Indonesia.go.id - Mempertahankan Surplus Perdagangan hingga Akhir Tahun

Mempertahankan Surplus Perdagangan hingga Akhir Tahun

  • Administrator
  • Minggu, 20 November 2022 | 21:21 WIB
PERDAGANGAN
  Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Surplus neraca perdagangan per September 2022 mencapai USD39,87 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan puncak periode booming harga komoditas tahun 2011. ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan
Konsistensi konsumsi dan investasi ditopang oleh kinerja sektor eksternal yang kuat.

Cara yang paling tepat bagi Indonesia di tengah pelemahan ekonomi dunia saat ini adalah bagaimana negara ini tetap bisa mempertahankan kinerja sektor perdagangannya agar tetap positif hingga akhir tahun. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, sebagai komandan dan penanggung jawab di sektor ekonomi, mengharapkan jika neraca perdagangan Indonesia bisa surplus USD60 miliar selama 2022, atau naik tajam dibandingkan 2021 sebesar USD35 miliar.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai USD39,87 miliar per September 2022, melejit 58,83 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Lantas apakah komoditas andalan yang membuat negara ini tetap optimis bisa tetap mencatat kinerja surplus hingga akhir tahun, Airlangga pun tersenyum dan menjawab, “Dari kinerja komoditas”.

Neraca perdagangan 2022 diproyeksikan surplus USD60 miliar, jauh lebih tinggi dari 2010 atau 2011, yang masing-masing USD22 miliar dan USD26 miliar, saat terjadi ledakan harga komoditas,” ujar Menko Airlangga dalam acara "Indonesia's Economic Priorities", Selasa (25/10/2022).

Dia menuturkan, komponen ekspor dan impor turut berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi domestik. Nilai ekspor selama Januari sampai September 2022 mencapai USD219,35 miliar, meningkat 33,49 persen, sedangkan impor USD179,49 miliar, meningkat 28,93 persen.

Konsumsi dan investasi secara konsisten ditopang oleh kinerja sektor eksternal yang kuat. Itu menjadi faktor yang mendukung pada kuartal II-2022 tetap mencatat pertumbuhan ada ekonomi Indonesia mencapai 5,44 persen.

“Kami berharap pertumbuhan ekonomi mencapai 5,2 persen pada akhir tahun ini,” kata Airlangga.

Airlangga mengatakan, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,3 persen. Padahal, lembaga itu merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 3,2 persen, dibandingkan perkiraan April 2022 sebesar 3,6 persen.

Dia menuturkan, saat ini, dunia menghadapi 5C the perfect storm atau tantangan 5C, yaitu Covid-19 yang belum selesai, conflict Ukraina yang berkepanjangan, climate changes (perubahan iklim), commodity price (harga komoditas) yang melonjak, dan cost of living (biaya hidup) naik akibat dampak dari inflasi.

Pendapat dan optimisme yang sama juga diperlihatkan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) Febrio Kacaribu. Menurutnya, Indonesia mendapatkan berkah dengan booming harga komoditas.

Dia menambahkan, surplus neraca perdagangan per September 2022 mencapai USD39,87 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan puncak periode booming harga komoditas 2011 sebesar USD22,2 miliar.

“Ini juga menandakan surplus telah terjadi selama 29 bulan berturut-turut. Secara kuartalan, kinerja net ekspor juga cukup baik, sehingga menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) kuartal III-2022 dan tahun 2022 secara keseluruhan,” kata Febrio.

Menurut dia, Indonesia terus melakukan diversifikasi produk maupun negara mitra dagang. Selain itu, pemerintah bersama otoritas tetap patut waspada terkait risiko global yang akan memengaruhi neraca perdagangan dan perekonomian secara umum, yaitu melambatnya aktivitas perdagangan internasional negara maju.

Hal ini di antaranya dipengaruhi inflasi serta kinerja ekonomi mitra dagang utama, seperti Tiongkok. “Ekspansi pasar ekspor, selain ke negara tujuan ekspor utama, misalnya, Filipina dan Malaysia sudah menunjukkan peningkatan signifikan sepanjang tahun berjalan,” ucap Febrio.

Harapannya, prospek ekonomi dunia yang mulai gelap di depan tidak melanda Indonesia. Negara ini tetap berlayar dengan gagah di tengah gelombang ombak, ekonomi dunia yang tidak menjanjikan, bahkan bisa tetap mencetak kinerja ekonomi yang positif.

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari