Sumber daya alam melimpah, prospek industri obat bahan alam diprediksi cerah. Hingga semester I-2024, estimasi nilai produksi sekitar 150 perusahaan mencapai Rp3 triliun.
Indonesia dengan kekayaan biodiversitas yang melimpah, dari tanaman obat hingga rempah-rempah, kini melihat momentum emas bagi pertumbuhan industri obat bahan alam (OBA). Dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup sehat dan preferensi konsumen terhadap produk alami yang dianggap lebih aman, industri ini tengah berkembang pesat. Hingga pertengahan 2024, sekitar 150 perusahaan yang bergerak di industri ini berhasil mencatat nilai produksi mencapai Rp3 triliun. Prospek yang cerah ini didukung oleh kekayaan alam Indonesia dan tren global yang semakin condong pada produk berbasis bahan alami.
Produk obat bahan alam, yang lebih dikenal sebagai suplemen herbal atau jamu, kini tidak lagi dipandang sebelah mata. Bahan-bahan alami seperti kunyit, jahe, temulawak, hingga daun kelor yang dulunya hanya digunakan secara tradisional, kini telah dikembangkan menjadi produk modern berstandar internasional. Berbagai inovasi di sektor ini mendorong pertumbuhan industri OBA yang semakin kompetitif dan siap bersaing di pasar global.
Kembali ke Alam
Dalam beberapa tahun terakhir, tren konsumen global mengalami pergeseran signifikan. Konsumen kini semakin berhati-hati dalam memilih produk kesehatan, dengan perhatian khusus pada efek samping yang ditimbulkan oleh obat-obatan kimia. Produk berbasis bahan alam menjadi pilihan karena dianggap lebih aman dan minim efek samping. Inilah salah satu pendorong utama kebangkitan industri OBA di Indonesia.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat bahwa perkembangan industri OBA bukan hanya karena preferensi konsumen yang beralih pada produk alami, tetapi juga didorong oleh inovasi teknologi yang semakin canggih. "Produk OBA saat ini berkembang pesat seiring dengan tren masyarakat yang beralih pada produk alami. Kekayaan biodiversitas Indonesia memberikan peluang besar untuk pengembangan OBA," ujar Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI), Andi Rizaldi.
Dalam upaya mendukung pertumbuhan ini, pemerintah Indonesia melalui Kemenperin dan kementerian terkait, seperti Kementerian Kesehatan dan BPOM, aktif mendorong regulasi yang melindungi konsumen sekaligus memperkuat daya saing produk OBA. Salah satu langkah penting yang diambil pemerintah adalah peresmian House of Wellness pada Februari 2024, sebagai pusat riset dan pengembangan produk OBA yang menggabungkan sains modern dengan warisan tradisi leluhur.
Inovasi Teknologi dan Penguatan Pengawasan
Industri obat bahan alam di Indonesia tidak hanya bergantung pada kekayaan alam, tetapi juga mengandalkan inovasi teknologi. Dalam hal ini, penggunaan teknologi produksi mutakhir dan pengawasan kualitas yang lebih baik sangat penting untuk memastikan produk yang aman dan berkualitas tinggi. Misalnya, teknologi ekstraksi modern telah memungkinkan pemisahan senyawa aktif dari bahan alam dengan lebih efisien, tanpa menghilangkan khasiat alaminya.
Selain itu, pemerintah berupaya memperkuat pengawasan dengan membentuk Jejaring Laboratorium Pengujian Obat Bahan Alam (JLPOBA). Jaringan ini menggabungkan beberapa laboratorium penting, termasuk Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kimia, Farmasi, dan Kemasan (BBSPJIKFK), Pusat Pengembangan Pengujian Nasional Obat dan Makanan (PPPOMN) di bawah naungan BPOM, serta beberapa universitas terkemuka seperti IPB University dan Universitas Gadjah Mada (UGM). Kerja sama ini bertujuan meningkatkan keamanan dan kualitas produk OBA yang beredar di pasar.
