Indonesia.go.id - Stabilitas Terjaga di Tengah Tekanan Global

Stabilitas Terjaga di Tengah Tekanan Global

  • Administrator
  • Jumat, 29 November 2024 | 07:35 WIB
PEREKONOMIAN
  Foto udara aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Kendari New Port, Kendari, Sulawesi Tenggara. Pemerintah berkomitmen untuk terus mendorong investasi, memperkuat ekspor, dan menjaga stabilitas makroekonomi demi kesejahteraan masyarakat. ANTARA FOTO
Pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2024 akan tetap baik, didorong oleh konsumsi pemerintah dan rumah tangga, aktivitas belanja pemerintah yang meningkat, serta indeks keyakinan konsumen yang terjaga.

Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh ketegangan geopolitik dan risiko perlambatan ekonomi, Indonesia menunjukkan ketangguhannya. Stabilitas ketahanan eksternal Indonesia tetap terjaga.

Gambaran itu tecermin dari capaian surplus pada neraca transaksi ekonomi internasional, seperti dilaporkan Bank Indonesia. Menurut bank sentral itu, neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III-2024 yang tercatat surplus USD5,9 miliar, setelah sebelumnya defisit USD0,6 miliar di kuartal II-2024.

Faktor penopang surplus NPI didorong oleh berbagai perbaikan pada indikator ekonomi, pertama, penurunan defisit transaksi berjalan. Defisit transaksi berjalan menyusut menjadi USD2,2 miliar (0,6 persen dari PDB), dibandingkan defisit USD3,2 miliar (0,9 persen dari PDB) pada kuartal sebelumnya.

Kedua, perbaikan pada neraca jasa, yang mencatatkan defisit lebih kecil (USD4,2 miliar dari USD5,1 miliar), didukung oleh peningkatan pendapatan dari jasa perjalanan akibat melonjaknya kunjungan wisatawan internasional selama acara berskala global dan liburan musim panas.

Ketiga, neraca pendapatan primer yang tercatat defisitnya berkurang menjadi USD8,9 miliar dari USD9,6 miliar, seiring penurunan pembayaran imbal hasil investasi.

Keempat, neraca pendapatan sekunder, yang mencatatkan surplus meningkat menjadi USD1,6 miliar, dipicu oleh peningkatan remitansi pekerja migran Indonesia dan hibah pemerintah.

Kelima, surplus transaksi modal dan finansial: Surplus meningkat tajam menjadi USD6,6 miliar (1,8 persen dari PDB) dari USD3,0 miliar (0,9 persen dari PDB). 

Penyebabnya adalah investasi langsung, dengan surplus USD5,2 miliar berkat tingginya penyertaan modal asing di sektor pengolahan, pertambangan, serta perdagangan.

Berikutnya, investasi portofolio, yang mencapai USD9,6 miliar, didorong oleh pembelian instrumen jangka panjang seperti Surat Utang Negara (SUN) dan Global Bond Pemerintah.

Positif bagi Cadev

Capaian surplus NPI turut meningkatkan cadangan devisa Indonesia menjadi USD149,9 miliar per akhir September 2024. Angka ini setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, jauh di atas standar kecukupan internasional.

Namun, pemangku kepentingan di sektor itu wajib mewaspadai kondisi cadangan devisa itu rentan menghadapi tekanan dari penguatan dolar AS yang memicu volatilitas pasar keuangan, pemerintah menerapkan langkah strategis, termasuk implementasi Local Currency Transaction (LCT).

Kebijakan ini memperluas penggunaan mata uang lokal dalam transaksi bilateral, mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Pemerintah menargetkan peningkatan penggunaan LCT hingga 10 persen pada 2024-2025.

Terlepas dari itu semua, Bank Indonesia memperkirakan NPI 2024 akan terus mencatatkan pertumbuhan positif, dengan defisit transaksi berjalan terjaga pada kisaran 0,1 persen--0,9 persen dari PDB. 

Seperti disampaikan Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2024 akan tetap baik, didorong oleh konsumsi pemerintah dan rumah tangga, aktivitas belanja pemerintah yang meningkat serta indeks keyakinan konsumen yang terjaga.

Tidak itu saja, investasi berupa peningkatan belanja modal perusahaan dan pembangunan proyek strategis nasional, peningkatan kinerja ekspor

Ekspor Nonmigas akan membantu pertumbuhan menuju akhir 2024.

“Kami memprediksi, secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 diproyeksikan berada dalam kisaran 4,7 persen-5,5 persen dan pertumbuhan itu diperkirakan meningkat pada 2025,” ujar Perry Warjiyo.

Gubernur Sentral itu juga menyoroti meningkatnya risiko perekonomian global, termasuk fragmentasi perdagangan dan kebijakan ekonomi domestik di Amerika Serikat. 

Dampak kebijakan fiskal ekspansif AS telah mendorong penguatan dolar dan meningkatkan imbal hasil US Treasury, yang memicu aliran modal keluar dari pasar negara berkembang.

Namun, Perry Warjiyo menyakini bauran kebijakan yang hati-hati dan reformasi struktural yang terus diperkuat, Indonesia optimistis mampu menjaga stabilitas ekonomi dan melindungi ketahanan eksternal dari dampak rambatan global. 

“Pemerintah berkomitmen untuk terus mendorong investasi, memperkuat ekspor, dan menjaga stabilitas makroekonomi demi kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Taofiq Rauf