Kawasan Taman Hutan Raya I Gusti Ngurah Rai, Bali, seluas 1.373,5 hektare ditata ulang untuk kepentingan KTT G20 yang berlangsung pada 15-16 November 2022.
Bali sudah terkenal sebagai daerah tujuan wisata kelas dunia. Pulau berpenduduk 3 juta jiwa itu menjadi tujuan utama pelesir masyarakat dari berbagai negara. Keindahan alam berpadu apik dengan kekayaan budaya berlatar Hindu mampu memberi kenangan mendalam bagi turis.
Namun sejatinya, di pulau seluas 5.780 kilometer persegi itu kita masih bisa menemukan sebuah kawasan konservasi alam pesisir. Lokasinya hanya sepelemparan batu dari pintu gerbang Bali, Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
Kawasan hijau seluas 1.373,5 hektare di pesisir selatan Teluk Benoa itu bernama Taman Hutan Raya I Gusti Ngurah Rai. Inilah satu-satunya taman hutan raya atau tahura yang dimiliki oleh provinsi berjuluk Pulau Dewata itu.
Kawasan itu bertipe hutan payau dan berfungsi mencegah terjadinya abrasi. Menurut website Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah 8 Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Barat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kawasan konservasi ini ditetapkan sebagai hutan tutupan oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1927.
Sempat beberapa kali mengalami perubahan status, hingga terbitnya Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor 888/Kpts-II/92 tanggal 8 September 1992 yang menetapkan kawasan itu sebagai Taman Wisata Alam Prapat Benoa Suwung. Letak Tahura Ngurah Rai ada di tengah kawasan wisata utama, yakni Nusa Dua, Sanur, dan Kuta.
Secara administratif, tahura yang punya beberapa pintu masuk itu berada di Kecamatan Kuta dan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, seluas 627 ha. Kemudian di Kota Denpasar yaitu Kecamatan Denpasar Selatan dan Pulau Serangan dengan luas 746,5 ha.
Flora dan fauna yang menjadi koleksi keanekaragaman hayati di Tahura Ngurah Rai terdiri dari hutan mangrove, aneka jenis burung, dan hewan air. Terdapat 33 jenis bakau atau mangrove, paling banyak adalah pidada putih (Soneratia alba) atau prapat dalam bahasa setempat.
Jenis lainnya, yaitu bakau putih (Rhizophora apiculata) dan tancang (Bruguiera gymnorhyza). Ribuan pohon bakau di sini tumbuh subur menghijau dan menjadi benteng pertahanan terbaik bagi kawasan pesisir selatan Bali.
Pusat konservasi pesisir ini dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Tahura Ngurah Rai dan sejak 2010 terbuka untuk umum. Lokasi itu dapat dikunjungi setiap hari, sejak pukul 8.00 WITA sampai 17.00 WITA dan membayar retribusi sebesar Rp10.000 per orang.
Pengelola Tahura Ngurah Rai menyediakan wisata edukasi dan petualangan alam menjelajahi kawasan konservasi ini. Di sana, pengunjung bisa menyusuri sebuah jalan kayu sepanjang 1,8 kilometer dan lebar 2 meter serta berada di ketinggian 2-3 meter di atas permukaan air dibangun membelah kawasan tahura. Jalan kayu ini berujung di sebuah menara pandang (viewing deck) setinggi sekira 20 meter.
Jika berada di menara pandang ini, sejauh mata memandang akan tampak hijaunya pohon bakau mengepung perairan dangkal pesisir selatan Teluk Benoa. Menara pandang dapat pula berfungsi sebagai tempat pengamatan aneka burung (bird watching) untuk para pecinta fauna.
Kita juga dapat melihat dari kejauhan lintasan Tol Mandara, jalan tol atas laut pertama di Indonesia sepanjang 12,7 km, beroperasi pada 23 September 2013 silam dan menghubungkan Kota Denpasar dengan Benoa dan Nusa Dua. Tak hanya itu, kita bisa menumpang sejumlah perahu nelayan yang terparkir rapi di salah satu pintu air Waduk Tukad Badung, di salah satu sisi tahura di Pemogan, Denpasar Selatan.
Perahu-perahu kayu yang didominasi cat putih dan bercadik di kiri-kanannya itu siap memuaskan rasa penasaran pengunjung akan keindahan tahura. Dengan menyusuri kawasan perairan dangkal tahura, perahu-perahu itu bisa membuat pengunjung melihat lebih dekat kehidupan flora dan faunanya.
Cukup membayar sekitar Rp200 ribu per orang, penyewa perahu sudah bisa menyusuri sekitar tahura dari sisi perairan. Kadar keseruan semakin bertambah kalau menjajal naik kayak--yang jumlahnya puluhan unit di tempat itu--untuk berkeliling ke sekitar tahura dari jalur air.
Melihat posisi pentingnya sebagai konservasi pesisir dan pariwisata berkelanjutan di Bali, Presiden Joko Widodo pun meminta kementerian-kementerian terkait untuk membantu penataan ulang kawasan tempat bertelur dan berkembangbiaknya aneka jenis ikan dan burung tersebut. Terlebih lagi Pulau Dewata akan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Negara-negara G20 di Nusa Dua, 15-16 November 2022. Di mana kegiatan tersebut akan dihadiri oleh 20 kepala negara dan kepala pemerintahan dari 20 negara serta para pemimpin kawasan regional dunia serta Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Penataan ulang itu telah dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sejak Januari 2022 dan ditargetkan selesai sebelum dimulainya perhelatan KTT G20. Lingkup pekerjaan penataan tahura meliputi pembangunan gerbang masuk, area drop off, wantilan, tracking mangrove, dan area pembibitan dan persemaian yang mampu menampung 6 juta bibit bakau.
Kemudian membangun area penerima (lobby, ticketing, kantor penerima), menambah menara pandang khususnya ke arah Teluk Benoa, dan penataan area parkir VVIP khusus kepala negara di atas lahan seluas 2,6 ha di sekitar Waduk Muara. Kegiatan penataan ulang yang sudah mencapai 84 persen. “Saya melihat semuanya hampir sudah siap, Alhamdulillah. Kita harapkan nanti di pelaksanaan KTT G20 juga berlangsung dengan baik dan lancar,” kata Presiden Jokowi ketika meninjau Tahura Ngurah Rai, Kamis (6/10/2022)
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pihaknya mengoptimalkan pemakaian bahan-bahan alami selama penataan ulang ini dan mengurangi seminimal mungkin pemakaian bahan beton. "Tujuannya supaya tidak merusak mangrove dan ekosistem di sekitarnya. Kami memakai bahan-bahan material seperti bambu dan kayu untuk tiang pancang," ujar Basuki.
Sejumlah akses jalan baru pun turut dibangun untuk memudahkan masyarakat menuju tahura. Pada kesempatan itu, Wakil Menteri LHK Alue Dohong menjelaskan, kawasan tahura akan dijaga kebersihannya terutama dari serbuan sampah akibat terbawa arus air dari Teluk Benoa karena fungsi utama tahura ini sebagai pertahanan terdepan selatan Bali dari gerusan gelombang laut.
"Polusi sampah dapat menghilangkan nilai ekologi, nilai ekonomi, dan nilai sosial dari mangrove. Sehingga harus selalu kita jaga salah satunya dengan cara pengendalian sampah," ucap Alue.
Jika seluruh proses penataan ulang itu telah selesai dikerjakan, Presiden Jokowi berencana mengundang para pemimpin negara peserta KTT G20 untuk mengunjungi tempat ini sekaligus memperlihatkan kepada dunia kepedulian Indonesia kepada pelestarian lingkungan.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari