Indonesia.go.id - Era Konstruksi Berkelanjutan di IKN

Era Konstruksi Berkelanjutan di IKN

  • Administrator
  • Selasa, 27 Agustus 2024 | 19:00 WIB
SEMEN HIJAU
  Peresmian operasionalisasi pengolahan sampah menjadi bahan bakar alternatif (RDF) dilakukan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi RI, Luhut Binsar Pandjaitan, bersama Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Edhy Prabowo, Menteri ESDM RI, Arifin Tasrif, Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yassin Maimoen, Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji, Direktur Produksi SIG, Benny Wendry dan Direktur Utama SBI, Aulia Mulki Oemar. (ANTARA /H.O SIG)
Diperkirakan 30 persen konstruksi di IKN memanfaatkan semen hijau. Indonesia berada di barisan depan dekarbonisasi industri semen dan konstruksi berkelanjutan.

Tonggak penting jejak perjalanan program “semen hijau” di dunia konstruksi Indonesia ada di Ibu Kota Negara  (IKN) Nusantara, di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Hal itu sejalan dengan putusan pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang menetapkan model pembangunan berkelanjutan di lahan kota seluas 252.000 hektare tersebut.

Oleh karena itu, begitu tiang pancang pembangunan IKN yang menelan total dana sekitar Rp466 triliun dimulai, semen hijau pun mulai mengalir. Salah satu sumber utama pasokan semen hijau datang dari BUMN PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG). Diperkirakan, total pasokan semen hijau alias semen hemat energi atau berkarbon rendah di IKN sedikitnya mencapai 30 persen.

Dalam catatan manajemen SIG, sejak Desember 2022 hingga Juli 2024, BUMN itu telah memasok 695.000 ton semen yang digunakan dalam sejumlah bangunan utama, seperti istana negara, kantor presiden, dan lapangan upacara yang berada di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP), hingga proyek jalan tol dan bandara IKN. Selain itu, produk SIG juga digunakan pada proyek Bendungan Sepaku yang berfungsi sebagai sarana penunjang untuk mencukupi kebutuhan air baku di IKN.

Semen Berkarbon Rendah

Adapun yang dimaksud semen hijau adalah semen dengan jejak karbon lebih rendah. Berbeda dengan semen konvensional, semen hijau diproduksi menggunakan bahan baku yang lebih ramah lingkungan dan proses yang mengurangi emisi karbon. Salah satu inovasi terbaru adalah penggunaan limbah sampah yang diolah sebagai bahan bakar dalam produksi semen hijau.

Dekarbonisasi dalam industri semen menjadi fokus penting di tengah meningkatnya kesadaran global terhadap perubahan iklim. Dengan menggunakan teknologi yang mengurangi emisi karbon, seperti pemanfaatan refuse-derived fuel (RDF) sebagai pengganti batu bara, industri semen Indonesia menunjukkan komitmen nyata dalam mendukung pembangunan berkelanjutan.

Fasilitas RDF pertama di Indonesia, yang diresmikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan pada tahun 2020 di Cilacap, Jawa Tengah, menjadi salah satu contoh nyata upaya dekarbonisasi yang dilakukan SIG. Fasilitas ini tidak hanya membantu mengatasi permasalahan sampah daerah, tetapi juga menyediakan bahan bakar alternatif yang lebih rendah karbon untuk kebutuhan produksi semen.

Proses tersebut  tidak hanya mengurangi limbah tetapi juga menurunkan emisi karbon yang dihasilkan selama produksi semen. Semen hijau dinamakan demikian karena memiliki dampak lingkungan yang lebih kecil dibandingkan semen konvensional, mendukung upaya global untuk dekarbonisasi, juga sebagai salah satu solusi kunci dalam menghadapi tantangan perubahan iklim ke depan.

Sebagai contoh, semen hijau produksi SIG tercatat 21—38 persen lebih rendah karbon dibandingkan semen konvensional. Selain itu juga diklaim memiliki kandungan dalam negeri (TKDN) tinggi, lebih dari 90 persen.

Pasokan di IKN

Keterlibatan BUMN SIG dalam memasok semen hijau di IKN mendapat apresiasi Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinves) Luhut Binsar Pandjaitan. Menurut Menko Luhut, produksi semen yang memanfaatkan bahan bakar dari hasil inovasi pengolahan sampah merupakan terobosan penting.

Langkah tersebut merupakan contoh konkret dari komitmen pemerintah untuk mendorong industri menuju praktik yang lebih berkelanjutan. Dalam siaran pers yang disampaikan pada Kamis (15/8/2024), Menko Luhut menyatakan bahwa penggunaan semen hijau di proyek IKN merupakan langkah cerdas yang dapat mengubah wajah industri konstruksi di Indonesia.

"Inisiatif ini bukan hanya mendukung pencapaian target net zero emission yang dicanangkan pemerintah, melainkan juga menunjukkan kepemimpinan SIG sebagai industri strategis yang mendukung pembangunan negara," kata Menko Luhut.

Hal senada disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir. Dia juga menyambut positif inovasi semen hijau dari SIG sebagai bagian dari perjalanan transformasi BUMN, sekaligus kontribusi nyata BUMN dalam menjaga kelestarian lingkungan dan mengurangi dampak perubahan iklim.

“BUMN berkomitmen untuk terus menjaga lingkungan Indonesia termasuk dengan menciptakan semen hijau oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG). Inovasi semen hijau SIG saat ini telah mampu menekan tingkat emisi hingga 38% dibandingkan semen konvensional,” kata Erick Thohir, dikutip Minggu (18/8/2024).

Produksi dan Infrastruktur

Pada 2023, total produksi semen di Indonesia mencapai sekitar 75 juta ton. Dalam konteks ini, semen hijau menyumbang sekitar 15 persen dari total produksi semen nasional. Hal itu menunjukkan pertumbuhan yang konsisten, namun masih membutuhkan percepatan.

Saat ini, Indonesia memiliki sekitar 18 pabrik semen yang tersebar di berbagai wilayah, yang mendukung kapasitas produksi nasional yang besar. Indonesia masih melakukan impor semen, meskipun juga aktif dalam ekspor.

Pada 2023, impor semen mencapai sekitar 5 juta ton, sementara ekspor semen mencapai sekitar 10 juta ton. Negara tujuan utama ekspor semen Indonesia meliputi negara-negara di Asia Tenggara seperti Filipina, Malaysia, dan Vietnam, serta beberapa negara di Timur Tengah.

Dukungan Kemenperin

Proses dekarbonisasi di industri semen mendapat dukungan Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Dekarbonisasi melibatkan pengurangan jejak karbon dalam proses produksi, peningkatan efisiensi energi, dan penerapan teknologi ramah lingkungan.

Kemenperin mendukung inisiatif tersebut dengan kebijakan yang mempromosikan penggunaan teknologi bersih dan bahan baku alternatif, termasuk semen hijau, yang berkontribusi pada tujuan jangka panjang Indonesia untuk mencapai net zero emission.

Sebagai negara dengan potensi besar dalam industri semen, Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi pelopor dalam penerapan teknologi hijau di seluruh dunia.

Redaktur : Ratna Nuraini

Penulis: Dwitri Waluyo