Indonesia.go.id - Menghapus Jejak Buta Aksara, Menuju Generasi yang Melek Huruf

Menghapus Jejak Buta Aksara, Menuju Generasi yang Melek Huruf

  • Administrator
  • Jumat, 4 Oktober 2024 | 13:00 WIB
LITERASI
  Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2023 menunjukkan, angka buta aksara penduduk Indonesia pada usia produktif 15-59 tahun, menurun cukup signifikan dibanding tahun 2022. ANTARA FOTO
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2023 menunjukkan, angka buta aksara penduduk Indonesia pada usia produktif 15--59 tahun, menurun signifikan dibanding 2022.

Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2023, Indonesia terus mencatat kemajuan dalam upaya pemberantasan buta aksara. Angka buta aksara pada penduduk usia produktif (15-59 tahun) turun dari 1,51 persen pada 2022 menjadi 1,08 persen pada 2023, atau setara dengan penurunan lebih dari 800.000 orang. Di balik data ini, terdapat kisah perjuangan panjang yang melibatkan berbagai pihak dalam upaya menciptakan masyarakat yang melek huruf, inklusif, dan siap menghadapi tantangan global.

Penurunan signifikan angka buta aksara ini merupakan buah dari sinergi, kerja sama, dan kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Peringatan Hari Aksara Internasional 2024 yang digelar pada 27 September di Jakarta pun menjadi momen refleksi penting, tidak hanya untuk mengukur capaian, tetapi juga memperkuat komitmen dalam melanjutkan upaya ini ke masa depan.

Dari Buta Aksara ke Melek Literasi

Perjalanan panjang pemberantasan buta aksara di Indonesia bukanlah hal yang mudah. Pada masa lalu, angka buta huruf di Indonesia sempat menjadi momok, terutama di daerah-daerah terpencil, terluar, dan tertinggal. Namun, melalui berbagai program dan kebijakan, Indonesia mulai mengatasi tantangan ini dengan serius. Salah satu tonggak penting adalah komitmen pemerintah melalui program Merdeka Belajar, yang tidak hanya fokus pada literasi dasar, tetapi juga mendorong peningkatan literasi dan numerasi secara menyeluruh di semua jalur pendidikan.

Seperti yang diungkapkan oleh Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen) Kemendikbudristek, Iwan Syahril, tema Hari Aksara 2024 “Penguatan Literasi Menuju Masyarakat yang Berkebinekaan Global dan Inklusif” merefleksikan semangat untuk memperkuat kompetensi anak-anak bangsa dalam literasi, numerasi, dan karakter. Semua ini ditujukan agar Indonesia mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, mandiri, dan tangguh.

"Masyarakat melek aksara akan melahirkan bangsa yang lebih maju. Literasi dan numerasi menjadi dasar penting bagi kemajuan suatu negara, karena keduanya merupakan modal untuk menghasilkan SDM yang mampu bersaing di tingkat global," ujar Iwan.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tak berhenti berinovasi dalam upaya menekan angka buta aksara. Salah satu program unggulan yang telah dijalankan adalah pengembangan kurikulum dan modul pembelajaran keaksaraan untuk masyarakat yang buta huruf. Program ini meliputi pendidikan dasar hingga lanjutan dan diimplementasikan secara merata di seluruh Indonesia, khususnya di daerah-daerah dengan tingkat buta aksara yang masih tinggi.

Selain itu, melalui Bantuan Operasional Pemerintah (BOP) Keaksaraan, Kemendikbudristek memberikan dukungan nyata kepada kelompok-kelompok sasaran yang memerlukan pendidikan keaksaraan. Langkah ini dilakukan melalui koordinasi dengan pemerintah daerah yang memiliki kantong-kantong buta aksara yang masih tinggi, sehingga pemberantasan buta aksara bisa berjalan lebih efektif dan terarah.

Salah satu inovasi yang turut mendukung adalah pemanfaatan teknologi melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang memungkinkan pendidik di seluruh Indonesia untuk mengakses sumber daya literasi dan numerasi secara digital. Kemudahan akses ini diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas pendidikan, termasuk di wilayah-wilayah yang sebelumnya sulit dijangkau.

Tantangan dan Harapan di Tengah Pemberantasan Buta Aksara

Meskipun berbagai capaian telah diraih, tantangan pemberantasan buta aksara di Indonesia masih ada. Daerah-daerah terpencil dan tertinggal, serta kelompok-kelompok masyarakat dengan akses pendidikan yang terbatas, masih menjadi prioritas utama dalam program literasi pemerintah. Kondisi geografis yang sulit dijangkau serta minimnya sarana pendidikan di beberapa daerah masih menjadi kendala yang perlu diatasi.

Namun, tak hanya soal akses fisik, literasi juga harus dipandang dari sudut pandang lebih luas. Literasi bukan hanya soal membaca dan menulis, tetapi juga mencakup kemampuan memahami informasi, berpikir kritis, dan berkomunikasi secara efektif. Inilah yang ingin dicapai oleh Kemendikbudristek melalui tema besar Hari Aksara Internasional 2024, yang tidak hanya fokus pada literasi bahasa, tetapi juga multilingualisme dan penguatan nilai-nilai kebinekaan global.

Menurut Baharudin, Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK) Kemendikbudristek, pencapaian literasi ini juga harus dilihat dari sisi kualitas. Pemerintah terus mendorong distribusi buku bacaan bermutu, terutama di wilayah-wilayah yang selama ini minim akses terhadap buku. Tak hanya itu, sarana pembelajaran literasi juga ditingkatkan di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang tersebar di berbagai Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Semua ini dilakukan untuk memastikan bahwa literasi bisa dirasakan dan dinikmati oleh semua kalangan, tanpa terkecuali.

Perayaan Hari Aksara Internasional menjadi momen reflektif bagi Indonesia untuk menilai langkah-langkah yang telah diambil dalam upaya menciptakan masyarakat yang literat. Meski angka buta aksara terus menurun, pemerintah dan masyarakat tidak boleh terlena. Langkah-langkah ke depan harus semakin kokoh dan terarah, terutama dengan fokus pada daerah-daerah yang masih tertinggal dalam hal literasi.

Melalui program Merdeka Belajar, literasi dan numerasi bukan hanya menjadi alat untuk mengatasi buta aksara, tetapi juga sebagai fondasi untuk membangun masa depan bangsa yang lebih baik. Literasi adalah kunci untuk membentuk SDM yang unggul dan berdaya saing global, SDM yang mampu membawa Indonesia menjadi negara maju di masa mendatang.

Hari Aksara Internasional 2024 mengingatkan kita bahwa literasi adalah hak semua orang, dan melalui kolaborasi serta kerja keras, Indonesia akan terus melangkah maju dalam memberantas buta aksara dan membangun masyarakat yang cerdas, inklusif, dan berkebinekaan global.

 

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/TR