“Dengan bergabung dalam JLPOBA, kami berharap dapat memberikan manfaat bagi perkembangan industri OBA di Indonesia dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk lokal,” jelas Kepala BBSPJIKFK Siti Rohmah Siregar.
JLPOBA ini juga diharapkan dapat melindungi masyarakat dari risiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan oleh produk yang tidak memenuhi standar.
Tidak hanya inovasi teknologi dan sinergi antar lembaga, industri OBA juga diuntungkan dengan regulasi yang semakin ketat dan jelas. Peraturan BPOM nomor 25 tahun 2023, misalnya, mewajibkan semua produsen OBA untuk menjamin keamanan, khasiat, mutu, dan penandaan produk mereka sebelum beredar di pasaran. Langkah ini memastikan bahwa produk yang sampai ke tangan konsumen telah melewati serangkaian uji klinis yang ketat.
BPOM juga mendorong para pelaku industri untuk terus meningkatkan kualitas produknya melalui sinergi dengan jejaring laboratorium eksternal yang diakui, baik itu dari universitas, kementerian lain, atau laboratorium swasta. Kepala BBSPJIKFK menekankan pentingnya standardisasi dan regulasi untuk menjaga kualitas dan keamanan produk OBA. "Kami selalu mendorong pelaku usaha untuk mematuhi regulasi, karena produk berkualitas adalah kunci utama agar industri ini dapat terus bertumbuh,” ujar Siti.
Industri OBA memiliki potensi besar dalam meningkatkan perekonomian Indonesia, terutama dengan dukungan pemerintah dalam hal pengawasan dan regulasi yang ketat. Andi Rizaldi menambahkan bahwa "produk yang aman dan efektif akan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap OBA, yang pada akhirnya akan memperkuat pasar domestik dan mendorong ekspansi ke pasar internasional."
Potensi Ekonomi
Dengan nilai produksi yang diperkirakan mencapai Rp3 triliun hingga semester pertama 2024, industri OBA bukan lagi industri marjinal, melainkan sektor yang menjanjikan bagi perekonomian Indonesia. Pertumbuhan yang pesat ini tidak lepas dari kekayaan sumber daya alam yang melimpah di Indonesia, yang menyediakan bahan baku berkualitas tinggi bagi produk-produk OBA.
Selain itu, meningkatnya permintaan konsumen terhadap produk alami dan tradisional memberikan angin segar bagi produsen OBA. Konsumen modern tidak hanya menginginkan produk yang efektif, tetapi juga aman dan minim efek samping. Hal ini mendorong industri OBA untuk terus berinovasi, menghasilkan produk-produk yang dapat bersaing di pasar global.
Potensi besar ini juga diakui oleh BPOM yang terus melakukan pengawasan ketat terhadap peredaran produk OBA. “Kualitas dan keamanan produk OBA menjadi prioritas utama untuk memastikan bahwa konsumen mendapatkan produk yang benar-benar bermanfaat dan aman,” kata Siti Rohmah.
Ke depan, industri OBA Indonesia memiliki potensi besar untuk merambah pasar internasional. Dengan dukungan dari pemerintah, inovasi teknologi, dan regulasi yang ketat, industri ini memiliki fondasi yang kuat untuk tumbuh di kancah global. Kekayaan alam Indonesia, yang dikenal luas sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, memberi peluang bagi produsen OBA untuk menghasilkan produk-produk dengan nilai jual tinggi di pasar internasional.
Dengan pasar yang semakin terbuka, produk-produk OBA Indonesia diharapkan mampu bersaing dengan produk serupa dari negara lain, terutama di pasar Asia dan Eropa yang memiliki permintaan tinggi terhadap produk berbasis bahan alami.
Di tengah tren global yang kembali ke alam, Indonesia memiliki kesempatan emas untuk menempatkan dirinya sebagai pemain utama dalam industri obat bahan alam. Jika potensi ini dimanfaatkan dengan baik, industri OBA tidak hanya akan memberikan manfaat ekonomi bagi negara, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat.
Redaktur: Ratna Nuraini/TR
Penulis: Dwitri Waluyo