Dua unit pesawat jenis Falcon 7X dan Falcon 8X didatangkan untuk menambah armada pesawat angkut VIP/VVIP TNI-AU dan akan ditempatkan di Skadron Udara 17.
Pemerintah terus memperkuat TNI melalui program-program pengadaan alat utama sistem persenjataan atau alutsista yang canggih dan modern. Selain untuk mengganti peran alutsista lama dan sudah tidak layak pakai, keberadaan alutsista anyar tentu akan memperkuat sektor pertahanan Indonesia.
Pengadaan alutsista-alutsista untuk TNI juga menjadi bagian dari program minimum essential force (MEF) atau kekuatan pokok minimum. Saat ini, Indonesia sedang dalam tahap ketiga dari Program MEF yaitu periode 2019-2024. Program itu dicetuskan pertama kali oleh Juwono Sudarsono ketika menjabat Menteri Pertahanan Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009) dan baru dilaksanakan pada 2010 sampai 2015 sebagai tahap pertama.
Melalui MEF ini, secara perlahan TNI dengan ketiga matranya, darat, laut, dan udara melengkapi alutsista mereka agar mampu meningkatkan kemampuan dalam menjaga keutuhan NKRI. Salah satu alutsista terbaru yang bergabung dengan TNI adalah armada pesawat terbang untuk fungsi komando pengendalian (kodal) TNI Angkatan Udara (TNI-AU). Burung besi tersebut adalah pesawat Falcon 7X dan Falcon 8X, sejenis pesawat nontempur buatan pabrikan Prancis, Dassault Aviation.
Kedua elang besi kemudian diserahkan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto kepada Kepala Staf TNI-AU (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo di Hanggar Skadron Udara 17, Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (28/12/2022).
Prabowo dalam sambutannya menyatakan, kedua pesawat berkemampuan jelajah jarak jauh hingga 12.000 kilometer ditujukan untuk fungsi kodal para pimpinan militer baik di markas besar TNI maupun ketiga matra supaya dapat bergerak lebih cepat.
"TNI harus menjadi komponen yang kuat agar dapat menjaga Indonesia, dengan cara menyiapkan pesawat-pesawat canggih untuk tempur dan nontempur. Oleh karenanya, keberadaan pesawat Falcon 7X dan Falcon 8X ini bagian dari langkah nyata Kementerian Pertahanan dalam menyiapkan itu semua," ucap Prabowo.
Tambah Kekuatan
Falcon 7X dan Falcon 8X sudah dikelir abu-abu bergaris merah putih dan pada ekor pesawat terdapat roundel atau tanda pengenal khas pesawat TNI-AU. Seperti dikutip dari aplikasi penerbangan global Flight Radar 24, disebutkan kedua pesawat langsung diterbangkan pada Senin (26/12/2022) dari Bandar Udara Internasional Le Bourget, Paris, Prancis dengan transit satu hari di Bandara Internasional Dubai, Uni Emirat Arab. Baru pada Selasa (27/12/2022) penerbangan dilanjutkan ke Halim.
Keduanya akan dioperasikan oleh Skadron Udara 17 sebagai armada angkut udara VIP/VVIP termasuk mengoperasikan pesawat kepresidenan untuk presiden dan wakil presiden. Kedua pesawat akan menambah kekuatan Skadron Udara 17 yang sekarang terdiri atas Boeing 737-200 dan Boeing 737-400 Classic VIP berjumlah total tiga unit. Kemudian masing-masing satu unit Boeing 737 seri Business Jet dipakai oleh Presiden dan BAe RJ-85 untuk kendaraan udara RI 2.
Wapres Ma'ruf Amin juga pernah memakai Boeing 737-400 Classic VIP TNI-AU sebagai pesawat kepresidenan untuk melakukan perjalanan dinas ke sejumlah daerah. Para Panglima TNI sering memakai pesawat buatan Amerika Serikat ini untuk kunjungan kerja ke seluruh Indonesia. Selain itu, pada 30 Agustus 2014, pesawat berkapasitas 92 penumpang ini pernah digunakan untuk membawa Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa saat dijabat Ban Ki-moon dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, menuju Samoa, negara di kawasan Pasifik.
Menhan Prabowo menyatakan bahwa kedua Falcon merupakan bagian material kontrak antara Kemhan dan Dassault untuk pengadaan Multi Role Combat Aircraft (MRCA). Di mana program pembelian 42 unit pesawat tempur Rafale yang dibagi dalam dua tahap pengiriman, yakni enam unit di tahap pertama dan 36 unit lainnya di tahap selanjutnya. Dalam pembelian Rafale itu Kemhan juga bernegosiasi agar bisa mendapatkan juga dua unit Falcon.
Mantan Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (TNI-AD) tersebut mengakui bahwa dua unit Falcon bersifat interim atau sementara. Sebab, pesawat sesungguhnya berupa dua unit Falcon 8X sedang dalam tahap diproduksi oleh Dassault. Mereka menjanjikan dalam waktu satu tahun ke depan sudah dapat dikirimkan ke Jakarta bersama enam unit Rafale.
Falcon 7X
Pernyataan Menhan Prabowo juga dikuatkan oleh data Flight Radar 24 yang menyebutkan bahwa sebelum bernomor registrasi A-0707, Falcon 7X buatan tahun 2015 itu punya registrasi XA-GOR dan dipakai oleh maskapai Kolombia, Aerolineas Centrales. Sebelum menjadi A-0707, pesawat yang ditenagai tiga mesin turbofan diketahui pernah dijadikan moda transportasi udara untuk para eksekutif Bank of America, salah satu perbankan terbesar di dunia.
Menurut website Dassault Aviation, Falcon 7X diluncurkan pertama kali pada 2001 dan diawaki tiga kru. Pesawat Falcon 7X mampu membawa 12 penumpang dan menjadi pesawat jenis jet bisnis pertama yang seluruh sistem kendali terbangnya berteknologi digital. Panjang badannya 23,38 meter dan bentang sayap mencapai 26,2 meter serta tinggi hampir 8 meter dengan ketinggian kabin pesawat adalah sekitar 1,8 meter.
Jika bahan bakarnya diisi penuh, daya jelajahnya dapat mencapai 11.000 km. Atau bisa terbang nonstop Jakarta menuju Moskow sejauh 9.300 km. Kecepatan maksimal pesawat itu adalah 953 km per jam atau pada 0,90 Mach.
Ketinggian maksimal saat terbang dapat mencapai 15.545 meter. Pesawatnya telah diproduksi sebanyak 270 unit dan tersebar di 40 negara. Ia dikenal mampu beroperasi di bandara dengan landasan pendek. Saat lepas landas, ia bisa terbang dari runway sepanjang tak lebih dari 1.740 meter dan ketika mendarat, ia hanya memerlukan landasan sepanjang sekitar 630 meter.
Pemerintah Prancis seperti dikutip Paramount Business Jet, mengoperasikan dua unit Falcon 7X sebagai pesawat kepresidenan yang sering dipakai Presiden Emmanuel Macron melakukan kunjungan kenegaraan. Hanya saja, armada itu relatif dipakai untuk penerbangan jarak pendek di wilayah Eropa.
Falcon 8X
Varian bernomor registrasi TNI-AU, A-0808 ini jauh lebih canggih dibandingkan Falcon 7X. Salah satunya karena penggunaan sistem kendali terbang digital yang mirip seperti pesawat tempur Rafale. Sehingga dijuluki sebagai jet bisnis semitempur. Pemakaian teknologi kendali terbang Rafale pada pesawat Falcon 8X membuat penerbangan menjadi lebih aman dan meningkatkan kenyamanan penumpang.
Teknologi khusus FalconEye disematkan untuk membantu penglihatan pilot dan kopilot saat menerbangkan pesawat dalam situasi jarak pandang terbatas termasuk saat terbang malam dalam cuaca buruk. Panjang pesawat sekitar 24,46 meter dengan bentang sayap 26,2 meter.
Pesawat digerakkan oleh tiga mesin turbofan buatan Kanada dan mampu menerbangkan pesawat dengan daya jelajah maksimal 11.950 km atau terbang nonstop Jakarta menuju Paris. Kecepatan maksimalnya 0,90 Mach dan mampu terbang hingga ketinggian 15.545 meter.
Sama seperti sang adik, Falcon 8X juga dapat dioperasikan pada bandara berlandasan pendek. Ia dapat lepas landas dari landasan pacu sejauh 1.829 meter dan mendarat pada situasi landasan pacu sekitar 656 meter.
TNI-AU telah mempersiapkan sejumlah personel untuk mengawaki pesawat-pesawat ini. Sebanyak empat pilot, empat teknisi, hingga pramugari sudah dikirim ke Prancis untuk menempuh pendidikan dan pelatihan. Masa pelatihan mereka beragam. Misalnya, para pilot dan teknisi pesawat Falcon diberi jatah berlatih selama empat bulan. Untuk pramugari harus menempuh pelatihan selama dua minggu di Prancis.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari