Indonesia.go.id - Langkah Sigap Tangkal Varian Baru

Langkah Sigap Tangkal Varian Baru

  • Administrator
  • Jumat, 26 Agustus 2022 | 19:12 WIB
COVID-19
  Ilustrasi. Presiden Joko Widodo untuk mulai menjajaki vaksin corona bagi anak di bawah enam tahun atau bayi umur lima tahun (balita).ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Indonesia berhasil melalui gelombang penularan subvarian Omicron. Tapi, ancaman kesehatan belum sepenuhnya usai. Serangkaian langkah antisipasi disiapkan.

Pada Selasa (23/8/2022), sedikitnya 13 siswa dari sebuah sekolah yang berada di sebuah areal perumahan di kawasan Lebak, Banten, dinyatakan positif Covid-19. Penularan virus yang menjangkiti belasan siswa dari jenjang sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) itu diketahui setelah pihak sekolah mengantungi hasil swab tes polymerase chain reaction (PCR) yang dilaksanakan serentak di sekolah oleh petugas medis dari puskesmas setempat, pada Jumat (19/8/2022).

Terjadinya kasus penularan corona di lingkungan sekolah, pemukiman, perkantoran, moda transportasi, bahkan di dalam keluarga memang masih akrab terdengar di telinga kita. Kendati, sudah selama hampir tiga tahun pemerintah mengerahkan segala daya upayanya untuk dapat memutus tuntas rantai penularan di tanah air. Mulai dari mengencarkan sosialisasi ketaatan protokol kesehatan, melakukan testing, tracing, dan treatment (3T), menggelar pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), hingga melakukan percepatan vaksinasi mulai tahap 1, tahap 2, dan juga booster

Tak hanya masih eksis menyerang warga masyarakat di sejumlah negara di dunia, hingga kini, virus corona mutan yang merebak sejak penghujung Desember 2019--ditemukan pertama di Wuhan, Tiongkok—juga diketahui telah berkali-kali mengalami mutasi genetik. Beberapa di antara mutasi virus SARS COV-2 itu, oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), sejauh ini telah digolongkan sebagai “varian yang patut mendapat perhatian”. Varian dan subvarian itu, antara lain, Delta, Omicron, BA.4, dan BA.5.

Di sejumlah negara di dunia, serangan BA.4 dan BA.5, yang merupakan subvarian Omicron, kini mendominasi penularan dan telah mengakibatkan lonjakan angka kasus infeksi yang signifikan. Kondisi tersebut, sangat boleh jadi, muncul akibat sifat varian virus yang diidentifikasi memang memiliki daya tular yang lebih cepat ketimbang jenis terdahulu. Di tanah air, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan bahwa gelombang penularan akibat infeksi Covid-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 sudah terlewati.

"Untuk yang gelombang ini, Indonesia menjadi satu dari segelintir, sedikit negara yang sudah berhasil melampaui gelombang BA.4 dan BA.5 dengan sangat baik,” katanya, dalam siaran langsung konferensi pers virtual terkait Ratas Evaluasi PPKM, Selasa (23/8/2022).

Sebagaimana diketahui, data dari Satgas Covid-19 menunjukkan, dalam sepekan penambahan harian kasus Covid-19 di tanah air berkisar pada angka 3 ribu—5 ribu kasus. Dengan angka fatalitas di kisaran angka 20-an kasus per hari.

Kendati relatif rendah dibandingkan angka di sejumlah negara di negeri jiran, Menkes Budi meminta agar semua pihak mewaspadai kondisi setidaknya enam bulan ke depan. “Sekarang ujiannya enam bulan lagi, sekitar Januari, Februari, Maret 2023," ucapnya.  

Jika bisa melampaui 'ujian' yang diprediksi jatuh pada triwulan I-2023, Menkes Budi mengatakan, Indonesia masuk sebagai negara yang dapat menangani pandemi 12 bulan berturut-turut.

 

Menjaga Imunitas

Apa yang sebenarnya disebut sebagai ujian di kurun enam bulan mendatang itu? Pada kesempatan yang sama, Menkes Budi pun mewanti-wanti ancaman munculnya varian baru. Pasalnya, dia melihat di beberapa negara di dunia, seperti di Eropa, Amerika, dan Jepang kasus konfirmasinya sangatlah tinggi. Diketahui, kasus di Eropa dan Amerika bahkan mencapai di atas 100 ribu. Sedangkan Jepang jumlahnya melebihi 200 ribu. Hal itu berpotensi memunculkan virus corona mutan yang baru.

"Kasus konfirmasi harian setinggi itu pasti akan mengakibatkan terjadinya mutasi dan timbulnya varian baru," jelas Menkes Budi.

Lantaran itulah, Menkes meminta, masyarakat di tanah air senantiasa menjaga ketaatan atas prokes dan selalu berupaya meningkatkan imunitas. Terkait itu jugalah, dia menjelaskan bahwa pemerintah telah dan akan melakukan sejumlah langkah antisipatif.

“Dalam enam bulan mendatang, tingkat imunitas warga RI akan menjadi rendah karena proteksi dari vaksin Covid-19 bakal menurun seiring berjalannya waktu. Sehingga rencananya, November kita akan melakukan sero survei lagi untuk melihat daerah-daerah mana yang imunitasnya sudah menurun, kemudian orang-orang mana yang berisiko tinggi,” katanya.

Untuk kemudian, menurut Menkes Budi, rencananya di akhir tahun akan dilakukan vaksinasi terutama diarahkan kepada golongan yang memang rendah imunitasnya. Pada kesempatan itu, Menkes Budi bahkan mengaku sudah mendapatkan instruksi dari Presiden Joko Widodo untuk mulai menjajaki vaksin corona bagi anak di bawah enam tahun atau bayi umur lima tahun (balita).

"Salah satu inisiatifnya adalah Presiden Jokowi meminta vaksinasi untuk anak-anak di bawah enam tahun, nanti kita akan mulai jajaki," ujar Menkes Budi.

Kemungkinan besar pelaksanaan vaksinasi Covid-19 untuk balita itu, menurut Menkes Budi, juga akan dimulai pada akhir 2022, seiring dengan pemberian vaksinasi lanjutan pada kelompok rentan, yakni lansia hingga orang dengan penyakit komorbid. “Vaksinasi bagi kelompok-kelompok yang lansia, yang komorbid, kemudian yang kadar imunitasnya sudah turun atau sudah lebih dari enam bulan, karena kita sudah tahu by name by address,” katanya.

Hingga kini, pemerintah juga terus menggencarkan kembali pemberian vaksinasi booster kedua, atau vaksinasi tahap 4, bagi kalangan tenaga kesehatan di Indonesia. Selain mendorong kelengkapan vaksinasi bagi masyarakat luas.

Tujuan dari seluruh langkah antisipatif itu, menurut Menkes Budi, agar antibodi yang dimiliki masyarakat saat ini tetap terbentuk dengan baik. Sehingga, sambung dia, bisa menjadi bekal untuk menghadapi jikalau ada varian baru di masa depan. "Kita segera berikan alternatif vaksin yang ada agar bisa meningkatkan kadar imunitasnya, untuk menjaga level imunitas populasi Indonesia, untuk menghadapi atau siap-siap pada awal tahun depan," pungkasnya.

 

 

Penulis: Ratna Nuraini
Redaktur: Elvira Inda Sari