Indonesia.go.id - Biodiesel B40, Kado untuk Bumi dan Ekonomi Indonesia!

Biodiesel B40, Kado untuk Bumi dan Ekonomi Indonesia!

  • Administrator
  • Selasa, 30 Juli 2024 | 07:21 WIB
ENERGI
  Bahan bakar B40 ditunjukkan usai uji jalan kendaraan B40 di Jakarta ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Sukses menyalurkan B35, kini pemerintah melakukan uji terap biodiesel B40 (campuran Solar dengan 40 persen bahan bakar nabati yang berbasis minyak kelapa sawit) di 2024. Bagaimana masa depan energi hijau Indonesia?

Sukses dengan mandatori B35 di 2023, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan bergerak maju. Kali ini, pemerintah melakukan uji terap biodiesel B40 (campuran Solar dengan 40 persen bahan bakar nabati/BBN yang berbasis minyak kelapa sawit) di 2024. Berbeda dengan periode lalu, kini uji terap yang sudah berjalan sejak Mei 2024 dan dikawal LEMIGAS Kementerian ESDM itu dilakukan untuk sektor nonotomotif. Uji terap ini mencakup moda transportasi kereta api, kapal laut, alat dan mesin pertanian (alsintan), alat berat, hingga pembangkit listrik.

Menurut Kepala LEMIGAS Mustafid Gunawan, uji terap direncanakan berlangsung selama delapan bulan. Salah satu tahapan penting adalah joint inspection dengan PT KAI (Persero), PT Pertamina Patra Logistik, dan KA Logistik di Depo Arjawinangun, Cirebon, Jawa Barat, pada 14 Mei 2024. Survei infrastruktur dilakukan untuk persiapan uji penggunaan biodiesel B40 di sektor kereta api.

 

Penuh Tantangan

Sebagai informasi, berdasar rilis resmi Kementerian ESDM, sejauh ini program mandatori barang energi (campuran solar dengan BBN berbasis minyak kelapa sawit) berjalan dengan baik tanpa kendala signifikan. Sepanjang 2023, misalnya, sukses menyalurkan B35, sebesar 12,15 juta kl. Capaian ini merupakan yang tertinggi di dunia. Di negara lain, itu baru sampai B7, B10.

Atas dasar itu, untuk 2024 Kementerian ESDM menetapkan kuota penyaluran biodiesel B35, yaitu campuran Solar dengan 35 persen BBN berbasis sawit, sebesar 13,41 juta kiloliter (kl) atau sekitar 226 ribu barel per hari. Penghematan devisa diperkirakan mencapai USD10,75 miliar atau setara Rp161 triliun.

Selanjutnya, Kementerian ESDM melakukan uji terap B40. Kali ini campuran bahan bakar terdiri dari 40 persen biodiesel dari minyak kelapa sawit dan 60 persen solar. Program ini merupakan bagian dari upaya pemerintah Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, menurunkan emisi karbon, dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan. B40 adalah langkah maju dari program sebelumnya, B30, yang telah sukses diimplementasikan sejak 2020.

 

Menuju Energi Hijau

Pemberlakuan B40 sendiri merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk tidak terlalu bergantung pada bahan bakar fosil. Selain itu juga untuk mendapatkan bahan energi yang ramah lingkungan, lebih green, bersih, karena tidak mengandung sulfur. Termasuk juga bisa menghemat devisa.

Tekad Indonesia mengurangi ketergantungan energi fosil, sudah dimulai sejak 2008. Saat itu Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mulai fokus berupaya keras mengatasi tantangan dalam implementasi biodiesel. Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya menuju energi yang lebih berkelanjutan.

Langkah awal Indonesia menjalankan program mandatori biodiesel, dimulai dengan menerapkan 2,5 persen biodiesel dalam campuran solar, yang dikenal sebagai B2,5. Lalu kadar ditingkatkan menjadi 7,5 persen selama 2008 hingga 2010. Mulai April 2015 kadar ditambah jadi 10 persen dan 15 persen, lantas pada Januari 2016 dinaikkan lagi sehingga 20 persen dan disebut B20.

Pada 2020 pemerintah menetapkan B30 lalu naik lagi menjadi B35 mulai 1 Februari 2023. Menurut Kementerian ESDM, penerapan B35 sempat mundur dari jadwal menjadi Agustus 2023 karena  ada penyesuaian relaksasi.

Perjalanan yang tidak mudah. Namun, Indonesia tidak berhenti di situ saja untuk sepenuhnya menuju energi hijau. Tantangan demi tantangan telah dihadapi dan diatasi, dengan fokus pada perbaikan parameter seperti kandungan air, stabilitas oksidasi, dan monogliserida dalam biodiesel, hingga saat ini (tahun 2024) mulai melakukan uji terap B40. Bahkan, Indonesia punya impian menerapkan B100.

Adapun, target penerapan B40 diharapkan dapat meningkatkan peran strategis Indonesia sebagai salah satu penyumbang bahan bakar nabati atau biofuel terbesar di kawasan Asia Tenggara.

 

Transisi Energi

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menyatakan optimisme terhadap perkembangan implementasi B40 pada 2024. Dalam keterangannya di Jakarta, Menteri Arifin mengatakan, "Kami melihat hasil yang sangat positif dari uji terap B40 di berbagai sektor nonotomotif. Kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk PT KAI dan Pertamina, menunjukkan bahwa Indonesia siap untuk memperluas penggunaan biodiesel B40. Ini adalah langkah penting menuju ketahanan energi dan pengurangan emisi karbon."

Menteri Arifin juga menambahkan bahwa pemerintah berkomitmen untuk terus mendukung dan memfasilitasi peningkatan infrastruktur yang diperlukan untuk implementasi B40 secara luas. "Kami akan terus mengawasi dan menyesuaikan kebijakan agar program B40 dapat berjalan lancar dan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat dan lingkungan," ujarnya.

Implementasi Program B40 dinilai sebagai  langkah maju dalam transisi Indonesia menuju energi terbarukan dan berkelanjutan. Dengan manfaat yang signifikan bagi lingkungan, ekonomi, dan ketahanan energi, B40 memainkan peran kunci dalam masa depan energi Indonesia. Meski ada tantangan yang harus dihadapi, komitmen pemerintah dan partisipasi aktif semua pemangku kepentingan akan menentukan kesuksesan implementasi program ini.

 

 

Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari