PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) / Indonesia Port Corporation (IPC) terus melakukan pembenahan menuju cita citanya sebagai pelabuhan kelas dunia. Rabu, 12 Desember lalu, IPC melakukan kemitraan strategis dengan Port of Los Angeles. Kemitraan ini tertuang dalam Nota Kesepahaman (MoU) yang ditandatangani Direktur Utama IPC, Elvyn G. Masassya dan Executive Director Port of Los Angeles, Eugene D. Seroka, di Los Angeles, Amerika Serikat.
Kemitraan ini dilakukan guna meningkatkan daya saing di pasar global, menciptakan efisiensi rantai pasok digital, serta kerjasama program-program lingkungan dan keamanan dalam lingkup pelabuhan.
Amerika Serikat sudah lama jadi mitra perdagangan Indonesia. Sepanjang tahun 2018, nilai perdagangan kedua negara mencapai 28 miliar dolar AS, dan sekitar 11 persen tujuan ekspor Indonesia adalah Amerika Serikat.
Perlu diketahui, Amerika Serikat (AS) tercatat sebagai negara tujuan ekspor non-migas Indonesia yang kedua terbesar setelah Tiongkok. Menurut data yang diolah dari BPS, nilai free on board (FOB) atau pengiriman ekspor non-migas Indonesia ke AS rata rata US$ 1,5 miliar. Total FOB dari Juli 2018 hingga Mei 2019 tercatat US$ 18,2 miliar. Sepanjang 2019, nilai FOB ekspor ke AS bergerak dinamis. Nilai FOB tertinggi terjadi pada awal 2019 sebesar US$ 1,51 miliar.
“Dengan demikian, kerjasama antara kedua pelabuhan ini menjadi penting dan strategis,” kata Elvyn G. Masassya.
Elvyn menjelaskan, penandatanganan MoU ini adalah kelanjutan dari kerjasama yang pernah dibangun sebelumnya. Tahun lalu, IPC dan Pelabuhan Los Angeles telah merintis pelayaran langsung (direct call) Jakarta – Los Angeles. Kedua pelabuhan mempromosikan dan memasarkan rute baru CMA CGM Columbus-JAX dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, ke Port of Los Angeles.
IPC dan Port of Los Angeles sepakat untuk memperluas kerjasama di bidang operasional pelabuhan, pengembangan infrastruktur kepelabuhanan, pengembangan teknologi informasi, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam mengembangkan konsep pelabuhan ramah lingkungan. “Kami sepakat bahwa pelabuhan harus semakin memperkuat aspek keselamatan, keamanan, serta ramah terhadap lingkungan” jelas Elvyn.
Selain itu, kerjasama ini juga sekaligus bertujuan membangun efisiensi rantai pasok global , salah satunya melalui kegiatan inisiasi implementasi Port Optimizer yang dimulai dengan joint training IPC dan Port of Los Angeles selama 6 sampai 12 minggu. Port Optimizer adalah pilot project yang dilakukan oleh Port of Los Angeles bekerjasama dengan GE Transportation. Sistem ini akan membantu para stakeholder kepelabuhanan untuk meningkatkan kinerja pelabuhan dan supply chain dengan menggunakan dan mengolah data-data yang ada di pelabuhan.
IPC dan Port of Los Angeles juga akan memperkuat kerjasama bisnis dan perdagangan, termasuk bertukar ide tentang model analitis untuk evaluasi bisnis kepelabuhanan. Kerjasama ini adalah bagian usaha mewujudkan Indonesia sebagai poros maritime dunia dan upaya menjalankan visi IPC menjadi fasilitatior perdagangan di tahun 2024.
Direktur Eksekutif Port Of Los Angeles, Eugene D. Seroka mengakui, Nota Kesepahaman yang ditandatangani hari ini merupakan wujud dari komitmen Pelabuhan Los Angeles dalam mempromosikan kerjasama internasional dan membangun kolaborasi lintas benua dalam memperkuat konektivitas global. Pada tahun 2018, Pelabuhan Los Angeles sebagai salah satu pelabuhan utama di Amerika Serikat telah memfasilitasi perdagangan senilai 297 miliar dolar AS.
Di sela agenda penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU), Direktur Utama IPC juga melakukan pertemuan (business meeting) dengan para asosiasi dan pemilik barang (cargo owner) di Los Angeles untuk mempromosikan jalur pelayaran langsung (direct call) Jakarta – Los Angeles sebagai upaya peningkatan arus bongkar muat (throughput) di pelabuhan Tanjung Priok.
Sejak 2017 lalu, Pelabuhan Tanjung Priok telah menjadi tujuan sandar kapal kapal besar dari sejumlah negara. Kapal-kapal besar saat ini sudah dapat beroperasi di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Awal April 2017, kapal CMA CGM Otello dengan rute langsung Jakarta-Los Angeles (Amerika Serikat), yang merupakan kapal petikemas terbesar di Indonesia bersandar di dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT).
Keberadaan kapal berkapasitas 8.238 petikemas dua puluh kaki atau twenty-foot equivalent units (TEUs) akan dapat menekan biaya logistik 20 persen hingga 30 persen. Selain itu, waktu tempuh pun dapat dipersingkat menjadi 10 hari. Kapal besar tersebut dioperasikan perusahaan pelayaran asal Prancis, Compagnie Maritime d'Affretement - Compagnie Generali Maritime (CMA - CGM). Kapal dengan panjang 334 meter ini mengangkut garmen, kertas, serta furniture dari Indonesia. Pelayaran baru tersebut diberi nama Java South East Asia Express Services/Java Sea Express Services (JAX Services). Rute tempuhnya adalah Tanjung Priok-West Coast (Los Angeles dan Oakland).
Kedatangan kapal itu bisa mempercepat pengiriman kargo dari wilayah di sekitar Jawa ke Pelabuhan Tanjung Priok sebelum diberangkatkan ke negara tujuan. Dengan begitu, kargo tersebut tidak tiba di Singapura terlebih dahulu.
Persinggahan langsung kapal berkapasitas besar di Pelabuhan Tanjung Priok tersebut sangat penting bagi perekonomian nasional karena mampu menaikkan persentase volume ekspor dan impor Indonesia terbesar melalui pelabuhan itu.
Selain kapal CMA CGM Tage, beberapa kapal besar (mother vessel) juga rutin berlabuh di Tanjung Priok, seperti generasi Post Panamax APL Salalah dan Vessel Pelleas. Dan masih banyak lagi.
Kapal APL Salalah singgah perdana pada 3 Mei 2018 membongkar 1.666 TEUs dan memuat 2.818 TEUs. Walhasil, total bongkar muat dari kapal tersebut mencapai 4.484 TEUs dalam pelayaran perdananya ke Indonesia
Kapal-kapal ukuran raksasa tersebut menawarkan layanan angkutan barang yang lebih kompetitif dan waktu pengiriman lebih cepat sehingga berpotensi meningkatkan daya saing produk-produk ekspor Indonesia, khususnya di Amerika Serikat. (E-2)