Pada 2 Desember 2019, di ruangan lantai dua Museum Maritim Indonesia di Tanjung Priok digelar Chainport Academy. Chainport Academy 2019 merupakan agenda tahunan sebagai wadah kemitraan di antara pengelola pelabuhan besar di dunia. Di forum ini, para CEO pelabuhan dari sejumlah negara berkumpul dan berdiskusi tentang kolaborasi & inovasi, digitalisasi, serta menginisiasi green sustainability environment.
Mereka yang hadir antara lain top manajemen dari pelabuhan Hamburg (Jerman), Los Angeles (Amerika Serikat), Rotterdam (Belanda), Barcelona (Spanyol), Montreal (Kanada), Busan (Korea), dan Pelabuhan Yokohama (Jepang), serta Sekjen International Association of Ports & Harbours (IAPH). Tahun ini yang absen adalah port Shanghai, Singapore, Panama, dan Antwerp.
Chainport Academy 2019 kembali mengangkat topik digitalisasi, dengan fokus pada isu cyber reslilience/security, teknologi 5G, automation, freight marketplace, serta digital twins/drones. Forum ini juga membahas kolaborasi untuk memperkuat konektivitas global, dengan memperhatikan karakterisitik pelabuhan-pelabuhan di Asia.
Tahun-tahun sebelumnya kegiatan ini diadakan di Amerika dan Eropa. Namun kali ini IPC ditunjuk sebagai tuan rumah yang mewakili Asia, karena para peserta ingin mengetahui lebih dekat transformasi pelabuhan di negara-negara Asia yang berperan sangat besar dalam lalu lintas perdagangan global.
Menurut Ditrektur Utama IPC Elvyn GMasassya, PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)/IPC siap berkolaborasi dalam kemitraan multilateral untuk memperkuat konektivitas global di sektor maritim. Kemitraan ini nantinya akan merespons berbagai tantangan ekonomi dunia serta tumbuh pesatnya kebutuhan layanan di sektor maritim dan logistik.
“Kemitraan multilateral terus kami bangun dengan operator pelabuhan dan operator pelayaran global. Melalui kemitraan ini, kami bertukar informasi serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan transformasi digital,” kata Elvyn, dalam sambutan acara Chainport Academy 2019.
Menurutnya era digital sudah merambah ke semua sektor. Di sisi lain, kapasitas kapal pelayaran semakin besar dengan volume muatan yang juga terus meningkat. Sebagai pengelola pelabuhan, IPC meresponsnya dengan mempercepat transformasi digital, sehingga layanan digital yang sudah diterapkan di Pelabuhan Tanjung Priok, siap diimplementasikan di 11 kantor cabang pelabuhan IPC lainnya pada tahun 2020.
IPC, khususnya Pelabuhan Tanjung Priok sudah menggunakan aplikasi marine operation system (MOS), vessel management system (VMS), dan vessel traffic system (VTS) untuk memonitor dan memantau pergerakan kapal. Di sisi darat, IPC membangun terminal operating system (TOS) dan nonpeti kemas terminal operating system, serta auto tally untuk bongkar muat kontainer. IPC juga menyiapkan container freight station (CFS), buffer area, DO online, auto gate, car terminal operating system, reception facility, serta truck identification. Semuanya untuk mengidentifikasi pengemudi dan tujuan pengiriman barang.
“Sebagian dari teknologi digital itu sudah digunakan di beberapa kantor cabang. Namun tahun depan kami akan upayakan agar semua aplikasi digital itu bisa dioperasikan di semua cabang, agar terbangun standarisasi layanan kepelabuhanan yang lebih cepat, mudah, dan lebih murah,” kata Elvyn.
Chainport Academy menjadi sarana untuk memberikan saran terkait dengan perkembangan bisnis, kolaborasi dan inovasi, digitalisasi di masing-masing pelabuhan dan inisiatif sustainability environment (greenport). Masing-masing pelabuhan anggota memaparkan issue atau project terkini di pelabuhan masing-masing dan peserta lainnya memberikan tanggapan dan masukan. Best practice-nya bisa untuk di-share dan diimplementasikan di pelabuhan anggota lainnya
Setelah pada 2 tahun lalu dilaksanakan di benua Eropa, tahun lalu di benua Amerika, kini giliran Asia menjadi tuan rumah Chain Port Academy. Dan IPC sendiri diminta menjadi host karena mereka ingin tahu perkembangan negara di Asia dalam pengelolaan pelabuhan dan digitalisasi, Asia Case. Hal ini menarik karena berbeda dalam hal maturity dan transisi dari konvensional ke digital, kombinasi tenaga kerja, dan teknologi.
Direct Call
Adalah Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro dalam agenda Indonesia Transport Supply Chain & Logistics (ITSCL) di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (16/10/2019) mengatakan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara direncanakan menjadi super hub atau pelabuhan pengumpul sektor logistik ekspor-impor.
“Saat ini fokus yang sudah direct call di pelabuhan Tanjung Priok. Kita harus mendorong porsi direct call dengan harapan yang lain kemudian menyusul,” katanya.
Menurut Bambang, optimalisasi pelabuhan direct call ini untuk menjawab isu kinerja negatif logistik nasional. Ke depan, transhipment di pelabuhan Singapura ditekan hingga 70 persen dalam jangka panjang. “Ini merupakan pondasi awal rencana penurunan defisit neraca jasa sebesar 10 persen. Kemudian target lain menurunkan biaya logistik sebesar kurang lebih Rp765 triliun dalam lima tahun,” tutur Bambang.
Tujuh pelabuhan yang juga terlibat dalam program port hub di antaranya Kuala Tanjung Sumatra Utara, Tanjung Perak Surabaya, Pontianak, Bitung (Sulawesi Utara), Pelabuhan Makassar, dan Pelabuhan Sorong di Papua.
Memang, sejak awal 2019, PT Pelindo II (IPC) telah meresmikan rute baru pelayaran internasional (direct call), yang bisa langsung menuju Jakarta tanpa harus transit di Singapura. Menurut Direktur Utama Pelindo II, Elvyn Masassya dengan adanya direct call maka nilai ekspor Indonesia bisa meningkat. Hal tersebut terjadi karena berkurangnya biaya logistik.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip Elvyn, biaya logistik pelayaran turun sebesar 20% atau tepatnya kini hanya US$ 300 per kontainer, karena ada direct call. Selain itu waktu pelayaran pun bisa jadi efisien yang semula 31 hari kini cuma 21 hari.
"Ini (direct call) juga meningkatkan hasil ekspor kita, tercatat nilai ekspor kita jadi meningkat sebesar 6,7% pada tahun 2018," jelas Elvyn waktu itu.
Elvyn menjelaskan bahwa kini ada empat rute direct call yang dibuka di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Dulu Tanjung Priok-LA saja, sekarang Tanjung Priok-Intra Asia, Tanjung Priok-Eropa, dan Tanjung Priok-Australia.
Bahkan PT Pelindo II (Persero) atau IPC menjajaki pembukaan layanan pelayaran langsung dari Pelabuhan Tanjung Priok ke Port of Ning Bo, Tiongkok, dengan potensi kargo sekitar 750.000 TEUs.
Perlu diketahui, kapasitas pertumbuhan arus peti kemas Tanjung Priok ditargetkan meningkat dari 7,5 juta TEus di 2018 menjadi 8 juta TEus tahun ini. Selain itu, durasi bongkar muat barang hingga keluar pelabuhan (dwelling time) sudah turun menjadi rata-rata 2,4 hari.
Hingga bulan Oktober 2019 tercatat realisasi laba perusahaan IPC sebesar Rp2,46 triliun atau meningkat 20,27% dibandingkan capaian periode yang sama tahun lalu sebesar Rp2,04 triliun. Sementara itu, pendapatan usaha tercapai sebesar Rp9,71 triliun naik 2,16% dibandingkan Oktober 2018.
Namun EBITDA sampai akhir November baru tercapai sebesar Rp3,36 triliun atau 9,18% lebih rendah dibandingkan capaian periode sebelumnya, sedangkan untuk BOPO sebesar 71,91%, lebih tinggi dibandingkan realisasi Oktober 2018 yang tercatat sebesar 67,86%.
Dari sisi kinerja operasional, trafik arus peti kemas tercapai sebanyak 6,27 juta TEU. Demikian juga arus nonpeti kemas terealisasi sebesar 47,35 juta ton. Untuk arus kapal terjadi penurunan sebesar 5,7%, yaitu dari 183,5 juta GT menjadi 172,9 juta GT, sedangkan untuk arus penumpang terjadi kenaikan dari 695 ribu menjadi 967 ribu penumpang, atau tumbuh sebesar 39% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada 28-29 November 2019, IPC melaksanakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) yang merupakan forum komunikasi tertinggi sekaligus evaluasi perusahaan secara menyeluruh. Tema Rakernas “Entering New Era Towards World Class Performance”. Tema ini bermakna bahwa IPC bersiap memasuki tahun Era Baru Pelabuhan Berkelas Dunia di tahun 2020 dengan menetapkan arah dan target korporasi untuk 5 tahun kedepan (2020-2024). Di mana pada tahun 2024, IPC memiliki target menjadi Fasilitator Perdagangan Kelas Dunia.
Roadmap perusahaan lima tahunan ini sejalan dengan arahan Menteri BUMN, Erick Thohir mengenai 5 (lima) Norma yang harus dimiliki oleh seluruh insan BUMN yaitu Akhlak yang baik, Loyalitas kepada perusahaan, Result–orientasi pada hasil terbaik, Team Work serta memiliki Rencana Jangka Panjang.
Dalam arahannya Elvyn G Masyasya mendorong seluruh Insan IPC untuk terus mempelajari dan mendalami makna World Class Trade Facilitator yang menjadi visi lima tahun mendatang. Seluruh insan IPC diharap mempersiapkan diri mulai sedari sekarang untuk mencapainya di berbagai bidang. Hal ini dimaksudkan agar IPC menjadi perusahaan yang sustain dengan kinerja yang terus tumbuh di level internasional.
Oleh karena kinerjanya, IPC mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak. Pada bulan November kita mendapatkan beberapa penghargaan yakni Peringkat 1 BUMN Non Keuangan Non Listed Penghargaan Laporan Tahunan 2018 pada ajang Annual Report Award 2018 yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Penghargaan PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Sebagai Badan Publik Cukup Informatif Dalam Implementasi Undang - Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik pada ajang Anugerah Keterbukaan Informasi Publik 2019 yang diselenggarakan oleh Komisi Informasi Pusat dan penghargaan Gold Kategori Organisasi Besar Jasa pada ajang SNI Award 2019 yang diselenggarakan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN). Dengan demikian, hingga saat ini terdapat total 33 penghargaan yang telah diterima pada 2019.
“Sebagai Insan IPC, saya tidak pernah bosan mengingatkan bahwa kita perlu selalu menyadari pentingnya implementasi nilai budaya CINTA yakni Customer-centric, Integrity, Nationalism, Teamwork dan Action, dalam bekerja sehari-hari dan juga “5K” yaitu bekerja dengan kesungguhan, kehati-hatian, kejujuran, kegembiraan dan keikhlasan. Apabila keseluruhan hal tersebut kita laksanakan, maka semestinya berbagai tantangan yang muncul akan mampu kita hadapi. Selain itu, hakikat bekerja dan berkarir adalah meraih hasil sebagai kriteria sukses. Hasil merupakan makna dari Happiness, Achievement, Significant, Legacy. Oleh karena itu, saya berharap semuanya akan menjadi insan profesional yang mengejar hasil,” kata Elvyn.
Selain itu sebagai wujud nyata kontribusi kepada masyarakat, Insan IPC yang tergabung melalui wadah komunitas peduli lingkungan Employee Social Responsibility (ESR IPC) melakukan serangkaian kegiatan CSR, dimulai dengan aksi bersih sungai pada 11 November 2019. Kegiatan ini diselenggarakan serentak di 12 Kantor Cabang IPC dengan melibatkan total 3,600 warga sekitar sungai.
Tidak hanya membersihkan sampah yang ada di sungai, warga juga diajak untuk menyiapkan tempat-tempat sampah untuk menjaga kebersihan lingkungan mereka sendiri. Agar bersih lingkungan tersebut dapat berkelanjutan, ESR IPC berkolaborasi dengan tokoh muda wilayah setempat mengkampanyekan pola hidup sehat dengan membiasakan membuang sampah di tempat sampah.
Kegiatan serupa dilaksanakan pada 21 November 2019, di mana ESR IPC menggandeng warga Mempawah, Kalimantan Barat melakukan pembersihan pesisir pantai. Pada kegiatan ini juga dilakukan penanaman 1.000 mangrove dan penempatan sejumlah tempat sampah di area pesisir di Desa Sungai Limau, Kecamatan Sungai Kunyit. Area pesisir yang dibersihkan merupakan kampung nelayan yang berada tidak jauh dari proyek pembangunan Terminal Kijing.
Seminggu kemudian, pada tanggal 27 November 2019 IPC melaksanakan program ‘IPC Peduli Mata Anak’ yang melibatkan 5,000 anak dari wilayah DKI Jakarta. Melalui rangkaian kegiatan tersebut, IPC menegaskan kembali komitmen kepedulian lingkungan melalui pilar pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Dan masih banyak lagi kegiatian IPC peduli masyarakat.
Sejarah
Sejarah Pelindo II dimulai tahun 1962, dimana pengelolaan pelabuhan umum dilakukan oleh Perusahaan Negara (PN) Pelabuhan I s/d IV berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Prp tahun 1960. Sementara pada tahun1962, ada perubahan, dimana aspek komersial dari pengelolaan pelabuhan tetap dilakukan oleh PN Pelabuhan, tetapi kegiatan operasional pelabuhan dikoordinasikan oleh lembaga pemerintah yang disebut Port Authority.
Tahun 1969 ada perubahan lagi. Pengelolaan pelabuhan masing-masing pelabuhan umum dilakukan oleh Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1969, Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1969.
Penyempurnaan kembali dilakukan tahun 1983. Di mana pengelolaan pelabuhan umum dibedakan menjadi pelabuhan umum yang diusahakan dan pelabuhan umum yang tidak diusahakan. Pengelolaan pelabuhan umum yang diusahakan dilakukan oleh Perusahaan Umum (PERUM) Pelabuhan, sedangkan pengelolaan pelabuhan umum yang tidak diusahakan dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jendral Perhubungan Laut sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1983. PERUM Pelabuhan II merupakan salah satu dari empat PERUM Pelabuhan yang mengelola pelabuhan-pelabuhan yang diusahakan dan dibentuk berdasarkan Peraturan Perintah Nomor 15 Tahun 1983.
Tonggak pentinnya ada di tahun 1991. Terjadi perubahan status PERUM Pelabuhan II menjadi PT.Pelabuhan Indonesia II (Persero) sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 57, tanggal 19 Oktober 1991, dan dikukuhkan dengan Akta Notaris Imas Fatimah Sarjana Hukum di Jakarta pada tanggal 1 Desember 1992. Peningkatan status perusahaan dari PERUM PELABUHAN II menjadi PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) merupakan suatu kepercayaan dari Pemerintah, didasarkan pada pertimbangan keberhasilan manajemen meningkatkan pengelolaan pelabuhan-pelabuhan yang diusahakan oleh perusahaan selama ini.
Namun pada 2012 PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Pelindo II meluncurkan identitas korporasi baru berupa logo IPC (Indonesia Port Corporation). Identitas korporasi baru ini mengukuhkan semangat baru PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dalam bertransformasi menjadi IPC, perusahaan penyedia layanan kepelabuhanan di Indonesia yang lebih effisien dan modern dalam berbagai aspek operasinya guna mencapai tujuan menjadi operator pelabuhan kelas dunia. Semangat transformasi tersebut diterapkan ke dalam seluruh aktivitas perusahaan, baik pada aspek strategis manajemen, operasional maupun peningkatan sumber daya manusia yang secara komprehensif, gesit dan fleksibel dengan berpegang pada prinsip memajukan perdagangan, memajukan Indonesia. Energizing Trade, Energizing Indonesia.
Identitas korporasi yang baru ini berbalut warna jingga dan biru yang masing-masing merepresentasikan sinar matahari terbit dan ketangkasan dalam berekspresi. Nilai-nilai yang terkandung di dalam jingga adalah semangat perubahan, kekuatan, optimisme, serta kebanggaan setiap karyawan, untuk bersama-sama berdiri di garis terdepan dalam mencapai tujuan organisasi. Sisi biru pada logo menggambarkan kesiapan memasuki erabaru yang dinamis dan fleksibilitas setiap komponen dalam perusahaan menghadapi berbagai tantangan guna mencapai tujuan perusahaan, sebagai a world-class port operator.
Paduan grafis logo baru dalam sinaran warna jingga dan biru tersebut merupakan inspirasi dari gambaran sebuah anak panah yang melesat di atas permukaan air laut yang jernih dan luas yang menjadi representasi konsep pergerakan perusahaan yang fokus dan dinamis.
Spiritnya, semakin singkat waktu yang diperlukan dalam memproses layanan kepelabuhanan, semakin rendah pula biaya yang harus dikeluarkan, yang pada akhirnya akan mampu menekan harga barang di pasar nasional sehingga merangsang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Bulan Desember merupakan bulan istimewa bagi IPC. Hari Ulang tahun IPC ke-27 jatuh pada 1 Desember. “Selamat Ulang Tahun IPC terus bakti nyata untuk Indonesia maju”. (E-2)