Indonesia berkomitmen melanjutkan transisi energi yang berkeadilan, terjangkau, dan mudah diakses oleh masyarakat.
Indonesia tidak ingin kehilangan momentum untuk mengarahkan masa depannya ke arah ekonomi hijau. Terlebih, Indonesia memiliki potensi besar di sektor energi hijau.
Demikian yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam pidato Penyampaian Laporan Kinerja Lembaga-Lembaga Negara dan Pidato Kenegaraan Presiden RI dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia, yang dilaksanakan di Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2024). “Di saat dunia mulai mengarahkan masa depannya ke ekonomi hijau, Indonesia juga tidak ingin kehilangan momentum karena Indonesia memiliki potensi besar di sektor energi hijau,” kata Presiden Jokowi.
Disampaikan Presiden Jokowi, Indonesia memiliki lebih dari 3.600 GW energi hijau. Baik berupa energi air, energi angin, energi matahari, energi panas bumi, energi gelombang laut, dan juga bioenergi.
“Kita terus konsisten mengambil bagian dalam langkah dunia melakukan transisi energi secara hati-hati dan bertahap,” ujarnya.
Di antara potensi energi hijau, Presiden Jokowi pernah mengungkap bahwa Indonesia memiliki lebih dari 4.400 sungai yang potensial, dan 128 di antaranya adalah sungai besar. Salah satunya, menurut Presiden Jokowi, adalah Sungai Mamberamo di Papua yang memiliki potensi 24.000 MW, lalu Sungai Kayan di Kalimantan Utara yang memiliki potensi 13.000 MW.
“Itu adalah potensi besar yang bisa kita manfaatkan untuk masa depan bumi dan generasi penerus," sebut Jokowi.
Presiden Jokowi pada kesempatan itu juga menyebutkan bahwa transisi energi yang ingin diwujudkan di Indonesia adalah transisi energi yang berkeadilan, terjangkau, dan mudah diakses oleh masyarakat.
Sementara itu, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Bambang Soesatyo dalam pidato pengantar Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI menekankan kuatnya komitmen Indonesia untuk secara bertahap tekan emisi gas kaca dengan kurangi porsi penggunaan energi fosil dan beralih ke EBT. Namun demikian, Bambang mengatakan mengingatkan, investasi di sektor tersebut tergolong besar.
“Transisi ini merupakan pekerjaan besar yang butuh investasi besar dan tidak akan tuntas dalam 3--5 th. Strategi hilirisasi industri sudah berikan hasil positIf berupa nilai investasi pada industri pengolahan mineral yang meningkat pesat. Nilai ekspor nikel juga tumbuh tinggi, menjadikan RI sebagai penghasil nikel terbesar di dunia,” katanya.
Pada medio 2024, Sekjen DEN Djoko Siswanto dalam tulisannya bertajuk “Transisi Energi Berkeadilan di Indonesia” memaparkan bahwa ketahanan energi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Di 2022, ketahanan energi di Indonesia berada di angka 6,64.
“Adapun yang dimaksud dengan ketahanan energi di Indonesia adalah suatu kondisi terjaminnya ketersediaan energi, akses masyarakat terhadap energi pada harga yang terjangkau dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan hidup,” tuturnya.
Saat itu, Djoko membeberkan bahwa pemenuhan energi di Indonesia masih didominasi oleh batu bara dan minyak bumi, yang sejumlah di antaranya dipenuhi melalui aktivitas impor.
Kendati begitu, Djoko menjelaskan, Indonesia memiliki potensi yang relatif besar dan sebagian sudah dimanfaatkan. Misalnya geothermal yang telah dimanfaatkan sebesar 2,286 MW, energi air 6.601,7 MW, dan bioenergi sebesar 2,284,4 MW.
Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Elvira Inda Sari