sempat mencapai hampir 2.000 kasus dalam sehari. Dengan kondisi tersebut, Indonesia pun berada di posisi puncak sebagai negara dengan jumlah kematian harian tertinggi dunia.
Tak hanya ihwal tren kematian, di Provinsi DKI Jakarta, gelombang ketiga Covid-19, pada Rabu (2/3/2022) juga menunjukkan adanya peningkatan angka keterisian ICU sebanyak 46 persen. Hal tersebut disampaikan langsung Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria kepada wartawan.
"BOR sudah menurun, sudah 37 persen. Dari 6.782 terpakai 2.478, jadi 37 persen. Sedangkan ICU dari 943 terpasang (bed) terpakai 428, sudah 45 persen. Jadi BOR-nya 37 persen, ICU 45 persen. Ini ada peningkatan ya," tambahnya.
Diketahui pula, selain angka kematian yang terus naik dan adanya peningkatan keterisian ICU, hal memprihatinkan yang juga ditemukan pada fase pandemi ini adalah terjangkitnya puluhan tenaga kesehatan (nakes) oleh virus corona mutan ini. Para nakes itu menjalani isolasi di RSDC Wisma Atlet.
Jadi, boleh dibilang, perang melawan virus baru ini memang belumlah usai sepenuhnya. Oleh karena itu, sebagaimana disampaikan Presiden Jokowi, masih diperlukan kecermatan penuh dalam melakukan penanganan atas pandemi. Termasuk dalam hal perubahan status dari pandemi menuju endemi.
Sehingga, jelaslah bahwa seluruh kebijakan yang bakal lahir harus senantiasa berorientasi pada kepentingan rakyat luas dan memiliki prioritas aksi yang tepat. Untuk kemudian, pandemi pun bisa berakhir di 2022.
Penulis: Ratna Nuraini
Redaktur: Elvira Inda Sari