Sebanyak 3.724 unit hunian tetap bagi korban terdampak gempa di Kota Palu, Sulteng, siap huni. Diharapkan, korban bencana memiliki rumah yang lebih layak, sehat, dan nyaman.
“Kami sekeluarga sangat bersyukur dan berterima kasih kepada pemerintah khususnya Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat -Red) yang telah membangun hunian yang layak. Fasilitas berupa saluran air bersih, jalan yang bagus juga membuat dirinya bersama keluarga serta warga terdampak bencana merasa sangat nyaman,” kata Jhoni Yunus.
Jhoni, pria berusia 50 tahun yang akrab disapa Papauto, adalah satu kepala keluarga yang menerima bantuan hunian tetap (huntap) korban gempa bumi (likuifaksi) dan tsunami di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Ada banyak warga yang bernasib serupa. Mereka adalah bagian ribuan warga yang jadi korban. Saat bencana terjadi, selain rumah yang hancur, Papuato juga kehilangan anak laki-lakinya yang saat itu berada di sekolah.
Korban lain yang juga menerima bantuan rumah adalah Nuralim, 32, mengaku bersyukur sekali bisa mendapatkan hunian layak, yang bisa dia tinggali bersama keluarga. Menurut ibu dari dua anak yang berasal dari Kota Palu itu, hunian bantuan pemerintah ini sangat baik karena sudah lengkap dengan fasilitas pendukungnya.
Selain rumah yang layak huni, lokasi huntap terhitung strategis. Terletak di Kelurahan Petobo, Kota Palu, huntap itu berada di daerah kelahiran Nuralim. Yang lebih penting, daerah lokasi hunian itu sudah dilengkapi dengan aneka fasilitas, antara lain, di tiap unit terdapat dua kamar tidur, satu kamar mandi, dan ruang tamu
Nuralim menceritakan, saat terjadi gempa di Kota Palu pada 2018, rumahnya hancur hingga rata dengan tanah. Gempa juga menyebabkan satu anaknya meninggal dunia.
Selain menjadi korban gempa, Nuralim juga mengaku tidak pernah menyangka bisa memiliki hunian yang nyaman seperti itu, karena suaminya hanyalah seorang buruh dengan penghasilan tidak menentu. “Saya sangat bersyukur mendapat huntap di tempat kelahiran saya di Kelurahan Petobo, Kota Palu. Sebelumnya saya tinggal di hunian sementara (huntara) bersama para korban bencana lainnya. Saya dan keluarga sangat berterima kasih kepada Kementerian PUPR yang sudah memberikan hunian yang layak bagi kami warga terdampak bencana gempa bumi Palu sehingga bisa membangun kembali kehidupan kami kembali,” ujarnya saat ditemui tim Ditjen Perumahan Kementerian PUPR, Selasa (26/3/2024).
Tahap Tiga
Merujuk data Kementerian PUPR, per awal Mei 2024, sebanyak sebanyak 3.724 unit huntap telah selesai dibangun. Bahkan sejak Ramadan 2024, huntap-huntap itu sudah diserahkan dan dihuni warga. Tersebar di sejumlah lokasi, yakni di Kota Palu (2.231 unit), Kabupaten Sigi (730 unit), dan KPermanent housing for disaster survivors in Palu City, Central Sulawesi. Public Relations Bureau, Ministry of Public Works and Public Housing (PUPR)abupaten Donggala (763 unit), seluruh huntap tersebut dilengkapi dengan sarana sosial serta fasilitas umum.
“Dengan mengucap bismillahirahmanirahim, pada hari ini huntap pascabencana gempa bumi Palu saya nyatakan diresmikan," ujar Presiden RI Joko Widodo usai melakukan Peresmian Huntap dan Infrastruktur Permukiman di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (26/3/2024).
Presiden Jokowi berharap nantinya kompleks huntap itu dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Dirinya berharap masyarakat Sulawesi Tengah yang terdampak bencana bisa kembali bangkit menjalani kehidupan bersama keluarganya di rumah yang dibangun dengan teknologi rumah tahan gempa tersebut.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan huntap merupakan komitmen pemerintah dalam penyediaan hunian yang layak bagi masyarakat melalui Program Sejuta Rumah. Selain itu juga menjadi upaya pemerataan pembangunan di seluruh pelosok negeri, terutama di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal).
Total huntap yang kini diresmikan sebanyak 3.724 unit untap dan infrastruktur permukiman dengan rincian ada di Kota Palu sebanyak 2.231 unit rumah dengan luas lahan 66,2 Ha, Kabupaten Sigi sebanyak 730 unit rumah dengan luas lahan 97,46 Ha, dan Kabupaten Donggala sebanyak 763 unit rumah dengan luas lahan 16,55 Ha.
“Pembangunan huntap dan infrastruktur permukiman ini merupakan bukti nyata bahwa pemerintah hadir dalam penyediaan hunian yang layak. Diharapkan dengan memiliki rumah yang lebih layak, sehat dan nyaman, para penerima bantuan dapat meraih kualitas hidup yang lebih baik," kata Menteri Basuki.
Fasilitas Komplit
Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Iwan Suprijanto menerangkan, pembangunan huntap di Palu dilaksanakan oleh Satuan Kerja Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Tengah Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (BP2P) Sulawesi II Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian PUPR. Pembangunan huntap di Kota Palu terdiri dari Huntap Duyu (230 unit), Huntap Talise (599 unit), Huntap Mandiri (308 unit), Huntap Balaroa (52 unit). Sedangkan di Kabupaten Sigi, Huntap Pombewe (605 unit), Huntap Lambara (62 unit), Huntap Salua (63 unit) dan di Kabupaten Donggala dilaksanakan di Huntap Loli Tasiburi II (32 unit), Huntap Wani (73 unit), Huntap Loli Raya atau Dondo (16 unit), dan Huntap Ganti (17 unit).
Lebih lanjut, Iwan menambahkan, sebelum melaksanakan pembangunan huntap, pihaknya juga telah melakukan verifikasi bersama antara pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian PUPR dan pemerintah daerah setempat. Gubernur Sulawesi Tengah juga menerbitkan SK Gubernur nomor 360 tahun 2019 yang menyatakan bahwa warga terdampak bencana sebesar 8.788 unit dengan kriteria warga pemilik rumah atau ahli waris yang sah dengan ketentuan setiap pemilik rumah hanya mendapat satu unit huntap. Saat ini sebanyak 3.724 unit yang sudah terbangun dan secara resmi sudah diresmikan oleh presiden dengan nilai total biaya pembangunan Rp1,05 triliun dan saat ini telah dilakukan penghunian sebanyak 3.195 unit.
“Selain membangun hunian tetap, Kementerian PUPR RI juga melengkapi pembangunan infrastruktur dasar seperti pembangunan jalan lingkungan dan akses kawasan permukiman, drainase, penerangan jalan umum (PJU), fasum, fasos, faskes, ruang terbuka publik, jaringan air bersih beserta reservoir, sistem penegelolahan air limbah domestik terpusat (SPALDT), TPS3R, dan kolam retensi,” terangnya.
Kementerian PUPR, kata Iwan, berharap dengan tinggal di huntap dapat memulihkan kembali semangat masyarakat terdampak bencana untuk membangun kehidupan baru. “Peresmian ini menandai kehidupan dan permukiman disini sudah bisa dimanfaatkan secara penuh oleh masyarakat terdampak. Masyarakat sudah bisa menempati tempat tinggal yang lebih layak. Ini juga merupakan bukti bahwa negara hadir untuk melindungi rakyat dan meningkatkan kualitas lingkungannya,” tandasnya.
Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari