BMKG mengingatkan potensi kemarau panjang di tanah air pada 2024. Tiga provinsi siaga I kekeringan. Apa mitigasi yang sudah dan akan dilakukan pemerintah?
Fenomena hari tanpa hujan (HTH) saat ini tengah melanda sejumlah daerah di tanah air. Hal itu terjadi sejalan dengan kondisi iklim yang memasuki musim kemarau.
Merujuk keterangan tertulis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada Jumat (23/8/2024), berdasar Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian II Agustus 2024 ada sebanyak 64% wilayah Indonesia telah masuk musim kemarau.
Dampak HTH pun terasa. Masyarakat di sejumlah daerah mulai kesulitan mendapatkan air bersih. Dikutip dari infopublik.id, mengikuti saran BMKG, di pertengahan Agustus 2024, sejumlah pemerintah daerah (pemda), melakukan mitigasi kemarau.
Salah satu caranya adalah dengan membantu warga mendapatkan air bersih. Contohnya adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Jawa Timur, yang telah membagikan 314 tangki air bersih untuk 37 desa.
Adapun wilayah terdampak musim kemarau berdasarkan jumlah zona musim (ZOM), meliputi Aceh, sebagian Sumatra Utara, Riau, sebagian Bengkulu, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung, Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, sebagian Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Barat, sebagian Sulawesi Tenggara, sebagian Sulawesi Tenggara, sebagian Maluku, dan sebagian Papua Selatan.
Sementara itu, indeks IOD dan ENSO pada Agustus 2024, Indeks Dipole Mode 0.39 (Netral), dan indeks ENSO -0.04 (Netral). IOD Netral diprediksi berlangsung Agustus hingga Februari 2025. Merujuk penjelasan BMKG, kondisi ini menunjukkan fenomena El Nino 2023/2024 telah berakhir dan saat ini berada pada fase netral.
Selain itu, ENSO diprediksi berpotensi menuju La Nina mulai September 2024. Demikian mengutip Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian II Agustus 2024, yang dirilis BMKG, Jumat (23/8/2024).
Hari tanpa Hujan
Sementara itu, hasil monitoring BMKG atas kondisi HTH, sebagian wilayah Indonesia termonitor masih mengalami hujan dan HTH kategori sangat pendek hingga panjang.
HTH didefinisikan sebagai kondisi di mana suatu wilayah tidak mengalami curah hujan selama beberapa hari berturut-turut. Dalam konteks meteorologi di Indonesia, HTH dibagi dalam beberapa kategori, antara lain:
- Pendek: 1-5 hari tanpa hujan
- Menengah: 6-10 hari tanpa hujan
- Panjang: 11-20 hari tanpa hujan
- Sangat Panjang: lebih dari 21 hari tanpa hujan
Kondisi HTH yang berlangsung lama berpotensi menyebabkan kekeringan dan kekurangan air, terutama di daerah-daerah yang sangat bergantung pada curah hujan untuk kebutuhan air bersih dan irigasi pertanian.
Disebutkan, HTH kategori sangat panjang (31--60 hari) terjadi di wilayah Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua.
HTH kategori ekstrem panjang (>60 hari) terjadi di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, dan NTT. Adapun HTH terpanjang, dalam catatan BMKG, terjadi di Mapoli, Kota Kupang, NTT, yang telah berlangsung selama 123 hari.
Demikian hasil monitoring yang dimutakhirkan per Dasarian II Agustus 2024. "HTH lebih dari 16 hari pada Dasarian III Agustus sampai Dasarian III September 2024 berpeluang terjadi di sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan NTT," tulis BMKG.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dalam keterangannya, menyatakan bahwa fenomena hari tanpa hujan yang berkepanjangan ini tidak hanya mempengaruhi sektor pertanian dan sumber air masyarakat. “HTH yang berkepanjangan juga meningkatkan risiko bencana kebakaran hutan dan lahan, khususnya di daerah-daerah rawan."
Peringatan Dini BMKG
BMKG pun mengeluarkan peringatan dini kekeringan meteorologis, berlaku untuk Dasarian III Agustus 2024. Peringatan dini terbagi dalam 3 klasifikasi, yaitu waspada, siaga, dan awas.
Berikut peringatan dini kekeringan meteorologis untuk Dasarian III Agustus 2024:
Waspada
- Beberapa kabupaten/kota di Provinsi Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan NTB
Siaga
- Beberapa kabupaten di Provinsi Banten, Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, NTT, dan Sulawesi Selatan
Awas
- Beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Timur, NTB, dan NTT.
Sementara itu, BMKG memprediksi, wilayah-wilayah di Indonesia yang akan memasuki musim kemarau periode Dasarian I-II September 2024 adalah sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Tenggara, sebagian Sulawesi Tengah, dan sebagian Sulawesi Utara.
Menghadapi ancaman kemarau panjang, pemerintah Indonesia melalui berbagai lembaga terkait telah mengambil langkah-langkah mitigasi untuk mengurangi dampak HTH dan musim kemarau panjang:
- Pengelolaan air yang lebih baik: Pemerintah daerah, bersama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Pertanian, telah meningkatkan upaya pengelolaan sumber daya air, termasuk pembentukan sumur-sumur bor dan penguatan kapasitas waduk untuk menyimpan air selama musim hujan.
- Teknologi modifikasi cuaca: Untuk mengatasi kekeringan ekstrem, pemerintah juga mempertimbangkan penggunaan teknologi modifikasi cuaca (hujan buatan) di daerah-daerah yang sangat membutuhkan curah hujan.
- Perbaikan irigasi dan pengelolaan lahan: Pembangunan dan perbaikan infrastruktur irigasi menjadi prioritas, terutama di daerah pertanian yang sangat terdampak. Selain itu, kampanye konservasi air dan teknik pertanian tahan kekeringan telah diperkenalkan kepada petani.
- Kampanye kesadaran publik: Pemerintah dan organisasi non-pemerintah (LSM) melakukan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi air dan cara-cara mengurangi penggunaan air selama musim kemarau.
Meski berbagai upaya mitigasi telah dilakukan, tantangan besar masih menghadang. BMKG memperkirakan bahwa kondisi cuaca kering ini akan berlangsung hingga beberapa bulan ke depan, sehingga diperlukan langkah-langkah tambahan yang lebih komprehensif untuk memastikan ketersediaan air bersih dan mencegah dampak lebih lanjut pada sektor pertanian dan kesehatan masyarakat.
BMKG juga mengimbau masyarakat agar lebih bijak dalam menggunakan air, serta mendukung upaya pemerintah dalam menangani dampak dari kemarau panjang ini. Dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak terkait, diharapkan krisis ini dapat dikelola dengan baik hingga musim hujan kembali tiba.
Penulis : Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari