Indonesia.go.id - Kapal Hybrid Solar-Gas Pertama di Indonesia, Langkah Besar Menuju Green Shipping

Kapal Hybrid Solar-Gas Pertama di Indonesia, Langkah Besar Menuju Green Shipping

  • Administrator
  • Kamis, 5 September 2024 | 07:23 WIB
ENERGI BERSIH
  Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat meresmikam proyek konversi kapal berbahan bakar solar menjadi diesel dual fuel (DDF), guna mengurangi emisi karbon dan ramah lingkungan. BKIP KEMENHUB
Prototipe kapal diesel dual fuel milik Pertamina resmi beroperasi per 12 Agustus 2024. Selain meningkatkan efisiensi energi, juga mendukung kebijakan nasional untuk mencapai target net zero emission (NZE) 2060.

Tonggak penting Indonesia menuju transportasi maritim yang lebih ramah lingkungan dan efisien, tercatat pada Senin, 12 Agustus 2024. Hari itu, lima hari sebelum perayaan HUT RI ke-79 di Ibu Kota Nusantara (IKN), untuk pertama kali kapal prototipe diesel dual fuel (DDF) crewboat, resmi berlabuh dari Pelabuhan Somber, Balikpapan, Kalimantan Timur.

Peresmian kapal DDF (hibrida solar dengan gas) milik PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), anak perusahaan BUMN Pertamina, dilakukan  Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, bersama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. “Prototipe ini adalah bukti nyata kontribusi aktif dari sektor minyak dan gas bumi (migas) dalam mengurangi emisi karbon serta meningkatkan efisiensi operasional," puji Menteri Arifin.

DDF merupakan teknologi baru di industri maritim yang dapat mendukung usaha penurunan emisi karbon dalam kegiatan hulu migas. Teknologi ini dapat diimplementasikan di semua mesin kapal dan dikerjakan di galangan kapal dalam negeri.

Penerapan teknologi DDF pada kapal dinilai Menteri ESDM, sejalan dengan target pemerintah untuk mencapai NZE pada 2060 atau lebih cepat. Dengan teknologi DDF, memungkinkan mesin kapal untuk berjalan dengan campuran bahan bakar diesel dan gas alam (LNG).

Selain mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak yang harganya semakin tinggi, juga memanfaatkan potensi produksi gas dalam negeri. Teknologi DDF ini juga merupakan langkah strategis yang sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mengurangi impor bahan bakar high speed diesel (HSD) serta untuk meningkatkan penggunaan liquified natural gas (LNG) yang lebih ramah lingkungan.

Menteri Arifin berharap pentingnya percepatan penerapan teknologi ini di kapal-kapal lainnya, mengingat tingkat efisiensinya yang sangat besar, yaitu mencapai 80 persen untuk setiap kapal yang dimodifikasi. "Jika hasil uji coba ini positif, kita harus mempertimbangkan untuk memperluas penerapan teknologi ini ke lebih banyak kapal, sehingga manfaatnya bisa dirasakan lebih luas," tambah Arifin.

 

Model Konversi

Senada dengan Arifin, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga menyampaikan dukungannya terhadap proyek konversi kapal berbahan bakar solar menjadi DDF. Menurutnya, langkah ini sejalan dengan gerak dunia menuju ke arah green energy. Termasuk dalam sektor transportasi, di mana International Maritime Organization (IMO) juga sudah merumuskan dan merekomendasikan pemakaian bahan bakar transportasi yang ramah lingkungan dengan low maupun zero carbon.

Jadi inisiatif crewboat ini untuk hybrid, diesel dual fuel system ini patut mendapat apresiasi. Apalagi langkah tersebut sudah melewati satu kajian dengan perhitungan-perhitungan yang matang sehingga bisa dilaksanakan dengan baik sehingga mampu mengurangi emisi dan efisiensi bahan bakar.

"Dengan proyek konversi ini, kita tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi biaya bahan bakar, tetapi juga berkontribusi secara signifikan dalam upaya global untuk menurunkan emisi karbon," ujar Budi Karya. Dia tambahkan pula, pentingnya sinergi antara BUMN dan sektor swasta dalam mendukung program pemerintah untuk mengurangi pencemaran lingkungan.

Dalam upaya mendukung green shipping dan adaptasi terhadap perubahan iklim, pemerintah telah menerbitkan sejumlah regulasi aksi mitigasi, termasuk kewajiban penggunaan bahan bakar rendah sulfur, kewajiban penggunaan scrubber untuk kapal sebagai pembersih gas buang, peremajaan dan modernisasi kapal, penggunaan alat bantu navigasi yang ramah lingkungan, serta kewajiban melaporkan konsumsi bahan bakar untuk semua kapal berbendera Indonesia.

Dikutip dari phub.go.id, Menhub Budi Karya menyampaikan harapannya, "Kami berharap inisiatif serupa dapat diambil oleh lebih banyak pelaku industri, sehingga kontribusi Indonesia dalam menanggulangi perubahan iklim dapat semakin besar.”

Proyek konversi ini juga diharapkan dapat menjadi model bagi kapal-kapal lain di Indonesia. Dikutip dari berbagai sumber, di tahun 2024, tercatat ada sekitar 13.700 kapal berbendera Indonesia yang menggunakan bahan bakar diesel.

Dengan potensi konversi kapal-kapal ini menjadi diesel dual fuel, efisiensi energi dan pengurangan emisi karbon di sektor transportasi laut bisa semakin dioptimalkan. Selain itu juga dalam rangka mendukung kebijakan nasional untuk mencapai target emisi nol bersih di masa depan.

 

Hemat BBM

Merujuk informasi yang disampaikan General Manager PHM Setyo Sapto Edi,  teknologi kapal DDF  merupakan bagian dari efisiensi transportasi yang dilakukan oleh PHM. Apabila menggunakan kapal berbasis diesel akan memakan bahan bakar sebanyak 1.500 liter hari, dan menggunakan DDF, bahan bakar diesel hanya sekitar 40 persen dan 60 persen sisanya dari LNG.

Efisiensi yang kami dapatkan dari crewboot tersebut adalah kalau kita estimasi dengan 1 hari 1.500 liter, kemudian menggunakan 1 hari itu 30 MMBTU LNG, efisiensinya adalah sekitar Rp12 juta per hari," jelas Setyo.

Sebagai informasi, DDF crewboat adalah kapal dengan mesin diesel yang dimodifikasi sehingga mesin tersebut bisa berjalan dengan campuran bahan bakar diesel dan natural gas. Teknologi ini tidak sepenuhnya menghilangkan penggunaan bahan bakar diesel, tapi akan mengurangi pemanfaatan diesel. Tabung LNG akan diletakkan pada kompartemen tangki bahan bakar.

Dari hasil studi PHM, potensi optimasi dari pemanfaatan DDF tersebut akan mengurangi penggunaan bahan bakar diesel sekitar 6.050 Kiloliter per tahun untuk 10 crewboat yang beroperasi di offshore WK Mahakam, dan berpotensi mengurangi biaya operasional sebesar USD4,1 juta per tahun.

 

 

Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari