Indonesia.go.id - Tol Elevated Japek II Wujud Adaptasi Kontur

Tol Elevated Japek II Wujud Adaptasi Kontur

  • Administrator
  • Minggu, 22 Desember 2019 | 14:04 WIB
INFRASTRUKTUR
  Sejumlah kendaraan melintasi Tol Layang (Elevated) Jakarta-Cikampek II di Bekasi, Jawa Barat, Minggu (15/12/2019). Foto: ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah

Banyak orang belum memahami kondisi jalan tol layang (elevated) Japek (Jakarta Cikampek) II, serta fungsi operasionalnya. Alhasil, muncul serangkaian kejadian tak diinginkan pada pertengahan Desember 2019.

Jalan tol layang Japek II telah diresmikan Presiden Jokowi pada 12 Desember 2019 dan boleh dilalui sejak 15 Desember 2019. Ruas tol Japek II dipergunakan untuk rute-rute panjang. Sehingga ruas pendek seperti Bekasi Timur, Pondok Gede, dan Cikunir mestinya tidak perlu menggunakan tol Japek II elevated itu.

Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek mulai beroperasi karena progres pembangunan fisik tol sepanjang 36,4 kilometer telah mencapai 99,967 persen. Jika kelak beroperasi penuh, Tol Layang Jakarta-Cikampek akan menjadi jalan berbayar melayang terpanjang di Indonesia, menyaingi rekor Tol Wiyoto Wiyono sepanjang 15 kilometer.

Masalah tarif memang belum ditetapkan, karena tol ini masih dalam tahap fungsional, sampai akhir 2020. Tarif Tol Jakarta-Cikampek Elevated diusahakan sama dengan yang bawah, untuk itu Kemeterian PUPR bersama sejumlah stakeholder terkait masih membahas tarif yang sesuai.

Tol ini terdiri dari sembilan seksi. Seksi I Cikunir-bekasi Barat, Seksi II Bekasi Barat-Bekasi Timur, Seksi III Bekasi Timur-Tambun, Seksi IV Tambun-Cibitung, dan Seksi V Cibitung-Cikarang Utama. Kemudian Seksi VI Cikarang Utama-Cikarang Barat, Seksi VII Cikarang Barat-Cibatu, Seksi VIII Cibatu-Cikarang Timur, dan Seksi IX Cikarang Timur-Karawang Barat.

Kesalahpahaman Publik

Animo masyarakat yang begitu besar membuat mereka berduyun-duyun menjajal jalan baru itu. Akibatnya, ada beberapa persoalan yang disebabkan oleh ketidaksiapan pengendara, akibat kurang memahami kondisi jalan baru tersebut.

Di antaranya terbukti pada 18 Desember terdapat kemacetan di jalan tol layang ini, karena pegendara jarak pendek ikut naik ke jalan tersebut. Padahal jalan itu dikhususkan bagi mereka yang ingin menempuh perjalanan jarak jauh.

Banyak juga pengendara yang tidak mengecek kondisi kendaraan mereka sehingga tercatat ada belasan kendaraan mogok, kehabisan bensin, dan belasan lainnya pecah ban di atas jalan tol elevated itu.

Beberapa hal yang luput dipahami oleh khalayak adalah, jalan Tol Japek II mengikuti kontur jalan di bawahnya (eksisting). Ketika melewati jembatan, maka otomatis jalan tol baru itu dinaikkan ketinggiannya. Oleh sebab itu jalan terlihat bergelombang.

Kemudian, jalan tol ini masih dalam tahap darurat. Beberapa bagian jalan masih dalam tahap perbaikan. Maka yang paling diutamakan adalah keamanan pengguna, bukan kenyamanannya. Hal itu semata dilakukan demi memecah kemacetan saat mudik Natal dan Tahun Baru. Oleh sebab itu jalan ini masih gratis sampai akhir 2020.

Yang perlu juga diketahui, tidak ada rest area di sepanjang jalan tol tersebut, karena panjangnya hanya 36 kilometer. Waktu untuk melintasinya hanya tiga puluh menit. Maka pengendara harus mempersiapkan segala sesuatunya. Termasuk mengisi penuh bensin dan menyiapkan keperluan pribadi.

Terjadinya kemacetan pada 18 Desember itu menunjukkan adanya kesalahpahaman publik terhadap jalan tol elevated tersebut. Maka setelah tanggal itu, terbukti kepadatan di jalan tol layang itu mulai menurun. Kesadaran bahwa tol layang memang diperuntukkan untuk jarak jauh mulai dapat dipahami.

Dampak Positif

Sebagaimana telah diprediksikan sebelumnya oleh Jasa Marga, kepadatan Tol Jakarta-Cikampek sudah berkurang sejak adanya tol layang. Pengurangan kepadatannya ditaksir mencapai 30-40%. Beroperasinya tol ini mampu mengurangi kemacetan di jalur bawah.

Lonjakan penumpang sudah mulai terasa di Japek II sejak mulai dibuka untuk umum. Sehingga berdampak pada berkurangnya volume kendaraan di jalur bawah tol Jakarta-Cikampek.

Sejak 15 September, animo masyarakat yang naik ke Tol Japek II sesuai estimasi. Minggu (15/12/2019), tercatat 33% naik Tol Elevated. Jalanan di bawah jadi lancar. Pada Senin (16/12/2019), pengguna jalan tol ini berkisar 30%.

Dengan adanya tol ini, kendaraan jarak jauh seperti ke Bandung dan Cirebon bisa dipecah sejak pintu masuk kawasan Cikunir. Pengguna jalan akan terhindar dari kerugian biaya, waktu, dan stres akibat kemacetan yang muncul sebelum jalan tol layang ini beroperasi.

Beberapa kekurangan jalan tol tersebut terus dikerjakan sepanjang tahun berikutnya, sampai periode gratisnya selesai. Untuk itu, masyarakat diharapkan memahami kondisi darurat yang sekarang sedang dijalankan. Masyarakat harus mempersiapkan dirinya sebelum menggunakan jalan tol tersebut.

Sebelumnya, kemacetan jalan Tol Japek (ekisisting) telah menjadi legenda. Setiap tahun tingkat kemacetannya mengalami kenaikan seiring bertambahnya jumlah kendaraan. Kerugian yang dialami masyarakat terus meningkat.

Momok kemacetan itulah yang membuat pengerjaan Tol Elevated Japek II dipercepat. Sehingga pada Natal dan Tahun Baru 2019 sudah bisa digunakan secara fungsional. Ini tentunya adalah kabar gembira bagi mereka yang melaksanakan mudik menuju kampung halamannya.

Tidak perlu lagi bertemu legenda macet, stres, dan terlambat mengejar peristiwa penting di kampung yang jauh sana. Hal itu mestinya diiringi kesadaran pengguna jalan tol juga, jika jalan tol bawah lancar, mestinya mereka tidak masuk ke jalur yang atas. Agar tidak terjadi kemacetan serupa di sana sebagaimana tempo hari.

Dan mudik akan menjadi cerita yang menyenangkan, tanpa tragedi kemacetan dan keterlantaran di jalan, seperti cerita orang-orang tua di era sebelumnya. (E-1)