Pameran Reimajinasi Museum Nasional Indonesia berlangsung pada 15 Oktober 2024--31 Desember 2024.
Setelah dua abad bersemayam di negeri Holland, akhirnya dua arca Candi Singasari atau Singhasari, yakni arca Bhairawa dan Nandi bisa berkumpul kembali dengan empat arca Singosari lainnya, Ganesha, Mahakala, Durga Mahisasuramardini, dan Nandishwara di Museum Nasional Indonesia (MNI), Jakarta. Dua himpunan koleksi arca Candi Singasari, Malang, Jawa Timur itu merupakan bagian dari repatriasi benda bersejarah Nusantara dari pemerintah Kerajaan Belanda pada 2023 dan terakhir Sepember 2024.
Pemerintah kolonial Belanda sebelumnya memboyong enam arca dari area Candi Singasari, tersebut pada medio 1817 dan 1827-1828. Selama dua abad disimpan di Rijksmuseum Amsterdam. Sosok arca berukuran 154-175 cm tersebut dinilai mahakarya seni pembuatan arca/patung, sangat halus pahatannya dan sesuai kaidah ikonografi (ilmu mempelajari deskripsi visual).
Kini, enam arca tersebut bisa bersanding dengan patung ratu Prajnaparawita yang terlebih dulu menjadi penghuni MNI. Arca Prajnaparamita yang ditemukan dekat Candi Singasari itu merupakan program repatriasi dari Belanda pada 1978.
Proses pengembalian (repatriasi) peninggalan leluhur Nusantara secara gencar dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sebagai salah satu program prioritas Direktorat Jenderal Kebudayaan. Sebanyak 760 benda bersejarah berhasil dipulangkan dalam kurun waktu dua tahun saja (2023-2024). Koleksi yang dipamerkan di antaranya koleksi Pangeran Diponegoro, koleksi seni rupa Pita Maha (gerakan seni lukis di Bali pada 1930-an), arca-arca masa Singasari, koleksi Museum Nusantara, koleksi keris Klungkung, dan koleksi pusaka Kerajaan Lombok.
Sebanyak 300 koleksi artefak dan benda bersejarah tersebut akan dipajang dalam Pameran Repatriasi seiring dengan dibukanya kembali Museum Nasional Indonesia, Jakarta pada Selasa (15/10/2024).
Setelah menjalani serangkaian revitalisasi ekstensif selama satu tahun, Indonesian Heritage Agency (IHA) mengumumkan bahwa Museum Nasional Indonesia atau kerap disebut Museum Gajah akan kembali dibuka untuk umum pada 15 Oktober 2024. Pembukaan ini menandai awal baru bagi tata kelola museum di Indonesia.
Museum Nasional Indonesia adalah salah satu museum tertua dan terbesar di Asia Tenggara. Didirikan pada 1778, museum ini berperan penting dalam pelestarian dan pameran berbagai warisan budaya serta sejarah Indonesia.
Kebakaran hebat yang menimpa museum ini pada September 2023 sekaligus menjadi program revitalisasi besar-besaran serta membuat tata kelola permuseuman yang mutakhir dan semakin inspiratif.
Dengan konsep Reimajinasi Warisan Budaya, MNI yang kini hadir dengan fasilitas yang telah diperbarui, pameran interaktif, dan pengalaman edukatif yang lebih mendalam agar museum menjadi sumber pengetahuan dan inspirasi yang menyenangkan.
Pembukaan Kembali MNI diresmikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusiadan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, pada Kamis (10/10/2024). Selepas peresmian pembukaan, Menko PMK, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, bersama sejumlah pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat berkeliling museum untuk mendapatkan pengalaman langsung dari transformasi tata pamer baru MNI.
Dimulai dari ruang ImmersifA, ruangan imersif audio visual dari segala arah ini memberikan pengalaman seperti lukisan gua di era modern. Media baru yang menjadi wahana reimajinasi bagi pengunjung, di mana mereka dibawa menjelajahi budaya Indonesia lintas waktu melalui tutur yang inovatif.
Selanjutnya, pada ruangan Masa Depan Museum Nasional Indonesia, wajah baru Museum Nasional Indonesia akan secara bertahap terungkap. Upaya ini memperkokoh peran MNI sebagai sumber pengetahuan tentang wawasan prasejarah, perjalanan intelektual dan spiritual Nusantara, hingga perjuangan heroik menuju kemerdekaan.
Kemudian rombongan dibawa menelusuri ruang Paras Nusantara yang memancarkan identitas nasional, sekaligus menyoroti masyarakat Indonesia yang majemuk dengan 78 lukisan suku-suku bangsa karya Pirngadie pada tahun 1930 yang selesai direstorasi Museum Nasional Indonesia pada 2018.
Terakhir, pada ruang Pameran Repatriasi akan menampilkan ratusan koleksi pilihan hasil repatriasi dari Kerajaan Belanda sejak 1978 hingga 2024. Termasuk 84 koleksi benda bersejarah sebagai tahap pertama dari 288 item hasil perjanjian repatriasi artefak bersejarah Nusantara antara Indonesia dan Belanda pada 20 September 2024. Himpunan koleksi tersebut adalah arca, sejumlah perhiasan emas dari pampasan Puputan Badung dan Puputan Tabanan, Bali.
“Bersamaan dengan dibukanya kembali museum bersejarah ini, kami turut menyelenggarakan Pameran Repatriasi 2024 yang mengangkat tema ‘Kembalinya Warisan Budaya dan Pengetahuan Nusantara’. Pemulangan benda-benda bersejarah ke pangkuan Ibu Pertiwi adalah satu langkah penting dalam upaya pemajuan kebudayaan,” jelas Mendikbudristek.
Konsep Reimajinasi MNI akan mencakup penelusuran jejak warisan budaya, dari wawasan prasejarah hingga perjuangan heroik bangsa Indonesia menuju kemerdekaan, serta ruang inspirasi untuk masa depan warisan budaya yang berkelanjutan. Ketiga narasi ini akan dibagi menjadi narasi utama setiap gedung MNI, Gedung A bertema “Masa Lalu Penuh Makna”, Gedung B bertema “Marwah Indonesia”, serta Gedung C bertema “Bekal Masa Depan Berkelanjutan”. Pameran Reimajinasi Museum Nasional Indonesia akan berlangsung dari 15 Oktober 2024-31 Desember 2024.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Indonesian Heritage Agency Ahmad Mahendramenjelaskan, sekarang ini museum tak cukup hanya mengandalkan koleksi, melainkan harus membuat narasi yang menarik dan membuat orang merasa lebih tertarik untuk datang ke museum. “Upaya reimajinasi museum tidak hanya berfokus pada revitalisasi fisik, tetapi juga pada pengembangan program-program baru yang menjadikan Museum Nasional Indonesia sebagai ruang publik yang hidup dan dinamis,” imbuhnya.
Untuk itu, pihak museum meningkatkan fasilitas pelayanan dengan menyediakan perpustakaan untuk bisa dikunjungi publik. Museum Gajah juga membuka toko suvenir dan kafe untuk menambah betah para pengunjung.
Selaiknya museum bertaraf internasional lainnya, Museum Nasional juga memiliki ruang anak dengan aktivasi yang interaktif dan program-program edukasi berkualitas. Ada sejumlah fasilitas lain yang berteknologi tinggi dan dharapkan bakal lebih menarik perhatian pengunjung.
Tak lupa IHC menggandeng komunitas pecinta museum, wisata sejarah, pelaku seni budaya, kurator, lembaga internasional, dan akademisi untuk membuat program di MNI.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Taofiq Rauf