Hubungan bilateral Indonesia-Jepang semakin erat dengan fokus pada pengembangan industri. Kolaborasi ini meliputi peningkatan SDM industri melalui pendidikan vokasi, mendorong investasi di sektor strategis, dan mendorong inovasi teknologi. Kerja sama ini diharapkan dapat memperkuat hubungan industri kedua negara dan menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan di masa depan.
Jepang merupakan salah satu negara mitra strategis bagi Indonesia. Tahun 2024 ini hubungan kedua negara sudah genap berjalan 66 tahun. Sejauh ini kedua negara terus mengembangkan hubungan erat di berbagai sektor, mulai dari kebudayaan, perdagangan barang dan jasa, hingga investasi langsung. Seiring dengan dinamika ekonomi global, kedua negara juga terus berupaya membangun kemitraan yang saling menguntungkan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Perdagangan, pada 2023, total perdagangan antara Indonesia dan Jepang mencapai sekitar USD40 miliar. Indonesia mengekspor berbagai produk ke Jepang, termasuk bahan baku industri seperti batu bara, minyak kelapa sawit, dan gas alam. Di sisi lain, Jepang mengekspor produk-produk teknologi tinggi dan manufaktur ke Indonesia, seperti kendaraan bermotor, mesin, dan elektronik.
Neraca perdagangan antara kedua negara menunjukkan surplus di pihak Indonesia, dengan ekspor ke Jepang mencapai USD24 miliar, sementara impor dari Jepang sekitar USD16 miliar. Surplus perdagangan ini menunjukkan kekuatan Indonesia sebagai pemasok bahan baku penting bagi industri Jepang, tetapi juga menyoroti ketergantungan Indonesia pada produk teknologi tinggi dari Jepang.
Jepang juga merupakan salah satu investor terbesar di Indonesia. Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi langsung Jepang di Indonesia mencapai USD5,6 miliar pada 2023. Investasi ini tersebar di berbagai sektor, termasuk manufaktur, otomotif, infrastruktur, dan teknologi informasi. Beberapa perusahaan Jepang yang terkenal seperti Toyota, Honda, dan Mitsubishi telah lama beroperasi di Indonesia dan terus memperluas bisnis mereka.
Selain itu, investasi Jepang juga terlihat dalam proyek-proyek infrastruktur besar seperti kereta cepat Jakarta-Bandung dan pengembangan pelabuhan. Investasi ini tidak hanya membawa modal tetapi juga teknologi dan keahlian yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia untuk mempercepat pembangunan ekonominya.
Kerja Sama Industri
Memperkuat hubungan Indonesia-Jepang, sejumlah lembaga pemerintah terus aktif meningkatkan kerja sama bilateral. Salah satu yang aktif menjalin hubungan adalah Kementerian Perindustrian di sektor industri.
Juni 2024 misalnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang Ken Saito di Tokyo membahas kerja sama di bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM) industri. Poin ini dinilai penting, mengingat Jepang merupakan salah satu investor terbesar di sektor industri Indonesia.
Merujuk data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi langsung Jepang di sektor industri mencapai USD4 miliar 2023. Investasi ini mencakup berbagai bidang, mulai dari manufaktur, otomotif, hingga teknologi informasi dan komunikasi.
Selain itu, ada juga investasi di sektor-sektor baru seperti energi terbarukan dan teknologi hijau yang menunjukkan komitmen Jepang untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Adapun neraca perdagangan sektor industri kedua negara juga menunjukkan keseimbangan yang cukup baik. Nilai ekspor Indonesia ke Jepang mencapai USD18 miliar dan impor dari Jepang sekitar USD12 miliar.
Selanjutnya, melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI), Kemenperin mengajak perusahaan-perusahaan Jepang untuk melakukan kolaborasi terkait pengembangan SDM industri. Ini yang dilakukan saat menerima kunjungan dari Asia Africa Research Consulting and Investment (AAI Co., Ltd.) Jepang bersama delegasi dari negara tersebut.
“Kami yakin dengan kunjungan dan diskusi ini akan membuka jalan kolaborasi yang lebih erat dan berkelanjutan khususnya dalam pengembangan SDM industri,” kata Kepala BPSDMI, Masrokhan di Gedung PIDI 4.0, Jakarta, Kamis (11/7/2024).
Pendidikan Vokasi
Salah satu perusahaan yang turut menjadi delegasi adalah Shoufuku Kikaku Co., Ltd. yang bergerak di bidang retail, pendidikan, serta pengembangan produk makanan dan minuman. Hadir pula Pupp the Second Corporation Co., Ltd. yang bergerak di bidang system development dan retail.
Berikutnya, Timedoor mewakili perusahaan sistem teknologi informasi, sementara di sektor energi terbarukan dan pengolahan limbah hadir A-Wing Group. Selain itu, terdapat Imari Co., Ltd, perusahaan pakaian dan aksesoris, serta Ryuchantei yang merupakan rantai restoran ramen turut menjadi bagian dari delegasi Jepang.
BPSDMI mempromosikan program-program Kemenperin dalam mengembangkan kualitas dan kuantitas SDM industri nasional, dengan pendidikan vokasi industri melalui 13 perguruan tinggi dan sembilan SMK yang menghasilkan lulusan siap kerja sesuai kebutuhan dunia industri. “Jumlah lulusan SMK dan Politeknik kami saat ini 6.000 orang per tahun, dan pada umumnya sudah banyak yang ‘dipesan’ oleh industri pada saat wisuda,” jelas Masrokhan.
Sementara itu, BPSDMI juga rajin menyelenggarakan program Diklat 3 in 1 melalui tujuh Balai Diklat Industri (BDI) yang dinaungi. Pelatihan itu bukan hanya dilaksanakan di tujuh lokasi BDI tersebut, namun di berbagai daerah mulai dari Aceh hingga Papua.
“Untuk pelatihan kompetensi berbasis 3 in 1, kami melatih sekitar 33 ribu peserta diklat setiap tahunnya. Dengan jumlah peserta ini, kami berupaya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri yang kompeten,” lanjut Masrokhan.
Masrokhan pun menjelaskan bahwa Kemenperin telah melangkah menuju transformasi industri 4.0 melalui PIDI 4.0 yang saat ini menjadi one-stop solution untuk penerapan industri 4.0 di Indonesia dan showcase kepada dunia.
Kepala AAI Co., Ltd., Hirohide Nakamura selaku pimpinan delegasi mengungkapkan potensi kerja sama antara pihaknya dan BPSDMI Kemenperin semakin terbuka luas. “Sebelumnya kami telah membuka kelas industri internasional di Jepang, pertama dari Indonesia. Mahasiswa Politeknik ATI Makassar akan diberangkatkan ke Jepang dan belajar tentang industri di sana. Peluang untuk kerja sama dengan sekolah dan kampus lain di Indonesia terbuka lebar,” ungkap Nakamura.
Kerja sama industri antara Indonesia dan Jepang telah memberikan manfaat besar bagi kedua negara. Melalui kolaborasi yang lebih erat, peningkatan investasi di sektor-sektor strategis, dan inovasi teknologi, Indonesia dan Jepang dapat memperkuat hubungan industri kedua negara dan menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan di masa depan.
Dengan terus menjalin kemitraan yang saling menguntungkan dan adaptif terhadap perubahan, Indonesia dan Jepang dapat memastikan bahwa kerja sama industri mereka tetap kuat dan memberikan manfaat maksimal bagi perekonomian masing-masing.
Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari