Desain kawasan Istana Wakil Presiden menggunakan konsep berbasis kearifan lokal yang disebut “Huma Betang Umai” yang berarti “Rumah Panjang Ibu” dalam Bahasa Dayak.
Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai ibu kota negara baru Republik Indonesia bukan sekadar proyek infrastruktur strategis nasional. IKN merupakan cerminan dari visi besar bangsa Indonesia untuk menciptakan pusat pemerintahan yang modern, berkelanjutan, inklusif, dan berorientasi masa depan.
Pembangunan IKN menjadi simbol dari tekad bangsa ini untuk merajut keberagaman dalam persatuan, dan memastikan bahwa setiap sudut Nusantara mendapat perhatian yang setara dalam pembangunan nasional.
Simbol keberagaman dalam persatuan juga terpampang jelas dengan adanya Istana Negara sebagai simbol representasi Pemimpin Republik Indonesia di IKN. Sebagai bangunan utama di komplek Istana Kepresidenan, simbol Istana Negara diwujudkan melalui ikon Burung Garuda. Makanya, desain Istana Negara dinamakan Istana Garuda.
Adapun desain Istana Garuda yang berbeda dengan Istana Merdeka dan Istana Negara Bogor menunjukkan kemandirian bangsa Indonesia yang bisa dibanggakan. Filosofi desain burung Garuda ini sebagai perwujudan sinergi antara seni, sains, dan teknologi. Perpaduan ketiganya dianggap selalu mewarnai keberadaan bangunan-bangunan ikonik di seluruh dunia. Momen bersejarah perayaan HUT 79 tahun Kemerdekaan RI 17 Agustus 2024 dirayakan di depan Istana Garuda tersebut.
Filosofi serupa juga diterapkan dalam konsep pembangunan Istana Wakil Presiden (Wapres). Seiring dengan tuntasnya pembangunan Istana Negara serta kantor empat Kementerian Koordinator, maka dilanjutkan dengan proyek Kawasan Istana Wapres.
Pencanangan batu pertama (groundbreaking) pembangunan Kawasan Istana Wapres Tahap I dilakukan oleh Wapres Ma'ruf Amin pada pertengahan Agustus 2024.
Seturut demikian, Wapres menyampaikan bahwa pembangunan Istana Wakil Presiden di IKN memiliki arti strategis. Yakni, selain menjadi kebanggaan karena merupakan karya anak bangsa, bangunan ini diharapkan juga menjadi salah satu pusat aktivitas kenegaraan yang mencerminkan nilai-nilai kebangsaan, integritas, dan pelayanan publik.
“Lebih dari itu, istana ini harus menjadi sumbu perubahan dan tempat lahirnya berbagai kebijakan penting yang menyangkut hajat hidup rakyat Indonesia,” ujarnya.
Bagi Wapres Ma'ruf Amin, pembangunan Istana Wapres di IKN merupakan sebuah langkah penting dalam mewujudkan masa depan Indonesia yang lebih maju, sejahtera, dan berkeadilan.
Kearifan Lokal
Kemegahan dan luas lahan Istana Wapres di Nusantara ini lebih besar dari Kantor Wapres di Jakarta. Kawasan Istana Wakil Presiden Tahap I di IKN ini dibangun di atas lahan seluas 14,8 hektare (ha) dengan luas bangunan 10.038,4 meter persegi. Proyek pembangunan ini senilai Rp1,45 triliun yang diperkirakan selesai pada Agustus 2025 mendatang. Setelah itu akan dilanjutkan dengan pembangunan Tahap II.
Desain kawasan Istana Wakil Presiden tersebut menggunakan konsep berbasis kearifan lokal yang disebut “Huma Betang Umai” yang berarti “Rumah Panjang Ibu” dalam Bahasa Dayak. Secara filosofis, sosok Ibu sebagai pengayom, pelindung, pemberi, dan pemelihara. Selain itu, Ibu di sini juga sebagai bagian dari kata “Ibu Kota” dan “Ibu Pertiwi”.
Huma Betang sendiri merupakan salah satu tipologi rumah tradisional Indonesia terbaik yang berasal dari masyarakat Dayak. Huma Betang mencerminkan kerukunan yang terikat oleh tiga hal, yaitu kejujuran dan moralitas yang tinggi, kesetaraan dan damai dengan sesama, dan hormat kepada alam.
Desainer Istana Wakil Presiden, Daliana Suryawinata, menjelaskan bahwa desain istana akan mengangkat tipologi rumah panggung dan rumah panjang. Pada atap bangunan akan dipasang panel surya, dan desain bangunan secara keseluruhan akan mengutamakan efisiensi energi.
Istana Wakil Presiden ini diharapkan dapat membawa misi IKN dan arsitektur untuk masa depan, yakni Nusantara (konsep tropis kontemporer, hemat energi, dan material alami), Performatif (smart, green, liveable pada skala urban desain, lansekap, arsitektur, dan interior), Regeneratif (konsep carbon negative, tidak konsumtif, dan memaksimalkan atap energi surya).
Proyek pembangunan kawasan Istana Wakil Presiden Tahap I ini meliputi: pembangunan Istana/Kantor Wapres, Kediaman Wapres, Mess Paspampres dan Parkir, Bangunan Penunjang, Pendopo, Pos Jaga Chekpoint, Pos Jaga Luar, Pos Jaga Dalam, Pos Jaga Walis, Kandang K9, TPS, STP, Power House, Gerbang Plaza Demokrasi, Plaza Demokrasi, Tangga Demokrasi, Halte Funicular, Amphitheater, dan Helipad.
Setelah proyek Tahap I selesai, nantinya akan dilanjutkan dengan proyek Tahap II yang meliputi pembangunan Kantor Setwapres, Masjid, Selasar Lingkar, Pos Jaga Dalam, dan Gudang Lansekap.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari