Kunjungan ke Rusia dan Ukraina merupakan wujud kepedulian terhadap isu kemanusiaan dan semangat mendorong perdamaian.
Gayung bersambut, akhirnya komunikasi via telepon yang dilakukan Presiden RI Joko Widodo dengan kedua pemimpin negeri jiran, yakni Rusia dan Ukrania, pada April lalu, berbuah manis. Komunikasi itu akan terwujud dengan kunjungan langsung ke Kiev dan Moskow, di akhir Juni.
Menurut Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi, itu merupakan bagian dari lawatan Presiden Joko Widodo ke sejumlah negara pada akhir Juni 2022. Direncanakan, Presiden Jokowi akan mengunjungi Kiev, Ukraina, dan Moskow, Rusia.
Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi diagendakan akan mengadakan pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
“Di dalam kunjungan ke Kiev dan Moskow, tentunya Bapak Presiden akan melakukan pertemuan dengan Presiden Zelenskyy dan Presiden Putin,” ungkap Menlu, dalam keterangan pers secara virtual, Rabu (22/6/2022).
Menlu Retno menyampaikan, kunjungan ke dua negara ini merupakan kunjungan yang dilakukan dalam situasi yang tidak normal. “Kita paham situasi saat ini masih sangat-sangat complicated. Dunia juga paham mengenai kompleksitas masalah yang ada. Meskipun situasinya sulit dan masalahnya kompleks, sebagai Presidensi G20 dan salah satu anggota Champion Group dari Global Crisis Response Group yang dibentuk Sekjen PBB, Presiden Jokowi memilih untuk mencoba berkontribusi, tidak memilih untuk diam,” kata Menteri Retno.
Retno mengungkapkan, kunjungan Presiden Jokowi ke dua negara itu merupakan wujud kepedulian terhadap isu kemanusiaan serta semangat untuk terus mendorong perdamaian. “Presiden Jokowi merupakan pemimpin Asia pertama yang akan melakukan kunjungan ke dua negara tersebut.”
Kunjungan Presiden Jokowi itu menunjukkan kepedulian terhadap isu kemanusiaan, dengan mencoba memberikan kontribusi untuk menangani krisis pangan yang diakibatkan perang. Konflik kedua negara itu dampaknya dirasakan oleh semua negara, terutama negara berkembang dan negara dengan penghasilan rendah.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo, pada Jumat (29/4/2022), mengadakan pembicaraan via telepon bersama Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Dengan Zelenskyy, Presiden Jokowi menyebutkan bahwa Ukraina sempat mengajukan permintaan bantuan senjata dari Indonesia. Namun hal ini ditolak karena konstitusi RI yang melarang bantuan semacam itu.
Kendati demikian, Kepala Negara menyebut siap memberikan bantuan kemanusiaan bagi para warga Ukraina yang terdampak perang. Selain itu, Jokowi juga mengajak Zelenskyy untuk hadir dalam KTT G20 di Bali, pada November mendatang.
Sementara itu, saat berbincang dengan Putin, Presiden Jokowi berdiskusi mengenai situasi di Ukraina sekaligus juga dengan agenda G20. Ia menjelaskan juga bahwa Putin menyatakan akan hadir. Presiden Jokowi menyebutkan juga kepada Putin bahwa Indonesia akan terus menekankan agar perang segera diakhiri dengan negosiasi untukmenciptakan perdamaian. Ia menegaskan, Indonesia siap membantu proses tersebut.
Ketika itu, Kepala Negara juga menegaskan bahwa Indonesia berniat untuk menyatukan G20. Pasalnya, ada beberapa negara barat yang memutuskan untuk abstain dalam agenda G20 karena hadirnya Rusia. Padahal, Rusia sudah merupakan anggota forum itu bahkan sebelum serangannya ke Ukraina.
Selain Rusia dan Ukrania, Presiden Jokowi diagendakan melakukan rangkaian kunjungan kerja ke Jerman dan Uni Emirat Arab. Lawatan Presiden ke Jerman adalah dalam rangka memenuhi undangan Jerman selaku Ketua G7 untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7. Pertemuan akan berlangsung di Elmau pada 26-27 Juni 2022.
“Beberapa negara non-G7 atau disebut G7 Partner Countries yang mendapatkan undangan untuk hadir dalam KTT G7 adalah Indonesia, India, Senegal, Argentina, dan Afrika Selatan,” ujar Menlu Retno Marsudi.
Menlu mengungkapkan, salah satu isu yang akan dibahas dalam G7 Summit for Partner Countries tersebut adalah mengenai masalah pangan. Persoalan pangan, energi, dan keuangan yang terdampak pandemi Covid-19 dan konflik antara Rusia dan Ukraina adalah isu yang akhir-akhir ini terus menjadi pembicaraan dunia.
Di sela KTT, Presiden Jokowi juga akan melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah pemimpin negara G7 dan negara undangan lainnya. Selepas dari Jerman, Presiden Jokowi direncanakan akan mengunjungi Kiev, Ukraina, dan Moskow, Rusia. Setelah kunjungan ke Ukraina dan Rusia, Presiden akan melanjutkan kunjungan kerjanya ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Apresiasi Guru Besar UI
Guru Besar Hukum Internasional UI Hikmahanto Juwana mengatakan, inisiatif Presiden Jokowi untuk melawat ke Ukrania dan Rusia tersebut patut diapresiasi. Pertama, karena perang di Ukraina telah menyengsarakan banyak pihak, termasuk negara-negara yang tidak terlibat dalam konflik, dan telah berdampak pada perekonomian dunia.
Kedua, rencana Presiden Jokowi merupakan inisiatif Indonesia untuk selalu ikut dalam ketertiban dunia sebagaimana diamanahkan oleh Undang-undang Dasar 1945. Ketiga, Indonesia melakukan kunjungan ini dengan berpegang teguh pada politik luar negeri bebas aktif.
Hikmahanto mengatakan, selama ini Indonesia tidak berpihak kepada Ukraina maupun Rusia sehingga tidak memberi bantuan senjata kepada Ukraina maupun memberi dukungan kepada Rusia. “Keberpihakan Indonesia adalah pada perdamaian dunia dan mengakhiri tragedi kemanusiaan,” jelas Hikmahanto, Rabu (22/6/2022).
Satu hal, rencana kunjungan dilakukan dalam upaya untuk mencari tahu dan mendalami apa hal-hal yang dapat disepakati oleh Rusia dan Ukraina agar tercipta gencatan senjata. Dengan begitu diharapkan, spirit perdamaian dari Jakarta bisa meredakan ketegangan antara Moskow dan Kiev.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini