Sejak Jumat 20 Desember 2019, runway 3 Bandara Soekarno – Hatta sudah dioperasikan secara penuh. Tuntasnya runway 3 itu menempatkan Bandara Soekarno Hatta sebagai bandara terdepan dan tersibuk di dunia. Saat ini, berdasarkan data Airport Council International 2019, Bandara Soekarno – Hatta menduduki peringkat ke-18 tersibuk di dunia, mengalahkan bandara Changi Singapura.
Runway 3 Bandara Soekarno – Hatta yang pembangunannya menghabiskan dana Rp2,6 triliun itu sebenarnya sudah operasi sejak 15 Agustus 2019 dengan mendaratnya NAM Air 737-500 bernomor penerbangan IN 181 dari Pontianak. Namun baru sejak Jumat, 25 Desember 2019, runway itu dinyatakan beroperasi secara penuh meskipun belum diresmikan.
Presiden Joko Widodo pun sudah dua kali mengunjungi bandara Soekarno -Hatta termasuk melihat keberlangsungan proyek runway 3 tersebut. Kedatangan orang nomor satu Indonesia merupakan wujud keseriusan kepala negara betapa pentingnya bandara itu sebagai etalase bangsa termasuk mendukung program pariwisata.
Harus diakui, operasional runway 3 yang baru memiliki panjang 3.600 meter akan meningkatkan pergerakan pesawat hingga 114 pergerakan pesawat baik take off maupun landing per jam.
Dengan tuntasnya runway ini, target 100 juta penumpang diharapkan tercapai pada 2025. Pengembangan bandara termasuk runway 3 ini butuh lahan 2016 hektare. Artinya, tuntasnya runway 3 itu semakin memantapkan bandara ini sebagai bandara kelas dunia.
Apalagi bandara ini baru saja ditasbihkan sebagai 100 bandara terbaik dunia oleh Skytrax World Airport Award 2019 dengan menduduki peringkat 40. Manajemen bandara ini, Angkasa Pura II, berambisi menempatkan bandara ini di peringkat 30 dunia.
Bagaimana dengan aspek keselamatannya? Seperti disampaikan Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin, landasan itu sudah memenuhi 3 faktor. Pertama, aspek infrastruktur yang sudah 100% siap, baik sarana pendukungnya, seperti east cross dan taxiway.
Kedua, regulasi atau dokumen, serta, ketiga, sumber daya manusia yang mencukupi baik itu kualitas, maupun kuantitas sesuai dengan SOP. Dirincinya, untuk regulasi pihaknya memiliki aturan yang sangat ketat, salah satunya harus memenuhi aspek 3S1C, yaitu safety, security, services, dan compliants.
Kelayakan Runway
Airnav Indonesia sebagai lembaga yang mengatur masalah navigasi udara pun sudah meneliti kelayakan runaway 3 tersebut. Ada sejumlah faktor penting yang menjadi perhatian Airnav Indonesia dalam pengoperasian runway 3.
"Ada beberapa hal yang jadi perhatian kami akan beroperasinya runway 3, berikut dengan east cross dan juga taxiway yang tentunya mengutamakan keselamatan penerbangan, salah satunya seperti mengetahui posisi pesawat," ungkap Direktur Utama Airnav Indonesia Novie Riyanto, Sabtu (21/12/2019).
Untuk diketahui, dalam pengoperasian secara penuh itu, runway 3 telah melayani 64 movement atau pergerakan pesawat, yang mana dalam kapasitas penuh, landasan pacu tersebut mampu melayani 114 pergerakan pesawat. Pemantauan itu dilakukan melalui melalui menara Area Traffic Control System (ATCS).
Sementara itu, untuk posisi pesawat di east cross dan juga taxiway, Airnav melakukan pemantauan melalui sensor SMGCS atau Surface Movement Guidance Control System. Pada sensor tersebut terdapat ada GPS yang dikirim pesawat ke petugas Airnav sehingga posisi pesawat sangat akurat dengan lingkup segitiga sensor.
Di kawasan Asia Tenggara, Bandara Soekarno Hatta bersama Changi Airport dan Kuala Lumpur yang memiliki 3 runway. Artinya, ketiganya menjadi bandara yang tersibuk di kawasan Asia Tenggara. Di tingkat global, bandara Soekarno-Hatta masuk peringkat 18 dunia tersibuk.
Benar, melalui slogan flagship go global serta visi untuk mencapai The best smart – Connected Airport, Angkasa Pura II melalui jendela Bandara Soekarno – Hatta telah menasbihkan dirinya sebagai bandara kelas dunia.
Wajar saja, keramahtamahan, keterlayanan, ketersambungan sangat dirasakan melalui etalase Bandara Soekarno – Hatta tersebut. (F-1)