Indonesia.go.id - Hidrogen Hijau di Indonesia, Membangun Masa Depan Energi Berkelanjutan

Hidrogen Hijau di Indonesia, Membangun Masa Depan Energi Berkelanjutan

  • Administrator
  • Rabu, 2 Oktober 2024 | 08:00 WIB
DEKARBONISASI
  Untuk dapat menggunakan hidrogen hijau dalam skala besar, diperlukan infrastruktur yang andal dan aman, baik untuk produksi, penyimpanan, maupun distribusi. Hal ini menjadi fokus utama dalam pengembangan ekosistem hidrogen di Indonesia. ANTARA FOTO
Hidrogen hijau memberikan harapan baru bagi Indonesia untuk mencapai target NZE dan kemandirian energi.

Fenomena krisis energi kini tengah menghantui dunia. Indonesia pun ikut terpanggil untuk mengambil tindakan yang tepat demi mengurangi tingkat emisi gas rumah kaca (GRK) secara bertahap. 

Untuk itu, merujuk dokumen Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC), pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melihat hidrogen hijau sebagai salah satu kunci utama untuk mendorong dekarbonisasi sektor industri di Indonesia, yang ditargetkan lebih cepat, yaitu pada 2050, sepuluh tahun lebih awal dari target NZE nasional.

“Fenomena krisis energi yang melanda dunia serta komitmen Indonesia dalam penurunan emisi GRK, harus menjadi perhatian bagi para pelaku industri, khususnya dalam menemukan solusi pemenuhan energi yang rendah karbon.Pengembangan hidrogen hijau adalah salah satu strategi untuk mencapai target NZE industri 2050,” kata Plt Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Reni Yanita pada Rapat Gabungan Pengurus Pusat dan Daerah Asosiasi Gas Industri Indonesia (AGII) Tahun 2024 di Jakarta, Selasa (10/9/2024).

Mengapa Hidrogen Hijau?

Hidrogen hijau adalah bahan bakar ramah lingkungan yang diproduksi menggunakan sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan hidro. Energi ini tidak menghasilkan emisi karbon, menjadikannya solusi potensial untuk mengurangi jejak karbon di sektor-sektor yang sulit untuk didekarbonisasi, seperti industri berat dan transportasi. 

Di Indonesia, pentingnya hidrogen hijau didorong oleh kebutuhan akan sumber energi alternatif di tengah meningkatnya permintaan energi dan tantangan global terkait perubahan iklim. Menurut Reni, krisis energi yang melanda dunia serta komitmen Indonesia dalam menurunkan emisi GRK membuat hidrogen hijau menjadi salah satu strategi penting. "Dengan mensubstitusi bahan bakar berbasis fosil menjadi bahan baku terbarukan seperti hidrogen, kita bisa mempercepat pencapaian target NZE di sektor industri pada 2050," ujar Reni. 

Potensi Indonesia dalam pengembangan hidrogen hijau

Berkat sumber alam yang melimpah, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan hidrogen hijau. Sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan geothermal, tersebar di berbagai wilayah Indonesia, memberikan peluang bagi negara ini untuk menjadi produsen utama hidrogen hijau. Di sisi lain, perkembangan teknologi dan investasi dalam infrastruktur masih menjadi tantangan yang harus dihadapi.

Hingga semester I-2024, beberapa proyek percontohan produksi hidrogen hijau telah dimulai di Indonesia. Proyek ini dirancang untuk menguji kelayakan teknis dan ekonomi produksi hidrogen hijau dalam skala besar. Selain itu, Indonesia juga mulai mengembangkan peta jalan (roadmap) untuk mempercepat transisi ke energi terbarukan, termasuk hidrogen hijau.

Ketua Umum AGII Rachmat Harsono menegaskan bahwa dengan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia memiliki posisi strategis untuk menjadi pemimpin dalam transisi energi ini. "Namun, kita menyadari bahwa tantangan dalam mewujudkan potensi hidrogen hijau tidaklah mudah. Diperlukan inovasi teknologi, investasi, serta kolaborasi antara pemerintah dan industri," katanya.

Tantangan Infrastruktur-Teknologi

Untuk dapat menggunakan hidrogen hijau dalam skala besar, diperlukan infrastruktur yang andal dan aman, baik untuk produksi, penyimpanan, maupun distribusi. Hal ini menjadi fokus utama dalam pengembangan ekosistem hidrogen di Indonesia. 

Dalam hal teknologi, industri gas di Indonesia, yang diwakili oleh AGII, mulai mempersiapkan teknologi dan peralatan yang sesuai dengan standar keamanan internasional. "Kesadaran akan keselamatan, baik dalam operasional maupun peralatan, adalah langkah penting untuk memastikan industri gas dapat berjalan aman serta mendukung proses dekarbonisasi secara berkelanjutan," tambah Rachmat Harsono.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga mendukung pengembangan hidrogen hijau sebagai bagian dari strategi transisi energi. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Dadan Kusdiana. Dia mengatakan, hidrogen hijau memiliki potensi besar sebagai bahan bakar masa depan yang dapat membantu Indonesia mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. 

"Pengembangan hidrogen hijau akan membantu mempercepat pencapaian target NZE, serta mendukung diversifikasi energi yang lebih berkelanjutan di Indonesia," ujarnya, dalam konferensi pers pada 15 September 2024.

Dadan menambahkan, pada semester I-2024, Indonesia telah menyelesaikan studi kelayakan untuk beberapa proyek hidrogen hijau di kawasan Sulawesi dan Jawa Barat. "Ini merupakan langkah awal yang positif. Ke depannya, kita akan fokus pada peningkatan investasi dan teknologi untuk produksi hidrogen hijau dalam skala lebih besar," katanya.

Capaian dan Progres 

Pada semester I-2024, Indonesia telah mencatatkan beberapa capaian penting dalam pengembangan hidrogen hijau. Beberapa proyek percontohan berhasil memproduksi hidrogen hijau menggunakan energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga surya di Sulawesi. 

Pemerintah juga telah memperkenalkan kebijakan untuk mempercepat pengembangan infrastruktur hidrogen hijau, dengan fokus pada pengurangan biaya produksi dan peningkatan efisiensi teknologi. "Kami melihat potensi besar untuk mengembangkan hidrogen hijau, terutama dengan meningkatnya permintaan global akan energi bersih," kata Dadan Kusdiana. 

"Namun, untuk mencapai skala produksi yang signifikan, diperlukan investasi lebih lanjut dalam teknologi dan infrastruktur. Kita juga harus bekerja sama dengan pihak internasional untuk memaksimalkan potensi hidrogen hijau sebagai energi masa depan Indonesia," sambung Dadan.

Peta Jalan 

Dalam upaya mencapai target NZE pada 2050, pemerintah Indonesia tengah menyusun peta jalan yang jelas untuk pengembangan hidrogen hijau. Peta jalan ini diharapkan akan menjadi panduan strategis dalam mendukung transisi energi nasional dan memastikan pertumbuhan industri gas yang berkelanjutan. 

Pemerintah juga mendorong penggunaan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dalam pengembangan infrastruktur hidrogen, yang tidak hanya mendukung keselamatan tetapi juga memperkuat kemandirian industri manufaktur dalam negeri.

"Keselamatan dalam penggunaan hidrogen hijau menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa peralatan dan teknologi yang digunakan sesuai dengan standar keselamatan internasional," ujar Rachmat Harsono. "Kami juga mendorong penggunaan TKDN untuk mendukung pertumbuhan industri dalam negeri."

Hidrogen hijau memberikan harapan baru bagi Indonesia untuk mencapai target NZE dan kemandirian energi. Dengan potensi sumber daya yang melimpah, dukungan kebijakan pemerintah, dan keterlibatan sektor industri, hidrogen hijau bisa menjadi solusi utama dalam transisi energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Keberhasilan pengembangan hidrogen hijau juga tidak hanya akan membawa manfaat lingkungan tetapi juga dampak ekonomi yang signifikan bagi Indonesia. Dengan pengembangan yang tepat, hidrogen hijau berpotensi menjadi komoditas ekspor utama, sekaligus membantu Indonesia mengurangi ketergantungan pada impor energi fosil.

Dengan langkah-langkah yang telah diambil hingga semester pertama 2024, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk mewujudkan masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Redaktur: Ratna Nuraini

Penulis: Dwitri Waluyo