Lima ruas jalan tol baru Trans Sumatera akan selesai dibangun pada 2021. Kelima ruas itu akan menjadi tonggak penting untuk kemajuan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera, menyusul diresmikannya ruas Kayu Agung-Palembang sepanjang 42,5 km oleh Presiden Joko Widodo, pada 26 Januari 2021. Rencana PT Hutama Karya (Persero) itu sudah disetujui oleh rapat umum pemegang obligasi, yang digelar sehari setelah Presiden Jokowi meresmikan ruas Kayu Agung-Palembang.
Untuk jalan Tol Trans Sumatera, PT Hutama Karya adalah pemain utamanya. Sampai akhir Januari 2021, Hutama Karya telah mengoperasikan jalan tol sepanjang 513 km dari 634 km jalan tol yang ada di Sumatra. Selebihnya, yang 121 km yakni ruas Binjai-Medan-Kualanamu-Tebingtinggi, serta Belawa-Medan-Tanjung Morawa dikelola oleh PT Jasa Marga dan PT Waskita Toll Road. Dari lima ruas baru itu akan ada tambahan 101 km, sehingga di akhir tahun Hutama Karya akan mengelola 614 km jalan Tol Trans Sumatera.
Jalan tol ini tentu bisa mempercepat arus perjalanan orang dan barang. “Efisiensi dan penurunan biaya logistik akan tercapai,” kata Presiden Jokowi dalam sambutannya, ketika hadir langsung di gerbang Tol Kramasan, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatra Selatan, dalam acara peresmian Tol Bakauheni-Palembang yang panjangnya 373 km itu.
Sejumlah sopir truk menyatakan senang dengan beroperasinya jalan Tol Bakauheni-Palembang. “Kami dapat menempuh (perjalanan) dalam 5-6 jam saja,” kata Randi Santoso, pengemudi truk besar, tiga gandar, yang secara reguler membawa spareparts mobil dan sepeda motor dari Tangerang ke Palembang. Meski harus membayar tarif tol Rp424 ribu, Randi merasakan perjalanannya lebih nyaman, aman, dan hemat. “Kalau lewat jalan nontol bisa 10-12 jam. Solarnya lebih banyak dan ada pungutan di sana-sini, jadinya lebih mahal,” katanya. Truknya pun bisa menjalani trip lebih banyak per bulannya.
Untuk kendaraan pribadi, jarak 373 km itu bisa ditempuh 3,5–4 jam. Perjalanan dengan tempo yang lebih singkat bukan hanya ke Palembang. Melalui jalan tol ini, jarak tempuh ke kota Bandar Lampung menjadi 45 menit hingga 1 jam saja. Bahkan untuk mencapai Kota Martapura dan Baturaja, Sumatra Selatan, perjalanan bisa lebih cepat. “Dari Bakauheni lewat tol, keluar di Terbangi Besar, masuk Kotabumi, Gunung Katun, langsung ke Baturaja. Total lima jam. Lewat jalan biasa 8 jam,” kata Faris Iskandar, pegawai bank yang baru dipindah dari Bekasi ke Baturaja.
Backbone dan Sirip
Meskipun kerepotan diterpa pandemi Covid-19, pembangunan jalan tol di Sumatra terus berjalan. Pemerintah menargetkan, setelah selesai lima ruas jalan tol baru lagi sepanjang 101 km pada 2021, akan ada lagi tambahan 532 km lainnya yang direncanakan rampung pada 2022. Jika target tersebut teralisasi, maka di periode 2015-2022 Pemerintahan Presiden Jokowi telah menyelesaikan jalan Tol Trans Sumatera itu sepanjang 1.156 km.
Tol Trans Sumatera menjadi salah satu prioritas pemerintahan Presiden Joko Widodo sejak awal. Meski pun sudah lama direncanakan, sampai 2015 baru ada satu ruas jalan tol, yakni jalur Belawan-Medan-Tanjung Morawa sepanjang 34 km yang diresmikan Presiden Soeharto pada 1986. Setelah itu macet hampir 30 tahun.
Dengan pembaruan di sana-sini, desain besar Tol Trans Sumatera pun dirancang menyerupai sabuk beton dengan panjang sekitar 2.980 km. Sesuai fungsinya, jalur tol itu dibagi dua macam, yaitu koridor utama, yang disebut backbone, dan koridor pendukung yang disebut sirip. Backbone-nya membentang dari Kota Banda Aceh bergerak ke arah tenggara, ke Bakauheni sepanjang 2.070 km. Backbone ini bermula dari Banda Aceh, Sigli, ke Lhokseumawe, Langsa, Binjai, Medan, Tebingtinggi, dan Kisaran.
Dari Kisaran, jalan tol menyeberang ke Provinsi Riau melewati Dumai, Pekanbaru, Rengat, masuk ke Jambi lalu ke Palembang, Kayu Agung, dan seterusnya ke Bakauheni. Backbone panjang itu nantinya akan terhubung dengan koridor lainnya, yang arahnya dari barat ke timur dan disebut sirip.
Tiga sirip utamanya adalah koridor Sibolga (Pantai Barat Sumatra Utara) ke Tebingtinggi, melewati Pematang Siantar dan terhubung ke backbone di Kota Tebingtinggi. Ada pula koridor dari Padang ke Bukit Tinggi lantas turun ke Kota Pekanbaru. Dari Kota Bengkulu ke arah Lubuk Linggau, Muaraenim kemudian ke Palembang. Ada pula dari Kota Palembang ke Pelabuhan Tanjung Api-Api. Sirip-sirip itu seluruhnya sekitar 920 km panjangnya.
Masih perlu perjuangan besar bagi PT Hutama Karya untuk merealisasikan koridor panjang jalan Tol Trans Sumatera. Dari 513 km yang sudah beroperasi, akan bertambah 101 km tahun di 2021 dan direncanakan 542 km lagi pada 2022. Dalam perkiraan yang optimistis, 1.156 km jalan tol baru (koridor dan sirip) bisa hadir di Sumatra pada 2022.
Melawan Pandemi
Seluruh ruas sepanjang 1.156 km jalan tol Trans Sumatera itu adalah program yang di Kementerian PUPR disebut sebagai Tahap I dan Tahap II. Ada pula rencana Tahap III serta IV untuk 2023-2024, yang akan mencakup ruas baru lain sepanjang lebih dari 1.000 km. Tapi, program Tahap III dan IV itu adalah rencana yang disusun sebelum ada gangguan pandemi Covid-19.
Wabah virus corona itu mau tidak mau membuat pembangunan Tol Trans Sumatera itu melambat. Belanja pemerintah banyak yang teralihkan untuk biaya penanggulangan Covid-19 dan perlindungan sosial. Pembangunan Tol Trans Sumatera sempat dikabarkan terancam mandeg.
Namun, executive vice president (EVP) di Divisi Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Muhammad Fauzan mengatakan, bahwa backbone dan sirip Tol Trans Sumatera itu masih akan menggeliat di 2021. ‘’Kami akan menyelesaikan lima ruas,’’ katanya. Pemerintah terus mendukung dengan PMN (penyertaan modal negara). Program Tol Trans Sumatera terus melaju melawan pandemi.
"Tahun 2021, PT Hutama Karya akan menerima tambahan PMN sebesar Rp6,2 triliun dan telah dianggarkan pemerintah dalam APBN 2021. Perusahaan juga sedang mengajukan tambahan PMN sebesar Rp19 triliun kepada pemerintah,” Fauzan menambahkan. Skema pembiayaan lain adalah obligasi perusahaan yang dijamin oleh pemerintah, pinjaman dari lembaga keuangan yang dijamin oleh pemerintah, dan pendanaan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Seluruh rencana itu telah disetujui oleh para pemegang obligasi dalam rapat umum pemegang obligasi (RUPO) pada Rabu, 27 Januari 2021. Pembangunan Trans Sumatera tak terhenti.
Penulis: Putut Tri Husodo
Redaktur: Ratna Nuraini/ Elvira Inda Sari