Setelah menembus genangan banjir setinggi 50-60 cm, rangkaian mobil B-1 Presiden Joko Widodo akhirnya sampai ke tepi Jembatan Pekauman, yang melintasi Sungai Martapura di Kota Banjarmasin, Senin (18/1/2021) siang. Didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono serta Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo, dari atas jembatan Presiden Jokowi memeriksa arus Sungai Martapura yang deras. Paras air sungai cukup tinggi, melampaui tanggul dan melimpas sampai jauh ke permukiman.
Presiden Jokowi mengakui, serbuan banjir yang menerjang wilayah Provinsi Kalimantan Selatan kali ini cukup parah. Sepuluh dari 13 kabupaten kota di provinsi itu mengalami genangan banjir. BNPB mencatat, per 18 Januari korban 15 jiwa, hampir 25 ribu rumah tergenang dan sekitar 40 ribu warga terpaksa mengungsi.
Cuaca ekstrem memainkan peran penting di balik banjir besar itu. BMKG mencatat di kawasan hulu, hujan lebat turun selama lima hari berturut-turut (9--13 Januari) dengan curah hujan kumulatif 461 mm. Padahal, hujan rata-rata di situ pada Januari adalah 395 mm. Sungai-sungai tak mampu menampungnya. “ini paling buruk dalam 50 tahun terakhir,” kata Presiden Jokowi.
Kepada Menteri Basuki Hadimuljono, Presiden Jokowi berpesan agar terus memantau keadaan dan cepat melakukan pemeriksaan tentang kerusakan infrastruktur, terutama jalan dan jembatan, begitu air genangan surut. Setelah itu, segerakan rehabilitasi. “Supaya barang produksi dan distribusi tidak terlalu lama terganggu,” ujarnya, kepada pers di Banjarmasin.
Kepada Kepala BNPB Doni Monardo, Presiden Jokowi berpesan agar mencari jalan supaya bantuan pangan dan obat bagi pengungsi di Kalimantan Selatan tetap bisa diangkut, meskipun sebagian jalur darat terendam. “Bantuan obat dan makanan itu harus cepat sampai ke para pengungsi,” kata Presiden Jokowi. Pada beberapa lokasi, selama kunjungannya di Banjarmasin, Presiden Jokowi membagikan secara langsung sejumlah kotak kardus berisi donat atau ayam goreng kepada anak-anak di lokasi banjir.
Ketika Banjarmasin masih lumpuh oleh genangan banjir, Senin (18/1/2021) siang, Kota Manado sibuk memberesi pantainya yang centang-perenang oleh amukan ombak semalam. Ombak setinggi tujuh meter menghantam pantai wisata yang dihuni oleh deretan bangunan perniagaan. Air laut meloncati tanggul pantai dan mengalir deras ke pelataran parkir lalu membenamkan lantai Mal Manado Town Square, ruko Mega Mas, dan puluhan kafe-kafe yang berderet di sepanjang pantai. Hampir semalaman banjir rob itu menggenangi pusat perniagaan kebanggaan Manado itu. Sejumlah perahu wisata terlempar hingga ke pelataran parkir. Namun, insiden ombak itu tidak menimbulkan korban jiwa.
Belum reda viralnya ombak menerjang pesisir Manado, beredar video tentang banjir bandang di kawasan Puncak, Bogor. Hujan deras 107 mm selama enam jam telah menimbukan banjir lumpur di kawasan Ekowisata Gunung Mas Bogor. Tak ada korban jiwa.
Pada paruh pertama Januari 2021, sejumlah bencana alam datang bergantian. BNPB mencatat, ada 136 bencana alam terjadi di Indonesia sepanjang periode 1--16 Januari 2021. Dari 136 bencana alam itu, jatuh korban lebih dari 130 jiwa dengan sekitar 1.000 orang lainnya mengalami luka-luka. Bencana alam terbanyak adalah banjir, yakni 95 kejadian, tanah longsor 25 kejadian, puting beliung 12 kejadian, gempa bumi dua kejadian, dan gelombang pasang dua kejadian. Data kebencanaan itu belum termasuk bencana letusan dan awan panas Gunung Semeru yang erupsi pada Senin (18/1/2021) dan banjir di Pidie, Provinsi Aceh, Selasa (19/1/2021). Dari serangkaian musibah itu, setidaknya 405 ribu warga terdampak dan sebagian lainnya harus mengungsi.
Dari sisi jatuhnya korban jiwa, bencana tanah longsor dan gempa memberi dampak paling besar. Dua kali gempa yang melanda Mamuju dan Majene di Provinsi Sulawesi Barat, pada Kamis-Jumat (14 dan 15 Januari) telah menelan korban sebanyak 73 jiwa. Sebanyak 64 orang dari Kabupaten Mamuju dan 9 orang lainnya dari Majene. Bencana tanah longsor mencatatkan peristiwa yang paling dramatis di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Sumedang, Jawa Barat. Sebuah lereng yang longsor pada Sabtu (9/1/2021) itu menimpa, bahkan menguruk, sejumlah rumah warga. Sebanyak 28 korban ditemukan tewas, 12 lainnya masih dalam pencarian.
Dari sejumlah bencana itu, musibah yang menimbulkan dampak sosial-ekonomi paling besar adalah banjir di Kalimantan Selatan dan gempa di Majene-Mamuju. Namun, musibah di dua daerah tersebut tidak dinyatakan sebagai bencana nasional, karena pemerintah provinsi setempat dapat menggelar aksi tanggap darurat bencana sendiri. Pemerintah pusat hanya memberikan bantuan melalui BNPB dan kementerian sesuai kebutuhan, termasuk masker, hand sanitizer, dan rapid test kit.
Ancaman Hidrometeorologi
Rentetan gempa di Majene-Mamuju sudah mereda. Sebagaimana umumnya gempa, sulit diprediksi getaran itu akan berlanjut atau tidak. Sebagian pengungsi masih enggan pulang ke rumahnya. Selain rumah mereka rusak dan terancam rubuh bila ada guncangan, getaran gempa masih terasa hingga Senin (18/1/2021).
Yang lebih bisa diprediksikan adalah soal cuaca. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan, sebagian besar wilayah Indonesia kini tengah memasuki puncak musim hujan. "Saat ini sebagian besar wilayah Indonesia, yaitu 94 persen dari 342 zona musim yang ada telah memasuki musim hujan," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan pers di Jakarta, Senin (18/1/2021). Puncak musim hujan ini, katanya, diperkirakan akan berlangsung hingga Februari 2021. Dwikorita minta, masyarakat waspada. “Potensi cuaca ekstrem yang cenderung meningkat di dalam periode puncak musim hujan ini," ujarnya.
Uap air bertumpuk di langit dan dengan kondisi atmosfir yang tak stabil, bisa terbentuk awan-awan besar yang bisa menimbulkan hujan badai. Kondisi atmosfir Indonesia saat ini, menurut Dwikorita, ditandai dengan menguatnya Monsun Asia, yakni angin musim dari Daratan Asia menuju pusat tekanan rendah di Australia. Angin reguler itu sedang mencapai puncaknya. Sedangkan, efek La Nina dan El Nino absen kali ini. Namun, ada pengaruh angin ekuatorial sebagai dampak osilasi Madden-Julian. Angin ini muncul akibat adanya gerakan massa udara dari lepas pantai Afrika Timur menuju Pasifik. Fenomena Osilasi Madden-Julian itu biasanya berpengaruh selama 22 hari di langit Indonesia.
Pada saat yang sama muncul pula efek Gelombang Rossby, yang bergerak dari arah Pasifik ke arah barat. Gerakan massa air di sekitar garis equator itu ternyata diikuti oleh gerakan massa udara di atasnya. Makin lengkap, karena ada pula gelombang air dingin di Laut Natuna Utara ke arah selatan. Interaksi berbagai faktor itu akan menimbulkan belokan atau pelambatan angin lalu mendorong terjadinya konvergensi, dan udara yang kaya akan uap air itu bergerak naik dan membentuk awan supersel yang tebal. “Itu berpotensi menimbulkan curah hujan tinggi,” Dwikorita menambahkan.
Maka fenomena cuaca ekstrem tadi, menurut Kepala BMKG itu, akan berlanjut dan diperkirakan hingga 24 Januari. Ada pun potensi hujan lebat itu bisa berlangsung hingga Februari. Cuaca ekstrem itu berpotensi terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Cuaca ekstrem itu tidak hanya berbuah hujan lebat, tapi juga hujan badai dan gelombang laut.
Dampak berikutnya adalah potensi bencana hidrometeorologis yang lebih luas. Bisa banjir, banjir bandang, air rob, puting beliung, dan tanah longsor. Maka, BMKG pun mewanti-wanti masyarakat agar terus waspada dan siaga.
Penulis: Putut Trihusodo
Editor: Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini