PLBN Nanga Badau bukan hanya gerbang perbatasan, tapi juga motor penggerak ekonomi di Kalimantan Barat. Dengan potensi besar sebagai pusat ekspor dan pariwisata, PLBN ini menjadi simbol kedaulatan dan kebanggaan Indonesia di garis depan.
Kawasan perbatasan antara Indonesia dan Malaysia di Pulau Kalimantan membentang sepanjang 2.062 kilometer, sebagai batas pemisah Provinsi Kalimantan Barat dengan Sarawak, Malaysia, dan Provinsi Kalimantan Utara yang berbatasan dengan Sabah. Di sepanjang garis batas ini, berbagai Pos Lintas Batas Negara (PLBN) telah didirikan untuk memfasilitasi pergerakan manusia dan barang antara kedua negara, sekaligus memperkuat kedaulatan Indonesia.
Salah satu PLBN yang memiliki peran strategis dan semakin berkembang adalah PLBN Nanga Badau di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. PLBN Nanga Badau salah satu dari 18 PLBN Terpadu yang tersebar di seluruh kawasan perbatasan Indonesia dengan negara lain
PLBN Nanga Badau, yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2017, tidak hanya menjadi titik pengawasan dan pelayanan lintas batas negara, melainkan menjadi motor penggerak ekonomi di kawasan perbatasan. Dengan rata-rata 250 hingga 300 pelintas per hari, dan total mencapai 70 ribu pelintas sejak awal 2024, PLBN ini menjadi salah satu pintu utama bagi masyarakat perbatasan yang menghubungkan wilayah Kapuas Hulu dengan Lubok Antu di Sarawak, Malaysia.
Kepala PLBN Badau Wendelinus Fanu menjelaskan bahwa keberadaan PLBN ini telah membantu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Selain menyediakan fasilitas kepabeanan, imigrasi, dan karantina (custom, immigration, quarantine/CIQ) yang memadai. “PLBN Badau juga memfasilitasi perdagangan lintas batas yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat setempat,” ujarnya.
Sejak 1970, Indonesia dan Malaysia telah menjalin kerja sama dalam bentuk perjanjian perdagangan perbatasan atau border trade agreement. Perjanjian itu memberikan kemudahan bagi warga kedua negara yang tinggal di sepanjang kawasan perbatasan untuk berdagang dan memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Di Kapuas Hulu, perjanjian ini melibatkan lima kecamatan yang berbatasan langsung dengan Malaysia, yakni Kecamatan Badau, Batang Lupar, Embaloh Hulu, Empanang, dan Puring Kencana. Barang-barang yang diperdagangkan meliputi komoditas pertanian, produk nonmineral, serta perlengkapan industri sederhana dari Malaysia.
Melalui perjanjian itu, masyarakat perbatasan dapat memperoleh barang-barang penting dengan lebih mudah dan terjangkau, sehingga turut mendukung stabilitas ekonomi di daerah tersebut.
Pusat Ekspor Masa Depan
Keberadaan PLBN Badau diharapkan dapat berkembang menjadi pusat ekspor bagi wilayah Kalimantan Barat. Kapuas Hulu memiliki potensi besar dengan berbagai produk unggulan yang dapat diekspor, serta daya tarik wisata alam seperti Danau Sentarum yang sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara.
Dengan dukungan infrastruktur yang semakin baik, seperti jalan nasional yang menghubungkan PLBN Badau dengan Putussibau, ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu, sektor pariwisata dan ekspor diprediksi akan terus tumbuh. Selain itu, PLBN Badau juga menjadi simbol penting kedaulatan Indonesia.
Dalam konteks Nawacita, program pemerintah yang diinisiasi Presiden Joko Widodo, PLBN ini berfungsi sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat perbatasan dan menegaskan kehadiran negara di wilayah-wilayah terpencil. Dengan berbagai potensi dan peran strategisnya, PLBN Badau diharapkan terus menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan kebanggaan bagi masyarakat perbatasan.
Fasilitas yang lengkap dan pelayanan yang terus ditingkatkan menjadi modal penting bagi pengembangan kawasan perbatasan Kalimantan Barat. Ke depannya, PLBN Badau akan semakin berperan dalam mendukung hubungan bilateral antara Indonesia dan Malaysia, serta memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan dan kerja sama internasional.
Dalam konteks yang lebih luas, PLBN Badau tidak hanya berfungsi sebagai gerbang masuk ke Indonesia, melainkan juga sebagai simbol kedaulatan dan keseriusan Indonesia dalam mengelola wilayah perbatasannya. Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, PLBN ini akan terus berkembang, memberikan manfaat ekonomi yang nyata, dan menjadi kebanggaan bangsa di garis depan kedaulatan negara.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari